Pengertian Pembelajaran Kontekstual, Tujuan, Karakteristik, Implementasi, dan Strategi Pembelajaran Contextual Teaching Learning

A. Latar Belakang

Salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan dengan produktif dan bermakna bagi siswa adalah strategi pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang selanjutnya disebut CTL. Strategi CTL fokus pada siswa sebagai pembelajar yang aktif, dan memberikan rentang yang luas tentang peluang-peluang belajar bagi mereka yang menggunakan kemampuan-kemampuan akademik mereka untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan nyata yang kompleks.

Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara materi yang mereka pelajari dengan pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Pemahaman konsep akademik yang dimiliki siswa hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan siswa. Pembelajaran secara konvensional yang diterima siswa hanyalah penonjolan tingkat hafalan dari sekian macam topik, tetapi belum diikuti dengan pengertian dan pemahaman yang mendalam yang bisa diterapkan ketika mereka berhadapan dengan situasi baru dalam kehidupannya.


Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya. Pendekatan ini selaras dengan konsep kurikulum berbasis kompetensi yang diberlakukan saat ini dan secara operasional tertuang pada KTSP. Kehadiran kurikulum berbasis kompetensi juga dilandasi oleh pemikiran bahwa berbagai kompetensi akan terbangun secara mantap dan maksimal apabila pembelajaran dilakukan secara kontekstual.
http://aang-zaeni.blogspot.com/2017/04/pengertian-pembelajaran-kontekstual.html

PEMBAHASAN


Menurut Nur Hadi CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Menurut Jonhson CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka. 

Jadi pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat kita simpulkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi kehidupan sehari-hari dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.


Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainnya. 
  1. Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman
  2. Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.
  3. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain
  4. Model pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna
  5. Model pembelajaran model CTL ini bertujuan untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks jehidupan sehari-hari
  6. Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara individu dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut :
  • Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah.
  • Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna.
  • Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
  • Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman.
  • Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam.
  • Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama.
  • Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan.
Secara lebih sederhana karakteristik pembelajaran kontekstual dapat dinyatakan menggunakan sepuluh kata kunci yaitu: kerja sama, saling menunjang, menyenangkan, belajar dengan gairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif.


Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama. Kelas dikatakan menerapkan CTL jika menerapkan ke tujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Untuk lebih jelasnya uraian setiap komponen utama CTL dan penerapannya dalam pembelajaran adalah sebagai berikut sebagai berikut:
  • Kontruktivisme (Constructivism)
Komponen ini merupakan landasan berfikir pendekatan CTL. Pembelajaran konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Prinsip konstruktivisme yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut.
  1. Proses pembelajaran lebih utama dari pada hasil pembelajaran.
  2. Informasi bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata siswa lebih penting daripada informasi verbalistis.
  3. Siswa mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
  4. Siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan strateginya sendiri dalam belajar.
  5. Pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman sendiri.
  6. Pengalaman siswa akan berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila diuji dengan pengalaman baru.
  7. Pengalaman siswa bisa dibangun secara asimilasi (pengetahuan baru dibangun dari pengetahuan yang sudah ada) maupun akomodasi (struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menyesuaikan hadirnya pengalaman baru).
  • Bertanya (Questioning)
Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berfikir siswa. Prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran berkaitan dengan komponen bertanya sebagai berikut.
  1. Penggalian informasi lebih efektif apabila dilakukan melalui bertanya.
  2. Konfirmasi terhadap apa yang sudah diketahui siswa lebih efektif melalui tanya jawab.
  3. Dalam rangka penambahan atau pemantapan pemahaman lebih efektif dilakukan lewat diskusi baik kelompok maupun kelas.
  4. Bagi guru, bertanya kepada siswa bisa mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
  5. Dalam pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya berguna untuk: menggali informasi, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa, mengetahui kadar keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang diketahui siswa, memfokuskan perhatian siswa sesuai yang dikehendaki guru, membangkitkan lebih banyak pertanyaan bagi diri siswa, dan menyegarkan pengetahuan siswa.
  • Menemukan (Inquiry)
Komponen menemukan merupakan kegiatan inti CTL. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Prinsip yang bisa dipegang guru ketika menerapkan komponen inquiry dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
  1. Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri.        
  2. Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa.
  3. Siklus inquiry adalah observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, dan penyimpulan.
  4. Langkah-langkah kegiatan inquiry: merumuskan masalah; mengamati atau melakukan observasi; menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lain; mengkomunikasikan atau menyajikan hasilnya pada pihak lain (pembaca, teman sekelas, guru, audiens yang lain).
  • Masyarakat belajar (learning community)
Komponen ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antar teman, antarkelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas. Prinsip-prinsip yang bisa diperhatikan guru ketika menerapkan pembelajaran yang berkonsentrasi pada komponen learning community adalah sebagai berikut.
  1. Pada dasarnya hasil belajar diperoleh dari kerja sama atau sharing dengan pihak lain.
  2. Sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan saling menerima informasi.
  3. Sharing terjadi apabila ada komunikasi dua atau multiarah.
  4. Masyarakat belajar terjadi apabila masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimilikinya bermanfaat bagi yang lain.
  5. Siswa yang terlibat dalam masyarakat belajar pada dasarnya bisa menjadi sumber belajar.
  • Pemodelan (modelling)
Komponen pendekatan CTL ini menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksud bisa berupa pemberian contoh, misalnya cara mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertontonkan suatu penampilan. Cara pembelajaran semacam ini akan lebih cepat dipahami siswa dari pada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya. Prinsip-prinsip komponen modelling yang bisa diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut.
  1. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap apabila ada model atau contoh yang bisa ditiru.
  2. Model atau contoh bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten atau dari ahlinya.
  3. Model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh hasil karya, atau model penampilan.
  • Refleksi (reflection)
Komponen yang merupakan bagian terpenting dari pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari. Prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan guru dalam rangka penerapan komponen refleksi adalah sebagai berikut.
  1. Perenungan atas sesuatu pengetahuan yang baru diperoleh merupakan pengayaan atas pengetahuan sebelumnya.
  2. Perenungan merupakan respons atas kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diperolehnya.
  3. Perenungan bisa berupa menyampaikan penilaian atas pengetahuan yang baru diterima, membuat catatan singkat, diskusi dengan teman sejawat, atau unjuk kerja.
  • Penilaian autentik (authentic assessment)
Komponen yang merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Prinsip dasar yang perlu menjadi perhatian guru ketika menerapkan komponen penilaian autentik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
  1. Penilaian autentik bukan menghakimi siswa, tetapi untuk mengetahui perkembangan pengalaman belajar siswa.
  2. Penilaian dilakukan secara komprehensif dan seimbang antara penilaian proses dan hasil.
  3. Guru menjadi penilai yang konstruktif (constructive evaluators) yang dapat merefleksikan bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa menghubungkan apa yang mereka ketahui dengan berbagai konteks, dan bagaimana perkembangan belajar siswa dalam berbagai konteks belajar.
  4. Penilaian autentik memberikan kesempatan siswa untuk dapat mengembangkan penilaian diri (self-assessment) dan penilaian sesama (peer assessment).
E. Strategi Pembelajaran CTL 

Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara konstektual antara lain:
  1. Pembelajaran berbasis masalah. Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang untuk berfikir kritis untuk memecahkan.
  2. Menggunakan konteks yang beragam. Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh siswa menjadi berkualitas.
  3. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa. Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan social seyogianya  dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar  saling menghormati dan toleransi untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.
  4. Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri. Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk menguasai cara belajar untuk belajar mandiri dikemudian hari.
  5. Belajar melalui kolaborasi. Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan koleganya dan sisiwa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya.
  6. Menggunakan penelitian autentik. Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan konstektual dan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
  7. Mengejar standar tinggi. Setiap seyogyanya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu kewaktu terus ditingkatkan  dan setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan melukan study banding keberbagai sekolah dan luar negeri.
Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD) Penerapan strategi pembelajaran konstektual digambarkan sebagai berikut:

1) Relating. Belajar dikatakan dengan konteks dengan pengalaman nyata, konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru  untuk membantu peserta didik agar yang dipelajarinya bermakna.

 2) Experiencing. Belajar adalah kegiatan “mengalami “peserta didik diproses secara aktif dengan hal yang dipelajarinya dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji,berusaha menemukan dan menciptakan hal yang baru dari apa yang dipelajarinya.

3) Applying. Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan dalam konteks dan pemanfaatanya.

4) Cooperative. Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan kelompok, komunikasi interpersonal atau hubunngan intersubjektif.

5) Trasfering. Belajar menenkankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.

F. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajran CTL

Kelebihan CTL :
  1. Belajar menjadi lebih bermakana dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
  2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumpuhkan penguatan konsep kepada siswa karena pembelajaran CTL menganut aliran kontruktinisme: dimana seorang siswa diharapkan belajar melalui “ mengalami” bukan “ menghafal”.
Kelemahan CTL :
  1. Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam CTL guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi
  2. Tugas guru mengelola sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa.
G. Aplikasi Model Pembelajaran CTL di Kelas pada Materi Cahaya

1. Konsep Esensial Sifat-sifat Cahaya

Pengertian Cahaya

Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang dapat merambat dalam vakum (ruang hampa udara). Cepat rambat cahaya dalam ruang hampa udara adalah 300 juta meter/detik atau 3 x 108 meter/detik. Pada spektrum gelombang elektromagnetik, cahaya mempunyai panjang gelombang antara 4000 Angstrom – 7600 Angstrom.
Sumber Cahaya
Benda-benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri disebut sumber cahaya.
Sumber cahaya yang kita lihat sehari-hari dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
  1. Sumber cahaya alami, misalnya matahari dan bintang-bintang di angkasa.
  2. Sumber cahaya buatan, sumber cahaya yang diciptakan manusia, misalnya : lampu pijar atau lampu tabung (tube lamp).
Sifat-sifat Cahaya
Cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya mempunyai sifat merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan dan dibiaskan. Cahaya dapat menerobos beberapa bahan, seperti air atau kaca. Benda-benda seperti itu disebut benda transparan atau benda bening dan kita melihat melalui benda-benda tersebut. Bahan-bahan lain, sperti logam dan kertas, cahaya tidak dapat menerobosnya. Bahan-bahan tersebut dinamakan opaque atau benda buram. Contohnya planet, bulan, batu. Bayang-bayang akan muncul di belakang benda buram, ketika sinar cahaya mengenainya. Bayang-bayang terbentuk karena cahaya merambat melalui garis lurus dan tidak bisa membelok di sekitar sudut-sudut benda.

Bayang-bayang merupakan daerah gelap di belakang benda-benda tak tembus cahaya. Bayang-bayang yang terbentuk dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu bayang-bayang gelap (umbra) dan bayang-bayang kabur (penumbra).

Pemantulan

Ketika cahaya mengenai suatu permukaan atau sebuah benda mereka terpantul kembali. Hal ini disebut pemantulan. Pemantulan cahaya ada 2 jenis yaitu pemantulan baur (pemantulan difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila cahayamengenai permukaan yang kasar atau tidak rata. Pada pemantulan ini, sinar pantul arahnya ridak beraturan. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengkilap. Permukaan yang memiliki sifat seperti ini misalnya cermin. Pada pemantulan ini, sinar pantul memiliki arah yang teratur.

Pembiasan Cahaya

Kecepatan rambat cahaya berbeda pada bahan atau medium yang berbeda. Cepat rambat cahaya berkurang pada medium kaca atau air dibanding kecepatannya di udara. Ketika kecepatan rambat cahaya berkurang, arah rambatnya pun berubah sedikit. Hal ini disebut sebagai pembiasan dan itu membuat berkas cahaya seolah-olah membelok pada bidang dimana 2 medium bertemu.

Fakta, Konsep, dan Prinsip
Konsep Cahaya :

Konsep Pemantulan Cahaya
Beberapa fakta yang mendukung diantaranya adalah :
  • Kita dapat melihat benda karena adanya cahaya yang dipantulkan benda dan diterima mata kita.
  • Ketika siang hari di dalam ruangan rumah tetap terang karena adanya cahaya matahari yang dipantulkan.
  • Kaca mobil memantulkan cahaya matahari dan mengenai mata kita.
  • Ketika bercermin, pantulan cahaya dari cermin menuju mata kita.
Konsep Pembiasan Cahaya
Beberapa fakta yang mendukung diantaranya adalah :
  • Pensil tampak patah jika dimasukkan ke dalam gelas berisi air.
  • Kolam renang terkesan dangkal.
  • Ikan terlihat lebih besar pada akuarium yang berbentuk bulat.
  • Lensa cembung atau bola kaca dapat mengumpulkan sinar matahari.
Konsep Cahaya Merambat Lurus
Beberapa fakta yang mendukung diantaranya :
  • Berkas cahaya yang masuk rumah dari sela-sela atap rumah.
  • Kita hanya dapat melihat benda-benda yang berada di depan kita.
  • Cahaya memasuki lubang kamera yang kecil dan membentuk bayangan.
Konsep Energi Cahaya
Beberapa fakta yang mendukung diantaranya :
  • Tumbuhan mampu hidup jika mendapat cahaya matahari yang cukup.
  • Cahaya matahari membantu mengeringkan baju yang basah.
  • Cahaya matahari ditangkap dengan panel dan diubah menjadi energi listrik.
Prinsip Cahaya :

Prinsip Pemantulan

Pemantulan terjadi dengan prinsip-prinsip tertentu. Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul berada dalam satu bidang datar. Sudut datang samadengan sudut pantul. Fakta dalam kehisupan menunjukkan jika berkas cahaya dijatuhkan dari satu sisi, pemantulannya akan jatuh pada sisi yang lain.

Prinsip Pembiasan

Pembiasan terjadi dengan prinsip-prinsip tertentu. Sinar datng, garis normal dan sinar bias berada pada satu bidang datar. Pembiasan dari mediumkurang rapat menuju medium lebih rapat akan mendekati garis normal dan sebaliknya dari rapat menuju kurang rapat akan menjauhi garis normal. Jika kita melihat ikan dalam akuarium berbentuk bulat, ikan akan terlihat lebih besar.

PENUTUP

Kesimpulan

Metode pembelajaran CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi kehidupan sehari-hari dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama. Kelas dikatakan menerapkan CTL jika menerapkan ke tujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya, tujuh komponen tersebut adalah :
  1. Kontruktivisme (Contructivism)
  2. Bertanya (Questioning)
  3. Menemukan (Inquiry)
  4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
  5. Pemodelan (Modelling)
  6. Refleksi (Reflection)
  7. Penilaian Autentik (Authentic Assesment)
PUSTAKA
 Suwarna, dkk. 2005. Pengajaran Mikro. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Subscribe to receive free email updates: