Makalah Penyimpangan Aqidah dan Cara Penanggulangannya

< Makalah Penyimpangan Aqidah Dan Cara Penanggulangannya >Tidak ada kata yang pantas kita ucapkan dalam setiap waktu dan tempat selain puji dan syukur atas rahmatNya, shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan pada junjungan dan teladan umat manusia yang beriman, Rasulullah SAW, beserta keluarga, dan para sahabatnya. 

Belakangan ini sering terjadi sikap dan perilaku manusia yang menyimpang dari aqidah yang benar. Penyimpangan terhadap aqidah yang benar adalah kehancuran dan kesesatan yang nyata, karena aqidah yang benar adalah fundamen dan motivator  utama dalam  setiap  amal perbuatan manusia. 


Tanpa aqidah yang benar seseorang akan menjadi mangsa bagi persangkaan atau tuduhan dan keragu-raguan. Lambat laun hal itu akan  menumpuk dan menghalangi  dari  pandangan  yang benar terhadap jalan hidup kebahagiaan. Pada akhirnya, hidup terasa sempit, jumud, sesak dan gelap  yang  kemudian tidak jarang berujung pada keinginan untuk mengakhiri permasalahan hidup yang dihadapi dengan jalan pintas, entah bunuh diri, mabuk-mabukan.
http://aang-zaeni.blogspot.com/2017/03/makalah-penyimpangan-aqidah-dan-cara.html

Masyarakat yang hidupnya tidak dilandasi oleh aqidah atau keimanan yang benar disebut masyarakat bahimi (binatang), tidak memiliki prinsip kebenaran, tidak memiliki kebahagiaan dalam arti yang sesungguhnya walaupun bergelimang harta dan kemewahan. Bahkan hidupnya semakin mengarahkan pada konsep hidup jahili di era super modern saat ini. Oleh karena itu, semestinya materi itu harus diatur dan diarahkan penggunaannya untuk beramal shalih, sebagaimana firman Allah:
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. al-Mu’minun :51)
“Dan Sesungguhnya Telah kami berikan kepada Daud kurnia dari kami. (Kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang  bersama  Daud", dan kami Telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS. Saba’ :10-11)
Berkenaan dengan hal itu, kekuatan aqidah tidak boleh dipisahkan dengan kekuatan madiyah/materi, karena jika hal ini terjadi maka yang terjadi adalah penyimpangan terhadap fungsi dan kedudukan  materi dan akan berubah menjadi alat penghancur dan perusak terhadap  nilai-nilai kemanusiaan, sebagaimana terjadi di negara-negara adikuasa/Barat.


1). Adanya  kebodohan  terhadap aqidah  shahihah. Hal ini dikarenakan manusia/masyarakat enggan mempelajari secara mendalam dan mengajarkan kepada orang lain utamanya generasi muda, sehingga  tumbuh generasi yang tidak  mengenal aqidah yang benar, akibatnya mereka  meyakini sesuatu yang haq menjadi salah dan yang bathil menjadi tuntunan, sebagaimana perkataan sahabat Umar ibn Khaththab ra.:

“Sesungguhnya ikatan simpul islam akan pudar satu demi satu manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal kejahiliyahannya”

2). Ta’ashub atau tradisi yang diyakini secara turun-temurun dan dianggap benar walaupun itu bertentangan dengan ajaran Islam. Firman Allah SWT.:

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak),  tetapi  kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".

3). Taqlid buta, yaitu mengikuti atau mengambil pendapat manusia dan menganggapnya sebagai ajaran tanpa mengetahui dalilnya dan menelusuri lebih jauh atau mengambil pendapat ulama dengan tanpa mengetahui dalilnya. Mengambil satu hukum dengan referensi empat madzhab atau lainnya dengan tanpa mempelajari dalilnya, 

4). Ghaflah (lalai), yaitu mengabaikan atau melalaikan ayat-ayat Allah yang terhampar di alam raya ini/baik peringatan ayat qauliyah maupun kauniyah. Bahkan terbuai kemampuan akalnya  baik yang berupa teknologi maupun keilmuan, sampai dia mengira bahwa semua yang didapat adalah merupakan hasil kreasi manusia semata, sehingga mereka mengagung-agungkan manusia dan menisbahkanseluruh kemajuan ini merupakan hasil jerih payahnya sebagaimana Qarun yang dicontohkan Allah dalam Al-Qur’an: 
“Qarun berkata: "Sesungguhnya Aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku".  (QS. Al-Qashash : 78)
Padahal Allah SWT yang telah menciptakan manusia dan apa yang dapat  dilakukan oleh manusia:
“Padahal Allah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". (QS.  Al-Shaaffat: 96)
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan Telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu?”
5). Rumah tangga yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan  agama, pada umumnya, rumah tangga sekarang ini kosong dari pengarahan yang benar menurut Islam, padahal orang tua pegang peranan vital. Dalam hal ini Rasulullah saw. bersabda:
كل مولد يولد على
الفطرة فأبواه يهودنه او ينصرنه او يمجسنه
.
رواه البخري

6. Keengganan media pendidikan dan media informasi melaksanakan tugas dan perannya sebagai sarana pendidikan sosial, dan moral keagamaan. Kalaupun seandainya ada maka jumlahnya sangat minim, bahkan terdapat media yang tidak peduli sama sekali. Sedangkan media informasi baik cetak ,maupun elektronik dan dunia maya  berubah menjadi  sarana penghancur peradaban dan tata nilai sosial kemanusiaan dan moral, dan hanya memfokuskan pada  hal-hal yang bersifat profit oriented dan entertainment semata. Dari sini, muncullah generasi yang “telanjang” tanpa senjata dan tak berdaya menangkis kekufuran dan kefasikan yang bersenjatakan sangat canggih dan modern.

Subscribe to receive free email updates: