<Contoh Naskah Khutbah Jumat Singkat Tiga Besaran Ni'mat Allah SWT> Alhamdulillah, kita ber-syukur ke khadirat Allah SWT. yang dengan izin-Nya jualah, sehingga dapatlah kita pada siang ini kembali menunaikan fardhu Jum’at, sebagai salah satu wujud nyata dari taqwa kita kepada Allah SWT.
Maasyiral Muslimin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah SWT.
Sudah tidak dapat kita pungkiri, bahwa dalam kehidupan ini, kita selalu menerima ni’mat Allah yang melimpah ruah. Karena saking banyaknya, tidak ada satu mesin atau teknologi secanggih apapun yang mampu mencatat berapa banyak ni’mat Allah tersebut. Sehingga jika seandainya ranting-ranting kayu yang ada di permukaan bumi ini di jadikan pena, dan seluruh lauatan yang luas dan dalam ini, dijadikan tinta, untuk menuliskan ni’mat-ni’mat Allah, niscaya ranting-rangting kayu itu akan hancur atau musnah dan lautan itu akan kering, namun ni’mat-ni’mat Allah masih banyak yang belum tertuliskan.
Dalam hubungan ini, maka wajarlah kiranya, jika Allah SWT. menantang kita dan mempersilakan kepada kita, kalau memang kita mau dan mampu melakukan penghitungan terhadap ni’mat-ni’mat Allah tersebut. Namun pasti, kata Allah, sekali lagi pasti, kita tidak akan mampu untuk menghitungnya.
Firman Allah dalam Al-Qur’an :
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ
“Dan jika sekiranya kamu ingin menghitung-hitung ni’mat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu untuk menghitungnya” (QS. Ibrahim ayat 34).
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Walaupun ada sebuah hadits Rasulullah SAW. yang menyatakan :
“Sesungguhnya Allah memiliki seratus ni’mat (rahmat). Satu ni’mat diantaranya telah diturunkan Allah dan dibagi-bagikanNya kepada jin, manusia dan binatang. Dengan ni’mat yang satu tersebut, maka semua makhluk akan saling sayang menyayangi dan kasih mengasihi. Dengan ni’mat yang satu itu pulalah, seekor keledai liar mengasihi anaknya. Adapun ni’mat (rahmat) yang lainnya (99) itu, digunakan Allah untuk mengasihi hamba-Nya di akhirat (pada hari kiamat) kelak”.
Muslimin Rahimakumullah.
Memang, kalau dilihat dari segi prosentasi, kelihatannya sangat sedikit. Dari 100 ni’mat yang dimiliki Allah, hanya 1 ni’mat yang diperuntukkan-Nya bagi makhluk di dunia ini. Sementara yang 99 ni’mat lainnya, Allah persiapkan untuk makhluk-Nya yang hidup di akhirat kelak. Sepertinya ini tidak sebanding, tidak balans. Ya, memang kalau dilihat dari segi pembagiannya jelas tidak seimbang. Namun, kalau kita lihat dan rasakan dari segi nilainya, tentu tidak dapat kita bayangkan betapa besarnya. Walaupun ni’mat yang diturunkan Allah ke dunia ini hanya 1% saja, akan tetapi bagi ukuran kita, atau bagi ukuran duniawi, sudah merupakan ni’mat yang sangat banyak, karena dari satu sumber ni’mat inilah terpancar ni’mat-ni’mat lainnya yang beraneka ragam jenis dan macamnya dan sangat banyak jumlahnya, sehingga wajar jika tak seorangpun diantara kita yang mampu untuk menghitungnya.
Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at yang berbahagia.
Kendatipun ni’mat Allah itu sangat banyak. Namun para ulama sepakat untuk mengelompokkan ni’mat Allah ini ke dalam tiga kelompok besar. Kelompok besar yang pertama adalah ni’mat hidup dan kehidupan. Ni’mat ini diberikan oleh Allah SWT. Kepada seluruh makhluk-Nya, tanpa terkecuali. Tidak saja kepada manusia, tetapi binatang dan tumbuh-tumbuhan pun juga diberikan oleh Allah ni’mat hidup dan kehidupan, bahkan kepada malaikat dan jin, termasuk si durjana iblis dan syetan, semuanya diberikan ni’mat hidup dan kehidupan oleh Allah SWT.
Muslimin rahimakumullah.
Tahukah kita, bahwa yang menyebabkan kita bisa hidup di permukaan bumi ini, dikarenakan bumi ini berputar. Dalam satu kali putaran memakan waktu 24 jam atau satu hari. Bagi belahan bumi yang menghadap matahari, maka di sana terjadi siang. Sebaliknya, bagi belahan bumi yang membelakangi matahari, maka di sana terjadi malam. Demikian seterusnya silih berganti, hingga hari kiamat nanti.
Dengan berputarnya bumi, maka terjadilah siang dan malam. Disinilah sebenarnya rahasia kehidupan kita. Dengan perputaran bumi inilah, kita bisa hidup dipermukaan bumi ini. Coba kalau kita bayangkan, bagaimana dan apa yang terjadi jika sekiranya bumi kita ini tidak berputar?.
Seandainya bumi ini tidak berputar, berarti ada belahan bumi yang mengalami siang terus-terusan dan ada belahan bumi yang mengalami malam terus-terusan.
Bagi belahan bumi yang mengalami siang terus-terusan, maka menurut prakiraan para ahli, bahwa dalam jangka waktu 100 jam saja, maka suhu udara yang ada di permukaan bumi tersebut akan mencapai 100 derajat celsius. Ini berarti seluruh zat cair, baik itu air laut, air sungai, air danau air kali, air sumur dan sebagainya, semuanya akan mendidih, Bahkan persediaan air yang ada dalam tubuh kita, termasuk darah kita, karena darah juga merupakan zat cair, juga ikut mendidih. Kalau sudah demikian keadaannya, maka sudah dapat dipastikan, tidak akan ada kehidupan di permukaan bumi ini, bahkan lama kelamaan bumi ini hangus dan hancur lebur jadi debu.
Muslimin Rahimakumullah.
Sebaliknya, bagi belahan bumi yang mengalami malam terus terusan, maka menurut prakiraan para ahli, bahwa dalam jangka waktu 100 jam saja, maka suhu udara yang ada di permukaan bumi tersebut menjadi 0 derajat celcius. Ini berarti seluruh benda cair akan menjadi beku. Air laut beku, air sungai beku, air danau beku, air kali beku, air sumur beku, dan seterusnya. Demikian juga cairan yang ada ditubuh kita, termasuk darah kita, ikut-ikutan beku. Kalau sudah demikian keadaannya, maka sudah dapat dipastikan, tidak akan ada kehidupan dipermukaan bumi ini.
Subhaanallah, Begitulah, dengan Rahman dan Rahim-Nya, Allah SWT. telah menjadikan bumi ini berputar, sehingga terjadilah siang dan malam secara silih berganti, yang karenanya maka suhu udara yang ada di permukaan bumi akan selalu stabil atau konstan, tidak terlalu panas, tidak pula terlalu dingin.
Cukup banyak ayat Al-Qur’an memberikan pernyataan, betapa ke Maha besaran Allah SWT. yang dengan kuasa-Nya telah menciptakan langit dan bumi serta mengatur silih bergantinya siang dan malam.
Firman Allah dalam Al-Qur’an :
إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍۢ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berakal” (QS. Ali ‘Imran ayat 190).
Ma’asyiral Muslimin yang berbahagia.
Besaran ni’mat yang ke dua adalah ni’mat kebebasan berpikir atau kemerdekaan. Ni’mat yang ke dua ini nampaknya lebih selektif dibandingkan dengan ni’mat yang pertama. Kalau ni’mat hidup dan kehidupan dianugerahkan oleh Allah kepada seluruh makhluk-Nya, tanpa terkecuali, maka ni’mat kebebasan berpikir atau kemerdekaan ini justeru hanya diperuntukkan Allah kepada manusia saja. Tidak diberikan kepada binatang, tidak pula diberikan kepada tumbuh-tumbuhan, bahkan kepada malaikat sekalipun, Allah SWT. tidak memberikan ni’mat kebebasan berpikir atau kemerdekaan. Sekali lagi, ni’mat kebebasan berpikir atau kemerdekaan ini, hanya dianugerahkan Allah SWT kepada manusia saja.
Baca Juga : Contoh Khutbah Jumat Tentang Menuntut Ilmu
Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at yang berbahagia.
Dengan ni’mat kebebasan berpikir atau kemerdekaan ini, manusia dipersilakan oleh Allah untuk memilih apa saja yang ia mau. Ketika ia sedang haus, disebelahnya tersedia air teh manis, air susu, air kopi, air es dan sebagainya, tentu ia bebas memilih yang mana yang ia suka.
Demikian juga dalam kehidupan beragama, Allah dengan jelas dan tegas telah memberikan petunjuk-Nya kepada kita manusia, melalui Al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya, baik mengenai perintah atau kewajiban yang harus dijalankan maupun berbagai larangan yang harus dihindarkan. Namun Allah sama sekali tidak memaksa kita, mau dilaksanakan kewajiban itu, atau tidak. Mau dilanggar atau dipatuhi larangan itu, Allah tidak perduli. Yang jelas, Allah sudah memberikan garisan-garisan-Nya yang tegas dan jelas, yang kesemuanya tentu ada risiko atau konsekuensinya. Demikianlah, memang kebebasan memilih selalu diiringi dengan penghargaan atau hukuman. Bagi yang rajin menjalankan perintah-Nya dan selalu menjauhi larangan-Nya, maka ia akan diberikan penghargaan oleh Allah berupa pahala sorga. Sebaliknya, bagi yang malas mejalankan perintah-Nya dan tidak mengindahkan larangan-Nya, maka ia akan diberikan hukuman berupa siksa neraka.
Muslimin Rahimakumullah
Karena Allah telah memberikan kemerdekaan dan kebebasan berpikir kepada manusia, untuk memilih, untuk menentukan dan sebagainya, maka inilah barangkali pangkalnya, mengapa manusia kalau diberi yang baik, malah justeru memilih yang jelek. Diajak kepada ketaqwaan, melakukan kefasikan. Diajak berdamai, malah bermusuhan. Begitulah, manusia diberikan kebebasan oleh Allah untuk memilih, apakah ta’at kepada-Ny atau durhaka kepada-Nya.
Firman Allah SWT. :
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan atau ketaqwaannya” (QS. Asy-Syams ayat 8).
Muslimin Rahimakumullah.
Dengan ni’mat kebebasan berpikir atau kemerdekaan, manusia diberikan kebebasan oleh Allah untuk memilih jalan hidup dan lapangan hidup yang ia inginkan. Manusia diberikan kebebasan dan kemerdekaan untuk mempertahankan hak azasinya dan fitrahnya sebagai manusia.
Tak seorangpun diantara kita yang rela kalau kebebasan kita dibelenggu, kalau kemerdekaan kita diganggu. Oleh ka- renanya wajar, jika para pejuang kita tempo dulu bertekad, “Merdeka atau Mati!!!”, maksudnya, mereka rela mati demi mempertahankan kemerdekaan. Demikianlah nilai kebebasan berpikir atau kemerdekaan, kedudukannya lebih tinggi dari nilai hidup dan kehidupan.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Besaran ni’mat yang ketiga, atau ni’mat yang terakhir adalah ni’mat hidayah atau ni’mat Iman dan Islam.
Hadirin.
Ni’mat ini lebih selektif lagi diberikan oleh Allah SWT. Karena ni’mat ini hanya Ia berikan kepada manusia tertentu saja yang Ia kehendaki.
Firman Allah SWT. :
“Dia memberi Hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang benar” (QS. Al-Baqarah ayat 142).
Muslimin Rahimakumullah.
Hidayah adalah mutlak milik Allah. Wewenang sepenuhnya ada di tangan-Nya. Rasulullah sendiri tidak diberikan hak oleh Allah SWT. untuk memberikan hidayah kepada orang lain, sekalipun kepada keluarga, sahabat atau orang yang beliau cintai.
Sebagai contoh, seperti Abu Thalib, paman Nabi. Beliau adalah orang yang sangat mencintai Rasulullah. Beliau adalah orang yang sangat berjasa terhadap keberadaan Islam dan kaum Muslimin di masa Rasulullah. Beliau adalah orang yang paling setia mendampingi dan melindungi perjuangan Rasulullah. Beliau adalah orang yang setiap saat menyaksikan betapa kemuliaan, kejujuran dan keindahan budi pekerti Rasulullah. Beliau adalah orang yang senantiasa menyaksikan betapa kebesaran mu’jizat Rasulullah. Namun apa hendak dikata, ternyatdi akhir hayat beliau, paman Nabi yang bernama Abu Thalib ini, tidak sempat mengucapkan dua kalimat syahadat, kenapa?, karena tidak mendapat hidayah Allah SWT. Padahal sebelumnya Rasulullah SAW. sudah berusaha sebisa-bisanya membujuk dan membimbing beliau, namun malah justeru tidak dihiraukan oleh beliau, sehingga hampir-hampir Nabi putus asa.
“Wahai paman (kata Rasulullah), ucapkanlah kalimat LAA ILAAHA ILLA ALLAH. Kalimat ini nantinya akan aku jadikan argumentasi terhadapmu di hadapan Allah. Tetapi Abi Thalib menolak untuk mengucapkan kalimat LAA ILAAHA ILLA ALLAH tersebut” (HR.Bukhari Dan Muslim).
Melihat keadaan pamannya yang sedemikian ini, tak dapat dielakkan lagi, berlinanglah air mata beliau, Rasulullah benar-benar sedih hatinya, sehingga terucaplah permohonan sekaligus pengaduanbeliau untuk meminta pertimbangan Allah terhadap keadaan pamannya ini. Namun justeru pengaduan Rasulullah tersebut mendapat teguran keras dari Allah SWT. sebagaimana firman-Nya :
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya kamu (hai Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk (hidayah) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk (hidayah) kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (QS. Al-Qashash ayat 56).
Mendengar teguran Allah ini, Rasulullah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, kecuali diam dan pasrah. Rasulullah menyadari akan kelemahan dirinya di hadapan Allah SWT. Beliau tidak bisa berbuat banyak tanpa izin Allah, tanpa kehendak Allah. Dan Allah Maha Tahu serta Maha Bijaksana terhadap apa yang menjadi keputusan-Nya kendati menurut kacamata manusia mungkin dirasa kurang adil.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Beruntunglah kita saat ini, karena telah ditakdirkan Allah menjadi orang-orang yang dianugerahi ni’mat Hidayah atau ni’mat Iman dan Islam, sebab tidak semua orang dapat memperolehnya. Lagi pula, Rasulullah dalam sebuah hadits beliau pernah bersabda, kata beliau : “Sangat berbahagia sekali, orang yang pernah bertemu dengan aku, kemudian ia beriman”. Akan tetapi justeru Nabi mengulanginya sampai tiga kali, kata beliau : “Lebih berbahagia lagi, lebih berbahagia lagi, lebih berbahagia lagi, orang yang tak pernah bertemu dengan aku, namun ia beriman, ia percaya”. Alhamdulillah kita termasuk golongan ini.
Muslimin yang berbahagia.
Bersyukurlah kita kepada Allah SWT. karena kita semua telah dianugerahkan-Nya ni’mat hidup dan kehidupan, walaupun nasib dan lapangan penghidupan serta rezeki yang kita terima cukup bervariasi. Kemudian, kita dalam keadaan bebas merdeka, bangsa kita adalah bangsa yang merdeka, dan yang terakhir alhamdulillah, ni’mat hidayah, Iman dan Islam pun juga senantiasa menyertai kehidupan kita hingga sampai di akhir hayat nanti.