Contoh Teks Khutbah Jumat Lengkap: Agar Kita Mendapat Kemenangan

<Contoh Teks Khutbah Jumat Lengkap: Agar Kita Mendapat Kemenangan> Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT. Kewajiban manusia yang merasa beriman adalah bersyukur kepada Allah. Karena Dialah yang telah menundukkan semua isi alam untuk melayani manusia. Sebagai makhluk yang tahu diri sungguh tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memanjatkan syukur kepada-Nya. Kiranya tidak ada salahnya, kalau selaku khatib saya mengingatkan semua yang hadir di sini untuk kembali mensyukuri semua anugerah Allah SWT. Karena pada kenyataanya, hanya sedikit manusia yang mau bersyukur. Semoga kita termasuk dalam golongan yang sedikit itu.

Pada awal khutbah jumat lengkap ini, mari bersama-sama kita dengarkan Firman Allah dalam surat Al-Hajj (22) ayat 77 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”.

Dalam ayat itu, kita diperintahkan untuk menyembah Allah dengan cara menjalankan shalat yang di dalamnya ada gerakan rukuk dan gerakan sujud. Namun, tidak hanya itu, kita juga diperintahkan untuk berbuat kebaikan “fi’lun khairun”. Yang berarti, semua hal yang baik. Ini berarti, kita tidak cukup hanya menyembah Allah dengan menjalankan rukuk dan sujud saja. Tetapi, juga masih diperintahkan untuk beramal nyata ikut menata batu-bata kebaikan dalam bangunan kehidupan ini.
http://aang-zaeni.blogspot.com/2017/04/contoh-teks-khutbah-jumat-lengkap-agar.html

Dengan kata lain, kita akan mendapat kemenangan (almuflikhun) dikehidupan ini apabila kita senantiasa menjaga diri dengan senantiasa shalih secara individual dengan terus menjaga shalat kita, maupun shalih secara sosial dengan terus menjalankan kebaikan. Hubungan baik kita dengan Allah (Hablun minallah) harus terus diimbangi dengan hubungan baik kita dengan sesama manusia (hablunminannas).Kedua hal itu, harus dijalankan secara bersamaan tanpa ada yang dikesampingkan.

Dalam kesempatan ini, khatib sengaja mengutip ayat ke-77 surat Al-Hajj di depan dikarenakan saat ini banyak di antara kita yang merasa cukup dengan ibadah yang bersifat hablun minalllah. Seperti, dzikir, shalat, puasa, dan juga haji. Sayangnya, semua itu hanya terhenti di wujud lahiriahnya semata. Terhenti pada rukuk dan sujudunya, tidak berlanjut pada amal sosial yang lebih nyata.


Banyak di antara kita yang langsung muntah mana kala diberitahu kalau daging yang baru saja kita makan adalah dagingbabi. Namun, hanya sedikit diantara kita yang mempertanyakan apakah uang yang kita terimasetiap hari itu adalah uang yang seratus persen halal dalam arti tidak ada hak orang lain yang masuk ke dalam kantung kita. Baik yang sengaja kita rampas atau tidak sengaja terampas. Hati juga tidak tergerak manakala ada orang miskin yang kelaparan.

Oleh karena itu, banyak yang menyebut negeri kita ini sebagai negeri yang aneh, penuh hal yang tidak sambung. Setiap hari Jum’at seluruh masjid penuh, termasuk masjid di kantor-kantor Pemerintah. Setiap tahun, antrian jamaah haji yang mendaftar dan masuk daftar tunggu juga semakin panjang dan lama. Namun korupsi dan penyalahgunaan wewenang terus saja terjadi di negeri ini. Kebohongan dan kemunafikan terus saja dipertontonkan setiap hari. Dari level kantor kelurahan sampai istana kepresidenan selalu diselipi oknum korup yang merugikan rakyat.


Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT.

Kita masih harus bersyukur dibulan Ramadlan yang baru lalu aneka kegiatan ibadah kita telah meningkat secara luar biasa. Yang tidak biasa berpuasa telah berpuasa, yang tidak biasa shalat malam sudah shalat malam, yang pelit luar biasa sudah bisa berinfak. Paling tidak, sudah membayar zakat fitrahnya. Dalam surat Al-Ankabut (29) ayat 45 Allah berfirman: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu. Yaitu, Al- Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya, shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar.".

Kita yang baru saja berpuasa dan menunaikan zakat, apakah kita menjalankan keduanya itu hanya sekedar menggugurkan kewajiban atau ada penghayatan lebih mendalam, kita harus peduli dan juga berbagi pada sesama? Hanya diri kita sendiri yang mampu menjawabnya. Di dalam haji dan umrah kita juga bisa melihat hal yang sama. Banyak di antara kita yang ingin terus mengulang dan mengulanginya lagi. Padahal, kewajibannya hanya satu kali.

Jamaah Jum’at yang berbahagia dan dimuliakan Allah SWT.

Islam tidak mengenal istilah “spiritual laundering” atau pencucian dosa dengan ibadah mahdhah. Seorang yang berpuluh kali merampas hak orang lain tidak dapat diputihkan dosanya hanya dengan berpuluh kali naik haji. Logika, setiap kejahatan dihitung sama. Tetapi, kebaikan dihitung berlipat tujuh ratus kali. Tidak dapat diterapkan dalam perniagaan kejahatan dan kebaikan dengan Allah. Orang yang korupsi sepuluh milyar dan yang satu milyar disumbangkan untuk membangun masjid, tidak berarti dia telah melunasi kejahatannya, apalagi merasa untung dalam neraca Allah.

Di dalam banyak ayat Al- Quran sering kita jumpai kata iman selalu diikuti dengan amal shalih, kata shalat juga banyak diiringi kata tunaikan zakat. Ini semua menyiratkan, bahwa hubungan baik kita dengan Allah harus selalu diimbangi dengan hubungan baik kita dengan sesama. Bukankah di akhir gerakan shalat ditutup dengan kalimat salam dan menggerakkan kepala menoleh ke kiri dan ke kanan? Itu artinya, kita harus menengok dan menyapa yang ada di sekitar kita.

Subscribe to receive free email updates: