Contoh Teks Khutbah Idul Fitri Singkat Sedih Meneteskan Air Mata: Kembali Kepada Fitrah


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar   3x

Allaahu akbar kabiiraa, wal hamdu lillaahi katsiraa, wa subhaanallaahi bukrataw wa-ashiilaa. Laa ilaaha illallaahu wahdahu, shadaqa wa’dah wa nashara 'abdahu wa a’azza jundahu wa hazamal ahzaaba wahdah. Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, allaahu akbar wa lillaahil hamdu.

Alhamdulillaah,
Alhamdulillaahi nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa nastagfiruhu wa na'uudzu billaahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyi-aati a’maalinaa, man yahdihillaahu falaa mudhillalah wa man yudhlil falaa haadialah.

Asyhadu anlaa ilaaha illallaahu wahadahu laa syarikalahu syahadatan tunjii qaa-ilahaa minan naari. Wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuuluhun nabiyul mukhtaar laa nabiya ba’dah.

Allaahumma shalli wa sallim ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa’alaa -aalihi wa shahbihi ajma’iin. Amma ba’du.

Fayaa ayuuhan naas : ittaqullaaha ta’aalaa wa’lamuu anna yaumakum haadzaa yaumun fadhiil. Wa’idun syariifun jaliil. Rafa’al llaahu ta’aala qadrahu wa adhaar.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu

Ma’asyiral Muslimin wal muslimat Rahimakumullah!

Hari ini kita umat Islam di seluruh dunia tengah merayakan Hari Raya Idul Fitri 1440 H. Lantunan takbir, tahmid, dan tahlil yang mengagungkan asma Allah berkumandang menyambut hari raya ini. Jutaan manusia, dari berbagai etnik, suku, dan bangsa di seluruh penjuru dunia, mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil, sebagai ungkapan rasa syukur dan sikap penghambaan manusia kepada Allah SWT.  

Pada hari ini kita semua bergembira karena kita telah berhasil melewati sebuah ujian maha berat yaitu mengendalikan hawa nafsu selama sebulan penuh. Tetapi kita pun bersedih karena hari ini kita telah ditinggalkan oleh sebuah bulan yang agung, bulan suci ramadhan 1440 H.

Hari-hari yang selama sebulan penuh dipadati dengan ibadah, malam-malam yang diramaikan dengan shalat tarawih dan tadarrus Alquran, dinihari yang diisi dengan tasbih dan istigfar, saat sore menjelang maghrib yang kita hiasi dengan dzikir dan tilawah alquran, serta hari-hari dimana kita bekerja keras untuk mencari kehidupan dunia berpadu dengan amal-amal shalih untuk kebahagiaan akhirat, kini telah berlalu.
               =>Khutbah Idul Fitri Singkat Sedih: Kembali Kepada Fitrah

Kini tinggallah harapan dan doa, semoga Allah SWT Yang Maha Pengampun berkenan mencurahkan magfirah atas segala dosa dan kesalahan kita, sehingga sejak pagi ini kita memulai kehidupan baru, kehidupan yang diwarnai dengan kebersihan dan kesucian jiwa. Tidak ada perpisahan yang lebih mengharukan dari pada perpisahan dengan Ramadhan. Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Di dalamnya kita semua dihantarkan secara perlahan menuju kepada titik fitrah, yaitu titik penciptaan kita yang bersih dan suci. Karena itu tidaklah mungkin manusia akan mencapai kesempurnaan dirinya tanpa kembali ke titik asal diciptakannya. Itulah titik di mana manusia benar-benar menjadi manusia. Bukan manusia yang penuh lumuran dosa dan kekejaman. Bukan manusia yang dipenuhi gelimang kemaksiatan dan kedzaliman.
http://aang-zaeni.blogspot.com/2017/06/contoh-teks-khutbah-idul-fitri-singkat.html

Rasulullah SAW pernah menegaskan bahwa berapa banyak orang yang berpuasa Ramadhan, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus. Artinya bahwa ia dengan Ramadhan tidak bisa kembali ke fitrahnya, padahal semua rangkaian ibadah Ramadhan adalah tangga untuk kembali menuju fitrah. Mengapa demikian?..Mengapa semua ibadah itu tidak mengantarkan mereka ke titik fitrah?.. Di manakah letak salahnya?... Jawabannya tentu terletak pada manusianya itu sendiri.
Sebab ternyata masih banyak orang yang memasuki bulan suci Ramadhan tidak maksimal menjalankan ibadah-ibadah yang Allah dan rasulNya ajarkan. Banyak orang yang memasuki Ramadhan sekedar dengan semangat beribadah saja, sementara hakikat dan makna ibadah yang harus dijadikan bekal selama Ramadhan diabaikan. Banyak orang memasuki Ramadhan semata menahan lapar dan haus di siang hari, sementara di malam  hari mereka kembali ke dosa-dosa. Banyak orang memasuki Ramadhan bukan untuk meningkatkan ibadah dan keimanan, melainkan untuk meningkatkan omset-omset maksiat. Pun banyak orang memasuki Ramadhan dengan semangat di awal-awal saja, sementara di akhir-akhir Ramadhan di mana Rasulullah beri’tikaf dan memburu malam lailatul qadar, malah ia sibuk dengan permainan-permainan dan senda gurau. Bahkan yang sangat menyedihkan adalah bahwa banyak orang yang semangat beribadah hanya di bulan Ramadhan saja, tetapi begitu Ramadhan berlalu, semua ibadah itu lenyap seketika dari permukaan. Masjid-masjid yang tadinya ramai dengan shalat malam dan shalat berjamaah, setelah Ramadhan, mesjid itu kembali kosong dan sepi.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd

Saudara-saudara Kaum Muslimin rahimakumullah!

Bulan Ramadhan haruslah menjadi titik tolak bagi kita untuk kembali ke fitrah sejati. Dari bulan Ramadhan ini lah kita bangun komitmen ketaatan seumur hidup sebagaimana ketaatan kita selama bulan Ramadhan. Dalam surah An Nahl : 92,  Allah SWT mengingatkan kita  :

وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا 

Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali
Ini sebuah pelajaran yang sangat mahal dari Allah SWT. Allah merekam kisah seorang wanita yang hidupnya sia-sia. Dari pagi sampai sore ia hanya memintal benang. Sore hari ketika pintalan itu selesai, ia cerai-beraikan kembali. Betapa sia-sia apa yang diusahakannya. Perhatikanlah kaum Muslimin .... Allah melarang agar kita tidak meniru dan mengulangi akhlak wanita tersebut, karena sesungguhnya  perbuatan sia-sia itu adalah kerugian yang nyata.

Karena itulah  Nabi Muhammad SAW selalu mengingatkan agar kita selalu istiqaamah/teguh dalam pendirian. Ketika salah seorang sahabatnya minta nasihat yang bisa dijadikan pegangan seumur hidupnya, Nabi menjawab: qul aamantu billahi tsummastaqim (katakan aku beriman kepada Allah dan beristiqamahlah).

Demikianlah, setiap tahun kita menjalani ibadah Ramadhan dengan penuh semangat siang dan malam. Siangnya kita berpuasa, malamnya kita tegakkan shalat malam, tetapi benarkah nuansa ketaatan itu akan terus bertahan seumur hidup kita? Atau ternyata itu hanya untuk Ramadhan? Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin ke masjid, tetapi begitu Ramadhan habis, seakan tidak kenal masjid lagi. Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin membaca Al Quran, tetapi begitu Ramadhan selesai, Al Quran dilupakan begitu saja. Mirip dengan kisah wanita yang diceritakan Allah di atas. Selama Ramadhan ketaatan dipintal, tetapi begitu Ramadhan usai, semua ketaatan yang indah itu dicerai beraikan kembali.

Oleh karena itu, maka melalui ramadhan dan idul fitri ini, sudah saatnya kita kembali kepada fitrah kita. Kita kembali melihat dan menyusun angan-angan dan cita-cita hidup kita, obsesi kita, menuju ke kehidupan yang lebih baik dan diridhoi Allah swt di masa yang akan datang.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd

Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah!

Semua kita mencita-citakan masyarakat yang bersih dan negara yang bersih. Itulah yang kita kenal dengan masyarakat Madani. Tetapi itu semua hanyalah mimpi tanpa adanya pribadi yang bersih. Karena itu Allah swt. sejak dini menyerukan lahirnya pribadi dan rumah tangga yang bersih.

Allah berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَاد لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ   (التحريم:6) 

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim: 6)

Perhatikan, betapa Allah SWT telah memberikan langkah-langkah praktis bagaimana menuju masayarakat yang baik. Yaitu dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Sebab hanya melalui kedua unsur inilah pilar pokok sebuah masyarakat dan negara dapat dibangun. Pribadi yang menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka adalah pribadi yang bersih. Bersih dari dosa-dosa kepada Allah swt.

Saudara-saudara sidang jamaah Ied yang dirahmati Allah SWT

Dari amalan Ramadhan yang telah kita kerjakan, setidaknya ada 5 pelajaran penting yang harus dipertahankan dalam hidup sehari-hari oleh setiap pribadi beriman, sehingga dengannya kelak akan lahir masyarakat yang bersih :

Pertama, Jauhi Harta Haram (Tarkul halal min ajlil ibti’ad ‘anil haram).

Selama Ramadhan kita telah berpuasa dari yang halal. Maka tidak ada alasan bagi kita untuk memilih yang haram. Masyarakat yang hidup di atas harta haram adalah masyarakat yang rapuh. Dalam sejarah kita membaca, hancurnya raja-raja terdahulu adalah kerena kedzaliman mereka terhadap rakyatnya. Banyak hak rakyat yang tidak dipenuhi. Akibatnya Allah swt. menghancurkan mereka. Dalam Al Qur’an kita membaca firman Allah:

قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَاأُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ    (المائدة100)

Katakanlah: ''Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.''(QS. Al Maidah: 100)

Dalam ayat ini Allah befirman bahwa harta haram itu sebagai al khabits (kotoran yang menjijikan). Artinya seandainya harta haram itu dinampakkan Allah berupa kotoran maka niscaya manusia yang berakal tidak akan mengambilnya. Karenanya, tidak akan pernah sama antara alkhabits (kotoran yang menjujikkan) yang jumlahnya banyak dengan ath thayyib (yang halal dan baik) sekalipun jumlahnya jauh lebih sedikit. Mengapa?.. Sebab yang khobits merusak tatanan kehidupan, sementara yang thayyib menyebarkan kebaikan. Oleh sebab itu Allah lalu memerintahkan agar kita bertaqwa:  fattaqullaaha yaa ulil albaab. Apa artinya? Bahwa taqwa tidak akan tercapai selama seseorang masih mengkonsumsi harta haram. Dengan kata lain, hanya dengan menjauhi harta haram seseorang akan terhantar ke level taqwa. Bila masing-masing pribadi bertaqwa otomatis rumah tangga akan bersih dari harta haram. Bila rumah tangga bersih dari harta haram, otomatis masyarakat akan bersih dan lebih dari itu Allah akan melimpahkan keberkahan. Allah berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ(الأعراف96) 

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al A’raf: 96)

Kedua,  Kendalikan Nafsu dari maksiat (Al isti’la’ ‘alal hawa).

Selama Ramadhan kita telah berhasil mengendalikan nafsu dari maksiat. Itu menunjukkan bahwa nafsu sebenarnya sangat lemah. Bahwa manusia bukan makhluk yang dikendalikan nafsu, melainkan dialah yang mengendalikan nafsunya. Berbeda dengan binatang, yang memang tidak punya akal, manusia adalah makhluk yang harus mengatur gejolak nafsunya. Dengan demikian masyarakat yang hidup di atas bimbingan nafsunya adalah masyarakat binatang. Ia makan apa saja tanpa membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Ia berbuat apa saja tanpa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Karena itu di tengah masyarakat yang dibimbing nafsunya belaka, mereka menyebar makanan dan minuman haram, seperti babi dan khamr, bahkan itu dianggap biasa. Bukan hanya itu, perzinaan dihalalkan tanpa merasa berdosa sedikitpun. Inilah masyarakat yang rapuh. Dalam Al Quran Allah selalu menceritakan hancurnya kaum-kaum terdahulu adalah karena mereka hidup di atas kebebasan nafsunya. Mereka tidak menggunakan akal. Mereka seperti binatang bahkan lebih parah lagi. Allah berfirman:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ      (الأعراف179) 

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf: 179)

Ketiga, Tundukkan Syetan (As saitharah ‘alasy syaithon).

Kita telah membuktikn selama Ramadhan bahwa syetan dijadikan tidak berdaya. Lihatlah masjid-masjid penuh selama Ramadhan. Malam harinya–terutama pada sepuluh malam terakhir–sepanjang malam masjid hidup dengan orang-orang ber’tikaf dan shalat malam. Di rumah-rumah, kantor-kantor dan di pusat-pusat ibadah, terdengar suara mendengung orang-orang sedang membaca Al Quran. Itu semua adalah bukti nyata bahwa syetan sebenarnya sangat lemah. Maka tidak pantas orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah dan hari Kiamat ia masih ikut syetan dan sibuk dengan acara-acara syetan. Dalam Al Quran banyak sekali peringatan dari Allah mengenai bahaya syetan:
  • 1. Syetan adalah musuh yang nyata. Sebab semua syetan pasti mengajak ke neraka. Allah berfirman (QS. Fatir : 6) :

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِير  (فاطر6) 

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.
  • 2. Syetan selalu mempengaruhi seseorang supaya keluar dari jalan lurus, dan menuju ke neraka. Allah befirman (QS. Al A’raf : 16) :

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ    (الأعراف16)

Iblis menjawab: Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ  (الحجر39)

Iblis berkata: ''Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya'' (QS. Al Hijr : 39)
  • 3. Syetan mengajak kepada permusuhan, melalui minuman khamr dan judi, bahkan syetan berusaha menghalang-halangi seseorang agar tidak berdzikir kepada Allah dan tidak menegakkan shalat. Allah berfirman:

إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ   

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
  • 4. Syetan selalu menakut-nakuti dengan kemiskinan supaya seseorang tidak berinfaq, dan selalu mempengaruhi agar seseorang berbuat keji dan zina. Allah berfirman:

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ  
Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Keempat, Bersungguh-sungguh mengikuti tuntunan Allah (Ath Tho’ah al muthlaqah lillahi Ta’ala).

Selama Ramadhan kita telah berhasil patuh dengan sepenuh hati kepada Allah SWT. Ketika Allah memerintahkan berpuasa, kita langsung berpuasa. Padahal itu perbuatan yang sangat berat. Sebab yang kita tahan adalah hal-hal yang sebenarnya halal dan boleh dikerjakan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada alasan lagi setelah Ramadhan untuk tidak mengikuti tuntunan Allah. Sebab Dialah Allah Yang Maha Mengetahui. Semua yang datang dariNya pasti benar. Orang-orang yang tidak mengikutiNya pasti celaka.

Dalam sejarah banyak contoh ummat terdahulu yang sombong, tidak mau mengikuti tuntunan Allah, karenanya mereka menolak ajakan para rasul. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang dengan terang-terangan membunuh nabi-nabi Allah. Semua itu kemudian dihancurkan Allah. Allah tidak pernah gentar dengan kekuatan apapun dari makhlukNya. Pun Allah tidak pernah takut akibat apapun yang akan terjadi ketika menimpakan adzab kepada mereka. Perhatikan apa yang telah ditimpakan kaum Allah kepada kaum Aad, Tsamuud, Fir’aun, Nuh dan sebagianya. Mereka semua dibinasakan Allah lantaran kesombongan dan ketidakpatuhannya kepada Allah.

Kelima, Tinggalkan dosa-dosa dan kemaksiatan (Al hijratu minadz dzunub).

Ramadhan adalah bulan perjuangan untuk menjauhi perbuatan dosa. Selama sebulan penuh kita telah berhasil membuktikan untuk meninggalkan segala bentuk dosa dan kemaksiatan. Bahkan kita berusaha menjauhi sekecil apapun perbuatan yang sia-sia yang tidak mengandung nilai pahala sama sekali. Kita berusaha secara maksimal untuk menjadikan setiap detik yang kita lewati memberikan makna dan menjadi ibadah kepada Allah SWT. Setiap saat lidah kita basah dengan dzikir, jauh dari pembicaraan dusta dan kebohongan. Pandangan kita selalu tertuju kepada ayat-ayat Al Quran dan terjaga dari segala yang diharamkan. Langkah kaki kita senantiasa terhantar menuju masjid. Tangan kita banyak memberikan sedekah dan seterusnya.

Masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang berkah. Sebaliknya masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masrakat yang rentan. Ibarat tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia menjadi tidak produktif dan bahkan kepadanya tidak bisa lagi diharapkan kebaikan.

Imam Ibn Qayyim Al Jauziyah dalam bukunya yang sangat terkenal “al jawaabul kaafii liman sa’ala ‘anid dawaaisy syaafii” menyebutkan beberapa bahaya dosa di antaranya sebagai berikut:
  • 1. Perbuatan Dosa memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati.
Artinya seorang yang penuh dengan dosa-dosa tidak akan bersungguh-sungguh lagi mengagungkan Allah. Kakinya akan terasa berat untuk melangkah ke masjid. Badannya terasa sulit untuk bangun pada waktu fajar menegakkan shalat subuh. Telinganya tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al Quran, lama kelamaan hatinya menjadi keras seperti batu bahkan bisa lebih keras dari batu. Maka ia tidak sensitive atau tidak tergetar lagi dengan keagungan Allah
  • 2. Perbuatan Dosa menghilangkan ruh kecemburuan.
Seseorang yang hidpnya bergelimang dosa, maka ia tidak akan sensitive lagi bila melihat orang-orang berbuat dosa. Ia tidak tersinggung lagi dengan istrinya yang auratnya dilihat semua orang. Bahkan ia sengaja mengizinkan untuk mempertontonkan auratnya di depan banyak orang. Ia tidak merasa tersinggung dengan anaknya yang berbuat dosa di depan matanya. Akibat lebih lanjut dosa-dosa menjadi marajalela. Maka menyebarlah kerusakan di muka bumi. Bila kerusakan menyebar, maka turunlah adzab dari Allah swt.
  • 3. Perbuatan Dosa membuat seseorang tidak lagi mempunyai rasa malu.
Artinya bahwa seseorang yang biasa berbuat dosa, lama-kelamaan ia tidak lagi merasa berdosa. Bahkan ia tidak merasa malu berbuat dosa di depan siapapun. Ingat bahwa yang membedakan antara manusia dan binatang adalah bahwa manusia mempunyai rasa malu. Dalam sebuah hadits Nabi saw. bersabda: kalau kamu tidak mempunyai rasa malu kerjakan apa saja yang kamu sukai. Artinya bahwa seorang yang terbiasa berbuat dosa ia tidak akan mempunyai rasa malu. Bila rasa malu hilang maka hilanglah kebaikan. Perhatikan Nabi bersabda: “Rasa malu itu semuanya baik”. Maksudnya bahwa semakin kuat rasa malu dalam diri seseorang akan semakin menyebar darinya kebaikan. Dengan demikian masyarakat yang mempunyai rasa malu adalah masyarakat yang baik dan penuh nuansa kemanusiaan. Sebaliknya masyarakat yang penuh dosa-dosa adalah masyarakat yang jauh dari kemanusiaan dan penuh nuansa kekejaman, kedzaliman dan kebinatangan.
  • 4. Dosa membuat seseorang semakin jauh dari kebaikan (ihsan).
Artinya tidaklah mungkin bagi para pendosa itu berbuat ihsan. Ihsan adalah sikap di mana seseorang selalu merasa diawasi oleh Allah, sehingga tidak mungkin baginya untuk berbuat dosa. Sebab dari kesadaran ihsan seseorang benar-benar akan menjaga dirinya dari pelanggaran terhadap ajaran Allah. Dalam sebuah hadits Nabi saw. bersabda: al ihsaan an ta’budallaaha kaannaka taraahu, fain lam takun taraahu fa innahuu yaraaka. Maka seorang yang telah terbiasa berbuat dosa secara otomatis ia telah menghancurkan kesadaran ihsannya.
  • 5. Dosa menghilangkan nikmat dan menggantikannya dengan bencana.
Allah SWT selalu menceritakan bahwa diadzabnya umat-umat terdahulu adalah karena mereka berbuat dosa dan kemakziatan. Dalam surah Al Ankabuut ayat 40 Allah SWT berfirman:

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (العنكبوت40) 

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Demikianlah kaum muslimin dan muslimat, 5 (lima) pelajaran penting dari bulan suci ramadhan yang baru saja berlalu. Ramadhan adalah contoh kehidupan hakiki dan kepribadian hakiki seorang muslim sejati. Itulah rahasia mengapa Allah swt. menjadikan amalan-amalan Ramadhan sebagai tangga menuju taqwa : la’allakum tattaquun.  Itu tidak lain karena dari ramadhan akan lahir kesadaran maksimal seorang muslim sebagai hamba Allah. Kesadaran yang menebarkan kasih sayang kepada seluruh manusia, menyelamatkan mereka dari kedzaliman dan aniaya, mengajak mereka kembali kepada Allah, karena itulah fitrah manusia yang hakiki.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia!

Mengakhiri khutbah yang pertama ini, marilah kita syukuri nikmat karunia Allah SWT kepada kita hari ini, dimana kita telah sampai dan dapat berlebaran dengan penuh limpahan rahmat dan anugerahNya. Marilah pula kita panjatkan doa kehadirat Allah SWT, mengakui segala kekurangan dan kelemahan kita sembari memohon ampun dan taubat atas segala dosa dan kesalahan yang kita lakukan di masa-masa silam.
  • Allahumma Ya Allah Yang Maha Pengasih, Kami adalah hamba-hambaMu yang lemah, yang kerapkali terpedaya oleh bujukan syetan, yang terkadang bergelimang dalam kubangan dosa dan kesalahan;Di pagi yang suci ini, di atas hamparan tikar dan sajadah, kami bersujud meratakan dahi di atas tanah seraya bersimpuh di bawah duli kebesaranMu, memuji kebesaran dan keagunganMu, memohon ampun atas segala kesalahan dan dosa yang telah kami perbuat selama ini. 
  • Wahai Yang Maha Suci, Wahai Yang Maha Bijaksana, Wahai Yang Awal dari segala yang awal dan Yang akhir dari segala yang akhir, kami datang menghadapMu dengan wajah tertunduk malu seraya mengetuk pintu rahmatMu. Ampunilah dosa-dosa kami yang telah meruntuhkan segala kebaikan kami dan yang mendatangkan bencana. Ampunilah dosa-dosa kami yang menghancurkan karunia, Ampunilah dosa-dosa kami yang menghalangi doa, Ampunilah dosa-dosa kami yang menjadi sebab turunnya bala bencana, sebab sungguh tiada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau ya Allah Yang Maha Pengasih dari segala yang mengasihi.
  • Allahumma Ya Rabbal Alamiin, Ampunilah kami, karena tanpa ampunanMu sungguh kami termasuk orang-orang yang merugi. Maafkanlah kami ya Allah, apabila selama ini kami terlalu banyak berbuat dosa dan kesalahan, apabila selama ini kami telah lupa diri dan tidak pandai mensyukuri segala nikmat dan karuniaMu.
  • Allahumma ya Rabbi, ampunilah segala dosa dan kesalahan kedua orang tua kami, Ibu dan Bapak kami yang telah mengasuh, mendidik dan membesarkan kami dengan segala kepayahan dan penderitaan. Tanpa kami sadari ya Allah, begitu banyak dosa kedurhakaan yang kami perbuat kepada mereka. Begitu sering kami menyakiti hati dan meneteskan air mata mereka. Sungguh begitu besar dosa dan kesalahan kami kepada mereka. Karena itu ya Allah, ampunilah mereka, kasihanilah mereka, terimalah segala amal bakti mereka dan tempatkanlah mereka di sisiMu sebagai golongan orang-orang yang beruntung.
  • Ya Allah, perbaikilah sikap keagamaan kami sebab agama adalah benteng urusan kami, perbaikilah dunia kami sebagai tempat penghidupan kami, perbaikilah akhirat  kami sebagai tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan kami di dunia sebagai tambahan bagi setiap kebaikan. Jadikanlah kematian kami sebagai tempat istirahat bagi kami dari setiap keburukan.
  • Allahumma ya Azza wa Jalla, berikanlah kepada kami kekuatan lahir dan batin untuk menjalani sisa-sisa kehidupan kami, agar kami dapat menjadi hamba-hambaMu yang pandai mensyukuri nikmat karuniaMu, agar kami dapat senantiasa berserah diri dan berjuang di jalan yang Engkau ridhoi.
  • Ya Allah, jadikanlah kami mencintai keimanan dan hiasilah keimanan tersebut dalam hati kami. Dan jadikanlah kami membenci kekufuruan, kefasikan dan kemaksiatan dan jadikanlah kami termasuk orang yang mendapat petunjuk.
  • Allahumma Ya Allah, berilah kesabaran kepada kami atas kebenaran, keteguhan dalam menjalankan perintah, akhir kesudahan yang baik dan ‘afiyah dari setiap musibah, bebas dari segala dosa, keuntungan dari setiap kebaikan, keberhasilah dengan surga  dan keselamatan dari api neraka, wahai dzat yang Maha Pengasih.
  • Allahumma ya Rahman ya Rahiim, besarkanlah kami ummat Islam sebagaimana besar dan agungnya hari raya Idul Fithri ini, agar kami dapat senantiasa menegakkan kalimat : Laa ilaaha illa llahu di seluas hamparan ciptaMu.
Amin ….. Amin …… Amin ….. yaa rabbal aalamiin
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar   3x
Allaahu akbar kabiiraa, wal hamdu lillaahi katsiraan, wa subhanallaahi bukrataw wa-ashiilaa. Laa ilaaha illallaahu wahdahu, shadaqa wa’dah wa nashara 'abdahu wa -a’azza jundahu wa hazamal ahzaaba wahdahu. Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, allahu akbar wa lillaahil hamdu.

Alhamdulillah,
Alhamdulillahil ladzii ja’alal a’yada bil afraahi was suruur. Wada’afa lil muttaqiina jadzilal ujuur. Fasubhaana man harrama shaumahu wa aujaaba fitahu wa hadzdzara fiahi minal quruur. Ahmaduhu subhaanahu wata’aalaa fahua ahaqqu mahmuudin wa ajallu masykuur.

Asyhadu anlaa ilaaha illallaahu wahdahu laa syarikalahu, syahadatan yasrahul llaahu lahaa lanash shuduur. Wa asyhadu anna sayyidanaa wanabiyyanaa Muhammadan 'abduhu wa rasuuluhu laa nabiya ba’dah.

Allahumma shalli wa shallim ala sayyidina Muhammadin wa’ala alihi wa shahbihi shalaatan wa salaaman daa’imaini muthalaadzimaini ila yaumil ba’syi wa nnusyuur.

Amma ba’du : fayaa ayyuhal muslimuuna wal muslimaat. Ittaqulllaaha ta’aalaa wa’lamuu anna yaumakum haadzaa yaumun adhiim. Wa qaala ta’aala fii kitabihil kariim : innallaaha wa malaa-ikatahu yushalluuna 'alan nnabiy, yaa ayyuhal ladziina aamanuu shalluu 'alaihi wa sallimuu tasliimaa.
Amin yaa rabbal alamiin :
  • Allahummagfir lanaa waliwaalidayna wa li ikhwaniina lladzina shabaquunaa bil iimaan, walaa taj’al fii quluubina ghillal lil lladziina aamanu, rabbanaa innaka ra’uufur rahiim.
  • Allaahumma innaa nas-aluka iimaanan daa-iman, Wa nas-aluka qalban khaasyi'aa, wa nas-aluka 'ilman naafi’an, Wa nas-aluka yaqiinan shaadiqaa, Wa nas-aluka 'amalan shaalihaa, Wa nas-aluka diinan qayyimaa, wa nas-aluka khairan katsiiran, Wa nas-alukal 'afwa wal 'aafiyah, wa nas-aluka tamaamal 'aafiyah, Wa nas-aluka syukra 'alal 'aafiyah, wa nas-alukal ghinaa ’anin  naas.
  • Allaahumma rabbanaa taqabbal minnaa, shalaatanaa wa shiyaamanaa, waqiyaamanaa, waqiraa-atanaa, warukuu’anaa, wasujuudanaa watakhasysyu’anaa wata’abbudanaa, watammim taqshiiranaa , ya allahu ya allahu ya allahu ya arhamar raahimiin .
  • Allaahumma rabbanaa innaka man tudkhilin nnaara faqad ahzaitahu wa maa lidh dhalimiina min anshaar.
  • Allaahumma rabbanaa innanaa sami’naa munaadiyay yunaadia lil iimani an -aaminu birabbikum fa-aamannaa.
  • Allaahumma rabbanaa faghfirlanaa dzunubana wa kaffir 'annaa sayyi-aatina wa tawaffanaa ma’al abraar.
  • Allaahumma rabbanaa wa aatina maa wa’adtanaa 'alaa rusulika walaa tuhzinaa yaumal qiyaamati innaka laa tukhliful mii’aad.
  • Allaahumma rabbanaa dhalamnaa anfusanaa wa illam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal khaasiriin
  • Allaahumma rabbanaa -aatina fiddun-yaa hasanah wa fil aakhirati hasanataw waqinaa 'adzaaban nnaar.
Amin ….. Amin …… Amin ….. yaa rabbal 'aalamiin
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu

Subscribe to receive free email updates: