Khutbah Jumat Tentang Kufur Nikmat

<Khutbah Jumat Tentang Kufur Nikmat>Alhamdulillah, kita bersyukur ke khadirat Allah SWT yang dengan izin-Nya jualah, sehingga dapatlah kitapada siang ini kembali menunaikan fardhu Jum’at, sebagai salah satu wujud nyata dari taqwa kita kepada Allah SWT.

Hadirin Kaum Muslimin Rahimakumullah

Suatu ketika terlihat seorang pemuda sedang duduk dengan khidmat di depan Ka’bah. Bibirnya terlihat sedang mengucapkan sepotong doa. Doa tersebut berbunyi :“Ya Allah, masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang sedikit”. 
Doa ini ia ucapkan berulang-ulang. Beberapa orang pengunjung Ka’bah yang kebetulan juga berada disitu sempat terheran-heran mendengar ucapan doa tersebut. Kenapa?, karena tidak seperti biasanya. Biasanya orang berdoa agar dimasukkan ke dalam golongan yang terbanyak.
Ketika Khalifah Umar r.a  tengah melakukan thawaf, beliau juga ternyata mendengar ucapan doa seorang anak muda ini, sehingga mengundang hasrat beliau untuk bertanya. “Apakah yang anda maksudkan dengan golongan orang yang sedikit itu, wahai anak muda?”, tanya khalifah. Pemuda itu menjawab, “bukankah Amirul Mu’minin kerap kali membaca ayat :“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur” (QS. Shaba’ ayat 13)
Kemudian ia katakan pula, “berdasarkan ayat ini, maka saya ingin agar Allah SWT memasukkan saya ke dalam golongan orang-orang yang sedikit, karena golongan inilah merupakan golongan yang banyak bersyukur ke khadirat Allah SWT. Demi mendengar jawaban anak muda ini, Khalifah Umar tersenyum gembira dan puas hatinya.
http://aang-zaeni.blogspot.com/2017/03/khutbah-jumat-tentang-kufur-nikmat.html

Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Bersyukur adalah suatu kata yang mudah mengucapkannya tetapi sulit membuktikannya. Banyak orang berkata, “syukur, alhamdulillah, terimakasih ya Allah” ketika mendapatkan ni’mat, namun setelah itu, dalam prakteknya, ia masih saja membangkang  terhadap  perintah  Allah  SWT, masih saja melakukan  perbuatan maksiat. Kata syukur rupanya hanya sekedar basa-basi, hiasan mulut, tanpa adanya penghayatan yang mendalam, tak membekas ke dalam relung hatinya, sehingga sulit untuk merealisasikan ke dalam amal nyata.

                >Khutbah Jumat: Shalat Sebagai Kewajiban Seorang Muslim
                >Pengertian Surga dan Neraka Beserta Penghuninya
                >Urgensitas Minta Perlindungan Kepada Allah Swt

Percuma saja kita berkata, “alhamdulillah, terima kasih ya Allah”, tetapi perkataan ini tidak seirama dengan amal perbuatan kita. Percuma saja kita berkata, “saya hamba Allah”, namun dalam prakteknya justeru kita menjadi  hamba selain Allah, seperti hamba harta, hamba dunia, hamba hawa nafsu dan lebih tragis lagi kalau kita menjadi hamba syetan.

Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah!

Memang sudah menjadi tabiat manusia, apabila memperoleh ni’mat yang banyak, ia sering lupa kepada sipemberi ni’mat, yaitu Allah SWT. Semakin banyak ia memperolehnya, semakin lupa daratanlah ia, sehingga ni’mat yang begitu banyak itu menjadikannya bukan semakin dekat dengan Allah SWT namun malah sebaliknya, jauh dengan Allah, semakin lupa akan perintah-perintah Allah dan semakin tak memperdulikan larangan-larangan Allah. Firman Allah dalam Al-Qur’an

وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الْأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ ۗ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ 

“Sesungguhnya telah Kami teguhkan kekuasaanmu di muka bumi ini, dan Kami jadikan di sana lapangan penghidupanmu. Tapi ternyata, sedikit sekali diantara kamu yang bersyukur” (QS. Al-A’raf ayat 10).

Hadirin rahimakumullah!

Pada hakikatnya segala ni’mat yang diberikan Allah kepada hamba-Nya hanyalah merupakan batu ujian untuk mengukur sampai sejauh mana kemampuan manusia dapat mengendalikan diri. Apabila segala ni’mat yang ia terima, ia sambut dengan syukur, dalam arti yang sebenar-benarnya, maka orang ini dicap oleh Allah sebagai orang yang bersyukur atau syukur ni’mat. Namun, jika segala ni’mat yang ia terima, ia sambut dengan sikap angkuh dan takabbur, maka orang ini dicap oleh Allah sebagai orang yang kufur ni’mat. Golongan yang terakhir inilah merupakan golongan yang terbanyak.


Tidak sedikit Al-Qur’an mengungkapkan betapa tragisnya orang yang kufur akan ni’mat Allah. Akhir dari drama kesombongannya tidak lain hanyalah siksa yang amat sangat yang Allah tampakkan di dunia ini dan terlebih-lebih di akhirat nanti.

Bacalah, bagaimana sejarah kelabu yang menimpa ummat sebelum kita lantaran kesombongan, takabbur dan kufur ni’mat, sehingga Allah menukar kekayaan mereka, kesejahteraan dan stabilitas keamanan yang mereka miliki, dengan kemiskinan, ketakutan dan kekacauan.

Perhatikanlah bagaimana nasib si Qarun dengan hartanya yang melimpah ruah, seketika terbenam di telan bumi lantaran ia lupa bersyukur, bahkan berani berbuat sombong dan takabbur. 

Firman Allah SWT. :

“Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam perut bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan manapun yang mampu menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasukorang-orang yang dapat membela dirinya sendiri” (QS. Al-Qashash ayat 81).

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ

Ingatlah, betapa Allah SWT telah berulang kali memberi ni’mat, rahmat dan kemuliaan pada Bani Israil, namun berulang kali pula mereka mengingkarinya, sesat dan durhaka terhadap ajaran Allah. Pada mulanya Allah selalu memberikan ampunan kepada mereka berkat doa dan permohonan para Nabi dan Rasul yang diutus untuk mereka. Namun lama kelamaan murka Allah rupanya turun juga. Selama empat puluh tahun mereka Allah biarkan terombang ambing dalam kesesatan. Hidup mereka tak obahnya laksana sebuah perahu yang berlayar tanpa kemudi, terombang ambing diterpa angin, badai dan gelombang, sehingga kehidupan mereka tak tentu arah, kemiskinan, kemelaratan dan kebodohan selalu menghantui mereka.

Ingatlah pula, tentang negeri Saba’. Sebelumnya negeri ini merupakan negeri yang kaya raya dengan hasil buminya yang melimpah. Namun, tatkala mereka berpaling dan enggan bersyukur  kepada Allah SWT. maka Allah mendatangkan kepada mereka banjir besar yang menenggelamkan  rumah-rumah dan menghanyutkan seluruh harta benda dan binatang ternak mereka. Seluruh lahan perkebunan yang mereka miliki pun porak poranda tak karu-karuan. Akibatnya, dalam waktu relatif singkat, kekayaan berubah menjadi kefakiran, kenikmatan berbalik menjadi kesengsaraan, persatuan pecah dan muncullah percerai beraian.

Terhadap peristiwa ini,Allah SWT berkomentar melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an :

فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَا وَظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ وَمَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ 

“Maka Kami jadikan mereka buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya pada yang sedemikian itu benar-benar terdapat tanpa-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi banyak bersyukur” (QS. Saba’ ayat 19).

Kemudian, betapa siksaan yang menimpa  raja Namrud, raja yang lalim itu. Begitu pula kehinaan yang teramat sangat terhadap Fir’aun. Begitulah beberapa contoh sejarah tentang nasib manusia yang kufur terhadap ni’mat-ni’mat Allah.

Ingatlah, Allah tidak akan segan-segannya menurunkan azab dan siksa, selama manusia tidak segan-segannya berbuat kejahatan dan kesesatan. Bukankah kita sering mendengar bahkan menyaksikan berbagai bencana alam melanda manusia. Apakah itu, gunung meletus, gempa bumi, banjir, tanah longsor, kebakaran dan sebagainya. Semua itu terjadi  tidak lain sebagai peringatan bagi orang-orang yang kufur akan ni’mat Allah SWT.

Sungguh, tidaklah sulit bagi Allah untuk mengubah keadaan suatu bangsa, dari kehidupan yang aman tenteram menjadi kehidupan yang kacau-balau, dari kehidupan yang kaya raya menjadi kehidupan yang miskin papa. Semuanya tergantung kita, bersyukur atau kufur?.

Firman Allah SWT. :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ 

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pastiakan Kami tambah (ni’mat) kepadamu. Dan jika kamu tidak mensyukurinya (kufur ni’mat), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim ayat 7).

Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah!

Hakikat syukur adalah menampakkan ni’mat dengan cara menggunakan ni’mat tersebut secara proporsional atau sesuai dengan kehendak si pemberi ni’mat, yaitu Allah SWT. serta mengingat, menyebut dan memuji pemberinya tersebut, sedangkan hakikat kufur adalah menyembunyikannya atau tidak tahu menahu (masa bodoh) terhadap si pemberinya (Allah SWT.), disamping juga tidak menggunakan ni’mat tersebut dengan semestinya.

Dalam pergaulan sehari-hari saja kalau suatu ketika kita diberi sesuatu oleh orang lain, kita tentu minimal akan mengucapkan terimakasih kepada si pemberi dan berusaha semaksimal mungkin untuk memanfaatkan pemberian tersebut dengan sebaik-baiknya, sehingga si pemberi akan merasa senang, dan tidak mustahil, karena saking senangnya mungkin ia akan menambah pemberiannya tersebut kepada kita. 

Sebaliknya, jika seseorang yang setelah diberikan sesuatu oleh orang lain, kemudian pemberian tersebut tidak ia gunakan dengan sebaik-baiknya, bahkan berterima kasih pun tidak, tentu si pemberi akan merasa kesal, mungkin juga marah, sehingga ia tidak akan memberinya lagi, bahkan ada kemungkinan pemberiannya yang sudah ia berikan tersebut ditariknya atau diambilnya kembali.

Jadi, salah satu indikator apakah kita pandai bersyukur atau tidak terhadap ni’mat-ni’mat Allah, adalah bagaimana upaya kita menggunakan ni’mat dan pemberian Allah tersebut kepada hal-hal yang diridhai-Nya. Jika kita diberikan oleh Allah anugerah berupa harta kekayaan, maka pergunakanlah harta kekayaan tersebut sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Jika kita diberikan anugerah oleh Allah berupa anak dan keturunan, maka pelihara dan didiklah anak-anak kita agar menjadi anak yang shaleh-shalehah, yang selalu mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada  kedua orangtuanya serta bermanfaat bagi sesamanya. Demikinlah seterusnya.

Akhirnya, marilah kita berdoa kepada Allah, semoga kita terhindar dari sikap kufur, dan memasukkan kita ke dalam kelompok hamba-hamba-Nya yang senantiasa mensyukuri ni’mat-ni’mat-Nya. Amin ya Rabbal álamiin.

Subscribe to receive free email updates: