Materi Khutbah Idul Fitri Yg Membuat Jamaah Menangis: Penawar Racun Kehidupan


بسم الله الرحمن الرحيم
الله أكبر –9
اللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرَا  وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرَا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً  وَاَصِيْلاً . لَااِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهْ . صَدَقَ وَعْدَهْ .  وَنَصَرَ عَبْدَهْ . وَأَعَزَجُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهْ . لَااِلَهَ إِلَّا اللهُ  وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ  وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ .  اَلْحَمْدُ لله , اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى نَوَّرَ قُلُوْبَ الْعَارِفِيْنَ , بِمُدَاوَمَةِ الذِّكْرِ فِى كُلِّ وَقْتٍ وَحِيْن
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ المَلِكُ الْحَقُّ المُبِيْنْ , وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْن
 اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ , نُقْطَةِ الشُّرَفَاءِ الأَنْبِيَاءِ وَ المُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الأَئِمَةِ فِى دِيْنِ الحَقِّ وَسَائِرِ المُهْتَدِيْنَ مِنَ الأُمَمِ الاَوَّلِيْنَ وَالأَخِرِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ  : فَيَا إِخْوَانِ الكِرَامْ  , عَلَيْكُمْ بِتَقْوَى اللهَ رَبَّ العَلَمِيْنَ وَاُزْلِفَةُ الجَنَّةِ لِلْمُتَّقِيْنَ . اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى  فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي القُرْآنِ الكَرِيْم , اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

Allaa-hu Akbar. Allaa-hu Akbar. Allaa-hu Akbar. Wa lillaa-hil Hamd.

Ma’aasyiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.

 Alhamdulillah. Puji syukur sedalam-dalamnya, dengan penuh rasa haru kita haturkan kepada Rabbul ‘Izzah, Allah SWT., yang telah memberikan hidayah dan taufiq-Nya kepada kita semua, yang memanjangkan usia kita dengan berkah dan salamah sehingga pada pagi ini kita dapat bersimpuh di hadapan-Nya, di masjid tercinta ini untuk melahirkan rasa syukur atas segala karunia dan anugerah.

Shalawat dan salam kita haturkan kepada baginda agung Habiibina Muhammad SAW., keluarganya, sahabat-sahabatnya dan seluruh penerus risalahnya hingga akhir zaman. Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada mereka dan kepada kaum Muslimina wal Muslimat, wal Mu’minina wal Mu’minat al-ahya’i minhum wal amwat, fi jami’il jihat, terutama kepada kita yang hadir di masjid ini beserta keluarganya, semoga kelak di hari qiyamat kita dikumpulkan bersama-sama mereka, minan Nabiyyiina, wash-Shiddiiqiina, wasy-Suhadaa’i, wash-Sholihin, di bawah panji-panji La-ilaha illalla-h, Muhammadurrasululla-h Shallalla-hu Alaihi wa Alihi Wa Sallam.

Allaa-hu Akbar. Allaa-hu Akbar. Allaa-hu Akbar. Wa lillaa-hil Hamd.

Ma’asyiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.

Sejak tadi malam hingga saat ini, di setiap tanggal 1 Syawal kaum Muslimin seluruh dunia mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil, mengungkapkan rasa dan persaksian, bahwa Dialah Rabb yang Maha Agung, sekaligus menyadarkan kepada setiap hati yang beriman, betapa lemahnya manusia dihadapanNya dan betapa kuasa dan perkasanya Dia Yang Maha Agung itu dihadapan seluruh makhluk-Nya. Harta, jabatan, kemuliaan yang disandang oleh siapapun di dunia, tiadalah berarti sama sekali bila disandingkan dengan keagungan Allah SWT., Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Wa lilla-hil Hamd.
https://aang-zaeni.blogspot.com/2017/12/materi-khutbah-idul-fitri-yg-membuat.html

Suasana syahdu menyadarkan kita kepada hakikat penciptaan dan pemeliharaan: bahwa Dia adalah pencipta diri ini, dari mulai keberadaannya hingga keadaannya. Siang dan malam digerakkan dan didiamkan olehNya. Alam semesta berada dalam kendaliNya. Jikalau kesadaran seperti ini terpelihara dalam hati kita,  niscaya tidak ada diantara kita menjadi orang sombong, iri, dengki dan hasud kepada sesama manusia, bebal, malas, bodoh, tidak taat dan tidak tahu malu dihadapan Rabbnya.

Inilah perasaan hati, suara fitrah manusia, kalimat suci, walaupun – karena kesibukan, dosa-dosa dan nafsu rendah kita-, kalimat suci tersebut sering terabaikan, sehingga suaranya begitu lemah, hanya sayup-sayup seperti terdengar dari kejahuan. Suara suci itulah yang saat ini sontak menggetarkan hati, terlebih saat dikumandangkan takbir Idul Fitri, Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar. Allahu Akbar walillahil hamd.

Kalimat suci tersebut jika benar-benar tertancap dalam jiwa kita maka hilanglah segala ketergantungan hati kita kepada unsur-unsur lain selain Allah, tiada tempat menitipkan harapan dan tiada tempat mengabdi kecuali hanya kepada Allah SWT semata.

Allaa-hu Akbar. Allaa-hu Akbar. Allaa-hu Akbar. Wa lillaa-hil Hamd.

Ma’asyiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.

Tentunya masih membekas kuat dalam jiwa kita, hasil dari apa yang telah dimudahkan Allah Ta’ala untuk kita amalkan bersama, sejak  bulan Rajab, bulan Sya’ban dan kemudian masuk bulan Ramadhan, dimana Allah telah membentangkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita mampu melaksanakan azam kita, acara rutin yang kita niati dilaksanakan pada setiap tahun di pondok pesantren yang kita cintai ini, berkat izin-Nya, Alhamdulillah tahun ini bisa kita laksanakan dengan sempurna.

Selama tiga bulan lebih kita mencelupkan jasmani dan ruhani di dalam godokan “kawa candradimuka”, melaksanakan mujahadah dan riyadloh di jalan-Nya semata-mata berharap ridho-Nya, berharap mendapatkan peningkatan kuwalitas hidup lahir batin untuk bekal perjalanan panjang, menggapai cita-cita dan harapan, melaksanakan kuwajiban kemanusiaan, sebagai suami kepada istrinya, sebagai istri kepada suaminya, sebagai orang tua kepada anak-anaknya, sebagai anak kepada orang tuanya dan juga sebagai warga masyarakat kepada lingkungannya, berjalan panjang menghadapi tantangan dan rintangan hidup yang datangnya seakan tidak berkesudahan, dengan bekal tersebut supaya iman kita tidak mudah tergoyahkan oleh rayuan zaman.

Sekarang, di pagi yang suci ini, ibarat orang menanam, tentunya kita harus dapat menikmati buah yang dipetik saat masa panen tiba, mendapatkan kepekaan hati dan rasa, peningkatan kasih sayang kepada sesama, kemampuan berbagi dan memaafkan kesalahan manusia, terutama kecemerlangan matahati karena hijab yang selama ini mendinding rongga dada telah dirontokkan, sehingga kita mampu merasakan kenikmatan bermunajat, menjadikan hati lebih khusu dalam berdoa, seakan tanpa penghalang dengan-Nya, maka seakan tanpa sebab air mata berlinang deras ketika hati tersentuh gema suara takbir yang membahana.

Namun demikian, kita tetap harus waspada, karena ada tantangan yang menghadang di depan. Setelah Ramadhan berlalu, ketika kesibukan pikiran dan hati telah kembali seperti semula, seperti sebelum kita masuk bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan yang penuh berkah, bisakah hal-hal positif tersebut kita pertahankan? Bahkan kalau bisa kita tingkatkan? Ataukah malah sebaliknya, kita akan terpuruk dan kembali seperti pada fase-fase sebelum Ramadhan?

Allaa-hu Akbar. Allaa-hu Akbar. Allaa-hu Akbar. Wa lillaa-hil Hamd.

Ma’asyiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.

Untuk menghadapai tantangan zaman tersebut, supaya iman tidak mudah memudar tergerus romantikan zaman, ada hal yang pantas kita renungkan, siapakah sosok dibalik ajaran mulia tersebut?. Ajaran yang telah kita ikuti selama ini, thoriqoh yang telah kita yakini, jika ajaran tersebut dilaksanakan oleh seorang muslim niscaya akan menjadikannya insan mulia, menjadi manusia yang dicintai tidak hanya oleh makhluk bumi saja namun juga penghuni langit yang dimuliakan. Sosok tersebut adalah Rasulllah Salallahu alaihi wa alihi wa sallam, yang ajarannya kemudian dilanjutkan oleh Ulama pewaris Nabi, guru-guru kita terutama guru Mursyid kita yang telah tiada henti membimbing ibadah kita. Berkat usaha mulia mereka itulah kita hari ini berkumpul dalam satu gerbong perjalanan dalam lindungan agama yang haq, benteng yang kokoh, yakni dienul Islam. Seorang Nabi dan para pengikutnya yang mengajarkan kalimah Laa- ilaaha illallaa-h Muhammadurrasuulullaa-h. Kalimat yang dengannya kita dapat membuka pintu Surga.

Ini juga merupakan ungkapan suci yang harus selalu terpatri dalam jiwa kita, sebagai rasa syukur kepada mereka, atas jerih payah yang telah mereka usahakan selama hidupnya, dengan rasa syukur ini tentunya kita akan mendapatkan tambahan kemanfaatan, diantaranya supaya iman dan yakin yang sudah ada selalu terjaga sampai akhir zaman, karena tanpa bersyukur kepada manusia berarti kita tidak mersyukur kapada Allah SWT.

Allaa-hu Akbar. Allaa-hu Akbar. Allaa-hu Akbar. Wa lillaa-hil Hamd.

Ma’asyiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.

Kalau kita amati kehidupan disekeliling kita, keadaan Bangsa dan Negara kita tercinta, dari fenomena yang muncul akhir-akhir ini, baik yang kita lihat dengan kasat mata maupun yang ditayangkan setiap hari oleh media penyiaran yang ada, betapa kehidupan bangsa ini seakan sudah berada diambang kehancuran, seperti bahtera yang sudah oleng tinggal menunggu tenggelam, karena dihempas gelombang kehidupan, akibat kerusakan di muka bumi olah tangan manusia sudah tampak terang benderang. Korupsi, manipulasi dan penyalahgunaan jabatan seakan menjadi tradisi dan bukan hal yang memalukan, dilakukan oleh para pelakukanya sepanjang hari tanpa peduli dilihat orang, bahkan tidak segan-segan mengorbankan teman seperjuangan demi keselamatan diri dan golongan.

Peristiwa kemanusian dan kasus-kasus hukum yang belum terselesaikan, masih segar dalam ingatan semua orang, seperti kasus dugaan korupsi Hambalang, mega skandal bank century dan lain-lain, perseteruan antara KPK dan Kepolisian yang sedang berebut kepentingan, perampasan hak atas tanah rakyat yang berakibat bentrok horizontal dimana-mama, pemaksaan kehendak atas pemenangan kandidat calon penguasa dengan menghalalkan segala cara, hingga isu sara dilakukan, semua itu seakan mencerminkan bahwa masing-masing orang yang punya kepentingan di Negri ini sudah kehilangan akal waras dan meninggalkan suara hati, mereka hanya mengumbar hawa nafsu dan angkara murka sehingga sulit dibedakan mana yang Kiai dan mana yang politikus, mana yang pendakwah dan mana yang penghasut.

Padahal, meski sebagian dari orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi itu sudah ada yang merasakan akibatnya, terpaksa berpisah dengan keluarga tercinta karena harus mempertanggungjawabkan perbuatan yang dilakukan, namun demikian, mereka itu seakan tidak bergeming, bahkan tetap congkak dan sombong, seakan sudah buta, tuli, dan bisu, barangkali karena hati terlanjur membatu hingga sedikitpun tidak mampu mengambil pelajaran dari kejadian yang terjadi. Apakah keadaan ini memang merupakan tanda-tanda yang nyata, bahwa kehancuran suatu Bangsa akan terjadi di muka bumi ini, sebagaimana yang sudah diperingatkan Allah dalam firma-Nya:

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”.(QS.Al-Isra’/16)
Kalau memang demikian keadaannya apa yang harus kita lakukan….?, Apakah kita hanya tinggal diam saja sambil menunggu kehancuran datang ?? Padahal kalaupun kita mau berbuat perubahan, sesungguhnya sedikitpun kita tidak mempunyai kekuatan dan kemampuan?

Allaa-hu Akbar. Allaa-hu Akbar. Allaa-hu Akbar. Wa lillaa-hil Hamd.

Ma’asyiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.

Marilah kita merenungkan firman Allah berikut ini, barangkali didalamnya kita mendapatkan solusi untuk menghadapi keadaan yang sangat menakutkan itu, keadaan yang menjadikan bulu kuduk kita merinding, keadaan yang pasti tidak dimaui oleh semua orang yang hatinya sehat dan akalnya waras, minimal untuk melindungi diri sendiri dan keluarga tercinta, apabila memang masa kehancuran itu harus datang, bangsa kita luluh lantak terkubur dari kehidupan panjang, akibat perbuatan para pengelolanya yang membangkang, semoga kita dan keluarga termasuk kaum yang terselamatkan, ummat yang mendapatkan hidayah dan perlindungan, karena selama hari kiamat belum saatnya datang Allah tidak akan menghancurkan kehidupan manusia secara total. Allah berfirman:

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS.Al-Hadid/16)
Kita tidak boleh seperti yang pernah dilakukan orang-orang terdahulu, mereka dekat dengan kitab suci tapi tidak mau tunduk dengan isinya dan dekat dengan Allah tapi tidak mau berdzikir kepada-Nya sehingga hatinya menjadi keras, maka mereka jadi orang fasik, yakni orang yang berlebih-lebihan dalam memperturutkan hawa nafsu sehingga menghalalkan segala cara asal maunya tercapai dan akhirnya kehidupan mereka hancur akibat dosa-dosa dan kejahatan yang dilakukan.

Mempertahankan dan meningkatkan apa yang sudah kita dapatkan selama kita melaksanakan safari panjang di bulan-bulan yang mulia tersebut, menjaga kepekaan hati dan ketajaman rasa dengan melaksanakan dzikir kepada Allah setiap saat, ternyata merupakan benteng yang kokoh untuk tempat kita berlindung dari segala ancaman kehidupan. Semoga kita termasuk orang yang beruntung, orang yang mampu mengambil pelajaran dari setiap kejadian, sehingga menjadi orang yang selalu mendapat hidayah dan pertolongan dari-Nya, sejak di dunia, di alam barzah dan hari akhirat, dikumpulkan bersama-sama para guru kita dalam keadaan husnul khotimah dan ridho Allah di surga, amiin Allhumma Amiin.

جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ العَاءِدِيْنَ الفَاءِزِيْنَ السَّالِكِيْنَ الغَانِمِيْنَ , وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ . اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم . وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى * فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَالرْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

Subscribe to receive free email updates: