Naskah Teks Khutbah Jumat Singkat Padat: Petunjuk Jalan Lurus

<Naskah Teks Khutbah Jumat Singkat Padat: Petunjuk Jalan Lurus> Bersyukurlah kita kepada Allah SWT yang tengah memberikan kesempatan kepada kita semua untuk bersama-sama melaksanakan ibadah Jum’at sebagai salah satu upaya kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya, sekaligus juga sebagai ajang silaturrahmi dan ukhuwah Islamiyah antar sesama kita. 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah. .

Suatu ketika, tatkala Rasulullah SAW. sedang duduk bersama beberapa sahabat, beliau membuat sebuah garis lurus, panjang dan lempang di atas tanah dengan tongkatnya. Kemudian, di kiri kanan garis tersebut dibuatnya pula beberapa garis yang membelintang. Sambil menunjuk kepada garis yang lurus, panjang dan lempang itu, beliau berkata :  “Inilah jalan Allah”         
ِ
Setelah itu, beliau tunjuk pula garis yang melintang di kiri kanannya seraya berkata: “Inilah jalan yang bersimpang siur. Pada tiap-tiap jalan itu ada syetan yang selalu merayu”.

Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa Allah membuat perumpamaan tentang jalan lurus itu laksana sebuah jalan yang lempang yang di kiri kanannya dipagar oleh dinding beton yang tinggi dan kokoh. Pada kedua dinding tersebut terdapat beberapa pintu yang tertutup  tirai  sutera  yang sangat indah dan menggiurkan mata untuk memandangnya serta membangkitkan minat untuk mengetahui apa gerangan isinya. 

Di penghujung jalan lurus itu berdiri seorang kembara yang selalu memanggil-manggil dan berseru, “Tempuhlah jalan ini sampai ke ujung! Jangan sekali-kali menoleh ke kiri dan ke kanan, karena kalau tidak, engkau bisa tergoda! Hati-hati dan waspadalah!!!”. Setiap kali manusia yang lewat pada jalan itu dan berkeinginan membuka tirai sutera, maka terdengarlah seruan, “Jangan kau singkap tirai itu! nanti engkau akan celaka! Engkau bisa terperosok ke jurang yang sangat dalam!”
http://aang-zaeni.blogspot.com/2017/03/teks-teks-khutbah-jumat-singkat-dan.html

Begitulah gambaran liku kehidupan yang ditempuh manusia dalam upayanya menempuh jalan yang lurus. Tidak semudah yang dibayangkan memang. Tidak semudah membalik kedua telapak tangan, tidak semudah menarik rambut didalam tepung. Tidak semulus jalan tol yang relatif bebas hambatan itu. Akan tetapi, jalan lurus yang diinginkan oleh setiap muslim dan muslimat selalu dihiasi oleh beraneka ragam godaan, beraneka ragam cobaan, beraneka ragam rintangan dan halangan dan senantiasa dipenuhi oleh onak dan duri, berbatu-batu penuh cadas. Oleh karena itu, maka tidaklah heran jika dari sekian banyak ummat manusia yang menghuni bumi ini, hanya segelintir saja yang mampu menempuh jalan-Nya yang lurus.


Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah.

Dalam perjalanan kehidupan ini memang banyak jalan yang terbentang di hadapan kita. Ada yang lurus, berliku-liku, penuh tikungan, mendaki, menurun dan sebagainya. Bagi manusia yang normal dan punya akal sehat, seandainya di suruh memilih, maka tentu ia akan memilih jalan yang lurus. Kenapa? Karena menempuh jalan yang lurus memungkinkan kita untuk mencapai tujuan relatif cepat, biaya lebih ringan dan waktu lebih efesien. Disamping itu kemungkinan ada hambatan dan bahaya juga relatif kecil. Tapi memang, menempuh jalan lurus, kayaknya tidak asyik, tidak romantis, tidak menantang. Oleh karenanya tidaklah heran kalau kebanyakan manusia justeru memilih jalan yang berliku dan mereka sering terbuai oleh keasyikan jalan tersebut, sehingga mereka lupa dan terlena dibuatnya.

Kita hidup di dunia ini laksana mengarungi perjalanan yang panjang. Kita hidup menuju mati. Kita sekarang ini dalam perjalanan untuk kembali kepada Tuhan. Tak ada satu kekhawatiran yang kita takutkan, kecuali tersesat di jalan, karena tak seorangpun diantara kita yang ingin sesat. Semua kita ingin selamat, ingin cepat-cepat sampai ke tujuan dan ingin lekas-lekas menggapai pulau harapan. Kita semua ingin meraih kesuksesan dari apa yang dicita-citakan, yakni mencapai mardhatillah, keridhaan Allah SWT.

Sesungguhnya jalan yang lurus, atau jalan yang diridhai Allah itu, hanyalah satu, sebab Dia memang satu (esa) dalam dzat-Nya, sifat dan perbuatan-Nya. Sedangkan jalan yang berliku itu sangat memang banyak jalan yang terbentang dihadapan kita. Ada yang lurus, berliku-liku, penuh tikungan, mendaki, menurun dan sebagainya. Bagi manusia yang normal dan punya akals ehat, seandainya di suruh memilih, maka tentu ia akan memilih jalan yang lurus. Kenapa? Karena menempuh jalan yang lurus memungkinkan kita untuk mencapai tujuan relatif cepat, biaya lebih ringan dan waktu lebih efesien. 

Disamping itu kemungkinan ada hambatan dan bahaya juga relatif kecil. Tapi memang, menempuh jalan lurus, kayaknya tidak asyik, tidak romantis, tidak menantang. Oleh karenanya tidaklah heran kalau kebanyakan manusia justeru memilih jalan yang berliku dan mereka sering terbuai oleh keasyikan jalan tersebut, sehingga mereka lupa dan terlena dibuatnya.

Kita hidup di dunia ini laksana mengarungi perjalanan yang panjang. Kita hidup menuju mati. Kita sekarang ini dalam perjalanan untuk kembali kepada Tuhan. Tak ada satu kekhawatiran yang kita takutkan, kecuali tersesat di jalan, karena tak seorangpun diantara kita yang ingin sesat. Semua kita ingin selamat, ingin cepat-cepat sampai ke tujuan dan ingin lekas-lekas menggapai pulau harapan. Kita semua ingin meraih kesuksesan dari apa yang di-cita-citakan, yakni mencapai mardhatillah, keridhaan Allah SWT. 

Sesungguhnya jalan yang lurus, atau jalan yang diridhai Allah itu, hanyalah satu, sebab Dia memang satu (esa) dalam dzat-Nya, sifat dan perbuatan-Nya. Sedangkan jalan yang berliku itu sangat banyak dan beraneka ragam, karena kemungkaran memang sangat banyak jalannya dan beraneka ragam bentuknya. 

Firman Allah SWT. :

وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ 

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)” (QS. Al-An-am ayat-153).

Hadirin Sedang Jumat Berbahagia

Semenjak kita menginjakkan kaki di bumi persada ini, semenjak itu pulalah pengembaraan kita mulai, manusia bertebaran dan berlalu lalang dimuka bumi hendak menuju Allah SWT. Masa tempuh perjalanan kita adalah batas umur yang ditetapkan Allah kepada kita. Dengan kata lain, umur kita adalah batas dan masa perjalanan menuju Allah itu sendiri. Sedangkan perputaran antara siang dan malam adalah sebagai fase dan jenjang dari suatu perjalanan yang harus ditempuh dari sati fase ke fase berikutnya hingga akhirnya kita sampai ke batas tujuan. 

Orang yang cerdik adalah orang yang mampmenempatkan fase perjalanannya senantiasa berada di hadapannya dan menempuhnya dengan penuh kehati-hatian dan menempatkan maslahat diatas mudharat. Apabila satu fase telah diselesaikannya maka segeralah ia berkonsentrasi menghadapi fase berikutnya. Ia bersegera untuk menapaki kehidupan ini dengan ibadah dan amal shaleh.

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah.

Petunjuk jalan lurus meliputi setiap upaya yang dilakukan untuk mencapai keridhaan Allah SWT. Hal-hal yang dapat dilakukan agar diridhai oleh Allah SWT. sesungguhnya sangatlah banyak dan bermacam-macam bentuk dan caranya. Namun jalannya hanyalah satu, yaitu dengan menjalankan agama-Nya berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.

Sabda Rasulullah SAW. :

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ 

“Kutinggalkan untuk kalian dua pusaka. Kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, bila kalian selalu berpegang teguh kepada keduanya. Dua pusaka itu adalah Kitabullah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.” 

Berpegang kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW artinya menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah (Hadits) sebagai pedoman hidup kita, baik dalam hubungan kita dengan Allah (hablun minallah) maupun dalam hubungan kita dengan sesama manusia (hablun minannaas), termasuk hubungan kita dengan alam sekitar (hablun minal ‘alam).

Dengan memeluk agama Islam secara konsekuen dan bertanggung jawab, dalam artian mematuhi segala aturan-aturan Allah yang tertera dalam kitab-Nya Al-Qur’an serta penjabarannya dalam hadits Rasulullah SAW. dan ijma ulama, maka insya Allah jalan lurus yang kita inginkan, yang kita dambakan dan kita mohonkan dalam setiap shalat kita, akan dapat kita peroleh. 

Akhirnya, marilah kita pegang teguh dua kitab pusaka tersebut, dalam artian kita baca, kita simak, kita pelajari, kita hayati dan kita amalkan segala isi dan kandungannya. 

Semoga Allah senantiasa mencurahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita mampu menempuh jalan-Nya yang lurus. Amin.  

Subscribe to receive free email updates: