Contoh Teks Khutbah Jumat Tentang Menuntut Ilmu

< Contoh Teks Khutbah Jumat Tentang Menuntut Ilmu > Alhamdulillah, kembali pada siang ini, kita diberi kesempatan oleh Allah SWT. untuk bisa menunaikan fardhu Jum’at di masjid yang mulia ini, sebagai salah satu perwujudan pengabdian kita kepada-Nya.

Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at Ra-himakumullah

Seperti biasanya, pada suatu hari Nabiyullah Musa ‘alaihis-salaam memberikan ceramah kepada kaumnya Bani Israil. Kali ini ia tampil begitu bersemangat, dengan tata bahasa yang sangat fashih dan tersusun rapi, sehingga enak di dengar dan mudah dipahami. Ia menjelaskan tentang keagungan dan kesucian Allah SWT. 
Banyak diantara pendengarnya yang berhadir ketika itu, merasa kagum dan mengakui ketinggian ilmu Nabi Musa a.s ini. Setelah selesai menyampaikan uraian dan petuah-petuah agama, Nabi Musa a.s selanjutnya memberikan kesempatan kepada yang berhadir untuk bertanya. Mungkin ada hal-hal yang belum atau ku-rang jelas dan minta penjelasan lebih lanjut. Karenanya maka tampillah seorang lelaki setengah baya menghampiri beliau dan bertanya. “Adakah orang lain yang lebih pandai daripada engkau ya Nabi  Musa”. Dengan tegas Nabi Musa menjawab, “Tidak ada”. 

Perlu digarisbawahi, bahwa jawaban tidak ada yang dikemukakan Nabi Musa tersebut bukanlah jawaban kesombongan, bukan jawaban keangkuan, tetapi memang berdasarkan realita yang ada ketika itu, hanya Nabi Musalah orang satu-satunya yang berhasil membimbing kaum-nya Bani Israil ke jalan yang benar. Dialah yang dapat mengalahkan kelicikan Fir’aun, dan hanya dengan tongkatnya saja, Musa telah dapat membelah lautan, juga telah dapat memojokkan tukang-tukang sihir ulung ketika itu. Dan terakhir ia dapat mengungkap rahasia pembunuhan terhadap salah seorang kaumnya Bani Israil. Kendati memang semuanya atas karunia, kehendak dan pertolongan Allah SWT. Dan Musapun sadar akan hal ini. 
http://aang-zaeni.blogspot.com/2017/03/contoh-teks-khutbah-jumat-tentang.html

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.

Baru saja Nabi Musa mengeluarkan jawaban tersebut, tiba-tiba turunlah wahyu Allah kepadanya yang seolah-olah meluruskan jawaban Nabi Musa tersebut, yang menurut penilaian Allah SWT. kurang tepat dan dapat menjadikannya sombong dan takabbur, kendatipun Nabi Musa tidak ada niatan dan perasaan demikian. Melalui firman-Nya, yang termuat di dalam Kitab Taurat, Allah SWT. menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan itu luas sekali dan tidak hanya dimiliki oleh satu orang saja, kendatipun ia seorang Nabi dan Rasul, tetapi mungkin orang lainpun juga memilikinya, malah mungkin ia lebih pandai, karena lebih banyak menuntut ilmu dan mendapat ilham dari Allah SWT. 

Baca Juga >Cara Meningkatkan Semangat Hidupa Dlm Islam
                 >Contoh Metode Dakwah Islam Yg Benar
                 >Sejarah Kerasulan Nabi Muhammad SAW Periode Mekah
                 >Naskah Khutbah Jumat: Tiga Besaran Ni'mat Allah SWT               

Mendengar sindiran Allah yang seperti ini, Nabi Musa nampaknya malu juga dan timbul kesadarannya akan keberada-an dirinya sekarang, yang tak lebih hanyalah sebagai manusia biasa yang tak punya arti apa-apa jika tidak mendapat karunia dan pertolongan Allah SWT.  Atas kejadian ini, maka tergeraklah hatinya dan berkeinginan untuk menjum-pai orang yang lebih pandai daripadanya, sehingga segeralah ia mengadu kepada  Allah SWT. seraya berkata : “Ya Allah, berilah hamba petunjuk, siapakah orang yang lebih pandai dariku. Di manakah ia berada. Rasanya hamba tak sabar lagi ingin segera menemuinya dan menimba ilmu darinya”

Kemudian Allah SWT menjawab, “Dia itu adalah seorang Syekh yang shaleh, Khaidir namanya. Engkau dapat menjumpai orang itu di tempat bertemunya dua lautan, yaitu antara lautan Roma dan lautan Parsi”. Kemudian Musa memohon petunjuk Allah, “Tunjukkilah hamba ya Allah, jalan menuju tempat tersebut”.

Allah berfirman, “Bawalah seekor ikan  yang besar  untukmengiringimu di perjalanan. Bila ikan itu menghilang, maka di situlah engkau akan berjumpa dengan Khaidir”. Setelah mendapat petunjuk Allah SWT. kemudian Musa minta bantuan kepada seorang pemuda dari Bani Israil agar mencarikan seekor ikan besar, kemudian mengajaknya pula agar ikut serta menemaninya  di perjalanan.  

Bertahun-tahun Nabi Musa bersa-ma seorang pemuda dan seekor ikan besar mengarungi lautan yang sangat luas dan dalam. Tidak sedikit halangan dan rintangan mereka temui selama diperjalanan. Rasa penat dan lelah cukup mengganggu perjalanan mereka, namun demikian, mereka tetap terus berlayar, hingga akhirnya bertemulah Nabi Musa a.s dengan seseorang yang bernama Syekh Khaidir itu, yang sebagian  ulama  menyebutnya  Nabi  Khaidir, kemudian iapun berguru kepadanya. 






Baca Juga>Khutbah Jumat: Tiga Pelajaran dari Rasulullah SAW Sebagai Teladan
                >Kiasah Cerita Singkat Qabil dan Habil Sesuai AlQuran dan Hadits

                >Khutbah Jumat: Sikap Seorang Muslim Menghadapi Tahun Baru

                >Kedudukan As Sunnah dalam Syariat Islam


Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah. 

Adegan Singkat di atas menggambarkan kepada kita betapa keutamaan ilmu. Sehingga nabi Musa sendiripun seketika diberi tahu oleh Allah SWT. bahwa ada orang yang lebih pandai daripadanya,  maka ia segera menemui orang tersebut untuk menimba ilmu darinya. 

Islam tak bosan-bosannya menganjurkan kepada pengikutnya, agar selalu menuntut ilmu. Di dalam Al-Qur’an mau-pun Al-Hadits, sangat  banyak  pernyataan  yang mengungkapkan tentang hal ini. Se-
perti misalnya yang terdapat pada surah Al-Mujadalah ayat 11, Allah SWT. berfirman : 

 يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan itu, beberapa derajat”

Kemudian sabda Rasulullah SAW. : 

وَعَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ:وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًايَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا,سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الجَنَّةِ

“Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan me-mudahkan jalan baginya untuk menuju Sorga”

Begitulah para jamaah sekalian, betapa mulianya ilmu, betapa utamanya ilmu, sehingga pantaslah kiranya, Allah menurunkan wahyu-Nya yang pertama kepada Rasulullah SAW. dengan kata iqra’,bacalah, karena dari kata iqra’ inilah terpancar benih-benih ilmu yang mengilhami manusia kepada kehidupan yang lebih baik, kehidupan yang di Ridhai oleh Allah SWT. 

Kaum Muslimin Jamaah Jum'at Rahimakumullah

Prof. Dr. Haji Mukti Ali, mantan menteri agama kita dulu, beliau pernah berkata : “Dengan  ilmu, kehidupan menjadi mudah. Dengan seni, kehidupan menjadi indah dan halus. Dengan agama hidup menjadi terarah dan bermakna”. Melalui ilmulah kita mampu membaca dan menulis. Dengan ilmulah kita mampu berhitung. Dengan ilmulah kita mampu memanfaatkan sumber kekayaan alam untuk kemanfaatan manusia. Dengan ilmulah kita mampu menjelajahi alam semesta ini dan menyingkap rahasia yang terkandung di dalamnya. Pendeknya ilmu, termasuk teknologi di dalamnya, akan memberikan kemudahan-kemudahan dalam arti yang seluas-luasnya kepada kita, manusia. 

Betapa pentingnya ilmu ini, sampai-sampai Rasulullah SAW. menilai bahwa sukses tidaknya seseorang dalam mengarungi bahtera hidup ini, ditentukan oleh  kualitas dan  keluasan ilmu yang dimilikinya. Rasulullah SAW. bersabda :

“Barang siapa menghendaki kesuksesan hidup di dunia, maka ia wajib menuntut ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki kenikmatan hidup di akhirat, maka ia harus menuntut ilmu. Dan barang siapa menghendaki kebahagiaan keduanya (du-nia dan akhirat), maka ia mesti menuntut ilmu”. 

Begitulah kaum Muslimin sekalian betapa pentingnya menuntut ilmu. Dan karena saking pentingnya menuntut ilmu  ini,  sehingga Allah mensejajarkan orang-orang yang berilmu pengetahuan itu dengan
orang-orang yang beriman dengan memberinya beberapa derajat kemuliaan, seperti yang ditunjukkan oleh ayat yang telah kami bacakan di atas tadi. 

Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at  Rahimakumullah. 

Kalau hanya menuntut ilmu semata, apalagi kalau hanya ilmu-ilmu keduniaan, tentu saja belumlah cukup. Menuntut ilmu keduniaan (umum), hendaknya diimbangi pula dengan menuntut ilmu agama, ilmu-ilmu keIslaman. Sebab agama Islam yang kita anut, tidak cukup hanya diimani semata, tetapi ia harus kita ilmui, dalam arti kita gali dan pelajari, kita hayati dan kita amalkan, serta kita da’wahkan untuk mengembangkan risalah Islam  ke  tengah- tengah masyarakat. 

Ilmu sebagai benda abstrak, tentu tidak memerlukan tempat yang luas di otak kita. Betapapun banyaknya ilmu yang masuk ke otak kita, otak kita akan selalu sanggup menampungnya. Berbeda dengan harta kekayaan, semakin banyak kita memiliki harta, maka semakin repot kita mencarikan wadah untuk menyimpannya. 

Dalam hubungan ini, maka paling tidak terdapat lima keutamaan ilmu pengetahuan dibandingkan dengan harta keka-yaan :
  1. Ilmu apabila disebarkan menjadi sema-kin banyak, sedangkan harta apabila disebarkan semakin sedikit; 
  2. Ilmu tidak bisa dicuri, sedangkan harta bisa dicuri; 
  3. Ilmu tidak memerlukan ruangan khu-sus untuk menyimpannya, sedangkan harta memerlukan tempat khusus; 
  4. Ilmu bisa menolong pemiliknya dari ancaman atau gangguan pihak lain, sedangkan harta memerlukan pertolong-an pemiliknya dari gangguan atau an-
    caman pihak lain;
  5. Ilmu merupakan pembawa keselamatan, sedangkan harta dapat membawa malapetaka. 
https://aang-zaeni.blogspot.com/2017/03/contoh-teks-khutbah-jumat-tentang.html

Akhirnya, mengingat betapa penting dan utamanya ilmu bagi kehidupan kita, maka kami mengajak kepada para jamaah sekalian, marilah kita bersama-sama untuk meningkatkan usaha-usaha didalam menuntut ilmu. Marilah kita manfaatkan semaksimal mungkin sarana-sarana sekolah, pondok pesantren, lembaga-lembaga pendidikan non formal seperti diklat, kursus dan sebagainya, dan tak terkecuali juga di tempat-tempat lain yang memungkinkan kita untuk menimba ilmu, seperti di masjid-masjid, mushalla, di rumah-rumah guru/ustadz, di majelis ta’lim atau di tempat pengajian, dan sebagainya. Ingatlah bahwa menuntut ilmu itu tidak mengenal usia, tak mengenal waktu dan tak mengenal tempat. Menuntut ilmu itu dapat dilakukan sepanjang masa/seumur hidup. Selama kita masih bisa bernapas, selama itu pula kita wajib menuntut ilmu. 

Ingatlah sabda Rasulullah SAW. : “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang kubur”. 

Kemudian, sabda beliau pula : “Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina”.
 
Marilah kita berdoa kepada Allah SWT. semoga kita diberi-Nya kekuatan, sehingga kita mampu menggali ilmu pengetahuan sebagai bekal kita hidup di dunia ini, dan terlebih-lebih sebagai bekal kita untuk menempuh hidup kita di akhirat nanti.

قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

بارك الله لى ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى واياكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم وتقبل الله منى ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم

Subscribe to receive free email updates: