Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar 3x
Allahu akbar kabiiraa, wal hamdu lillaahi katsiraa, wa subhaanallaahi bukrataw wa -ashiilaa, Laa ilaaha illallaahu wahdahu, shadaqa wa’dah wa nashara 'abdahu wa a’azza jundahu wa hazamal ahzaaba wahdahu. Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, allaahu akbar wa lillaahil hamdu.
Alhamdulillah,
Alhamdulillahil maalikil qahhaar, ahmaduhu subhaanahu wa ta’aalaa niamin tatawaalaa kal amtaari wa asy kuruhu mutaraadi fii fadlihil midwaari.
Asyhadu anlaa ilaaha illallaahu wahadahu laa syariikalahu syahadatan tunjii qaa-ilaha minan naari. Wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuuluhun nabiyul mukhtaar laa nabiya ba’dah.
Allaahumma shalli wa sallim ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa’alaa -aalihi wa shahbihi ajma’iin. Amma ba’du.
Fayaa ayyuhan naas : ittaqullaahu ta’aalaa wa’lamuu anna yaumakum haadzaa yaumun fadhiil. Wa’idun syariifun jaliil. Rafa’alllahu ta’aalaa qadrahu wa adhaar.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu
Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat Ied yang dimuliakan Allah SWT
Dalam suasana yang berbahagia ini, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Kuasa. Dengan siraman rahmat dan karuniaNya kita dapat menyambut hari yang agung ini, hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1438 H dengan tertib, aman, khidmat dan lancar.
Baca Juga>Khutbah Jumat Terdahsyat: Sikap Seorang Muslim Menghadapi Tahun Baru
>Pengertian Hadits Mursal Tabi'i Shahabi dan Contohnya
>Materi Khutbah Jumat: Meneladani Kerendahan Hati Rasulullah SAW
Tumbuhnya rasa syukur dan bahagia ini terpancar nyata pada wajah-wajah kita sekalian kaum muslimin, karena telah mampu memenuhi kewajiban ibadah shaum sebulan penuh disertai dengan qiyamu ramadhan. Kita telah menyemarakakan suasana ramadhan dengan melaksanakan shalat tarawih berjamaah, bertadarrus al-qur’an, beri’tikaf dan diakhiri dengan mengeluarkan zakat fitrah untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya. Semuanya itu kita laksanakan atas dasar keimanan dan keikhlasan semata-mata hanya mengharap ridha Allah SWT, tidak karena terpaksa dan tidak pula karena dipaksa oleh yang lain.
Hal ini sesuai dengan ikrar yang senantiasa kita ucapkan: Radhiitu billaahi rabbaa, wa bil islaami diinaa, wa bimuhammadin nabiyyaa wa rasuulaa. Artinya: Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulku.
Keridhaan dan kelapangan dada dalam menerima dan mengamalkan ajaran Islam ini sesungguhnya merupakan indikasi bahwa hidayah Allah SWT telah dapat kita terima. Tetapi sebaliknya jika hati masih merasa berat dalam menerima dan menerapkan ajaran islam, maka ini menunjukkan bahwa hidayah Allah SWT belum dapat diterima secara sempurna.
Firman Allah SWT dalam alquran: Faman yuriidillaahu an yahdiyahu yasyrah shadrahu lil islaam. Wa man yurid an yudillahu yaj’al shadrahu dhayyiqan harajaan, ka -annama yashsha’adu fissamaa-i. Kadzaalika yaj’alul llahu rrijsa 'ala lladziina laa yu’minuun.
Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) islam. Dan barang siapa dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (QS. Al-an’am : 125)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu
Sejak tadi malam hingga pagi hari ini, kaum muslimin di seluruh dunia mulai dari ujung barat hingga ujung timur, serentak mengucapkan takbir, tahmid dan tahlil sebagai pengakuan dan pernyataan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang maha Agung, karena semua manusia siapapun ia baik seorang presiden, seorang raja, menteri, atau pejabat tinggi sekalipun adalah begitu lemah dan tak berdaya di hadapan Allah SWT. Sebab jabatan dan kedudukan terhormat yang dimilikinya takkan kuasa menolongnya manakala malaikat maut datang menjemput. Oleh karena itu, pada hari yang mulia ini marilah kita curahkan segala perhatian kita untuk rukuk, sujud dan pasrah kepadaNya. Mudah-mudahan kita senantiasa berada dalam lindungan dan rahmatnya.
Saudara-saudara Kaum Muslimin dan Muslimat sidang jamaah Ied yang dirahmati Allah SWT
Suara takbir, tahmid dan tahlil yang serempak diucapkan umat Islam di seluruh penjuru dunia, membahana masuk ke dalam dada dan kalbu manusia, menyentuh relung terdalam sisi kemanusiaan kita dan menumbuhkan kesadaran akan kemahaagungan Allah SWT.
Hari ini merupakan hari yang berbahagia bagi kita semua, khususnya bagi mereka yang telah tamat berpuasa sebulan lamanya. Hal ini patut kita syukuri, karena tidak semua orang yang mengaku muslim mampu dan mau melaksanakan kewajiban ini. Banyak orang yang berbadan kekar dan sehat tetapi tidak mampu berpuasa. Sebaliknya, tidak sedikit orang yang fisiknya lemah, sudah tua dan sakit-sakitan tetapi mampu dan sanggup melaksanakannya. Kemampuan ini sesungguhnya merupakan karunia dan hidayah Allah kepada orang-orang yang dikehendakinya, yaitu orang-orang yang beriman.
Hari ini juga merupakan hari yang diberkahi, dimuliakan dan merupakan hari maghfirah (ampunan) Allah. Untuk itu marilah kita masing-masing mengintrospeksi diri terhadap kesalahan dan dosa-dosa kita, baik kepada sesama manusia maupun dosa kepada Allah SWT. Mudah-mudahan puasa yang telah kita laksanakan sebulan lamanya menjadi wasilah untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu
Hadirin Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah SWT!
Dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepadaNya, dalam kesempatan ini tidak ada salahnya bila kita sedikit mengenang serpihan kecil kisah tentang detik-detik terakhir menjelang Rasulullah SAW wafat. Dengan harapan mudah-mudahan menjadi bahan pertimbangan dan pedoman hidup kita masa kini dan untuk masa yang akan datang.
Baca Juga>Khutbah Jumat Matematika Kehidupan dan Hikmah Dibalik Musibah
>Teks Khutbah Jumat: Roda Kehidupan
>Pengertian Zuhud dan Tingkatan Zuhud dari Segi Kualitas
Pada kesempatan melaksanakan haji wada, Rasulullah SAW berkhotbah dan beliau menyinggung tentang wahyu terakhir yang baru saja diterimanya dari Malikat Jibril. Rasulullah SAW mengatakan bahwa Jibril tidak akan datang lagi menemuinya. Mendengar berita itu, para sahabat menjadi sangat gembira sebab menganggap bahwa Islam telah sempurna. Sebaliknya, Abu Bakar justru tidak memperlihatkan kegembiraan. Ia nampak sedih dan menahan duka yang mendalam. Saat itu juga ia langsung pulang dan mengunci diri dalam kamar sambil menumpahkan segala kesedihannya.
Melihat Abu Bakar bersikap demikian, para sahabat cepat memburu ke rumahnya dan menanyakan kepada Abu Bakar mengapa ia bersedih dan tidak menampakkan kegembiraan. Abu Bakar menjawab : “Apakah kalian tidak tahu bahwa agama ini telah sempurna kata Rasulullah ? apakah kalian juga tidak menyadari jika datang kesempurnaan itu pertanda akan datang kekurangan ? Tidakkah kalian sadari bahwa hal itu merupakan isyarat bahwa tidak lama lagi Rasulullah bakal berpisah dengan kita selamanya ? Bila Rasulullah telah tiada, apa yang akan terjadi ? Tiada lain, akan muncul berbagai persoalan baru. Sanggupkah kita mengatasi berbagai persoalan itu ? itulah yang aku pikirkan “ kata Abu Bakar panjang lebar.
Mendengar perkataan Abu Bakar tersebut, para sahabat kemudian bergegas menemui Rasulullah SAW dan bertanya : “Benarkah apa yang dikatakan Abu Bakar itu ya Rasul?” “Benar” jawab Rasulullah. Mendengar jawaban tersebut, para sahabat tak kuasa menahan tangis. Mereka merasakan kesedihan yang mendalam kareana akan ditinggalkan oleh manusia yang amat mereka cintai.
Betapa tidak, siang dan malam jiwa dan raga dipertaruhkan untuk melindungi keselamatan Rasulullah SAW. Cinta mereka kepada nabinya melebihi segala-galanya. Mereka rela mempertaruhkan jiwa dan raga hanya untuk melindungi keselamatan Rasulullah yang amat mereka cintai. Mereka ikhlas memberikan harta kekayaan miliknya demi perjuangan menegakkan Islam. Sementara yang amat mereka cintai itu kini berada di ambang kematian.
Tak lama setelah itu rasulullah pun sakit keras dan berada dalam keadaan kritis. Rasulullah saat itu sangat tidak berdaya berada di pangkuan putrinya Siti Fatimah. Sesaat ketika malaikat maut menjemput, Rasulullah SAW masih sempat berwasiat dengan ucapan : “Ummati, ummati, ummati (Ummatku, ummatku, ummatku)”. Beliaupun kemudian menghembuskan nafasnya yang terakhir, kembali ke haribaan yang menciptakannya. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’un.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu.
Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat ied rahimakumullah!
Dari ucapannya yang singkat itu, tampak seperti ada yang dicemaskan oleh Rasulullah SAW terhadap ummat yang akan ditinggalkannya. Apa sebenarnya yang beliau risaukan? Apakah beliau kuatir meninggalkan jabatan kenabiannya, meninggalkan harta kekayaan, meninggalkan istri-istri yang mencintainya, ataukah beliau kuatir meninggalkan putra-putrinya? Tidak kaum muslimin.
Rasulullah tidak pernah cemas meninggalkan kedudukannya sebagai nabi dan rasul serta sebagai kepala pemerintahan, sebab Rasulullah bukanlah orang yang haus akan jabatan dan kedudukan. Beliau justru merisaukan ummatnya yang memegang jabatan dan kedudukan tertentu, karena kedudukan dan jabatan terkadang menjadi penyebab putusnya tali silaturrahmi. Karena kedudukan, manusia bisa melupakan Tuhannya; karena kedudukan, manusia berani menggadaikan akidahnya; karena kedudukan, barang yang nyata-nyata haram dapat menjadi halal, judi dikemas menjadi sumbangan berhadiah, prostitusi disulap sebagai panti pijat. Bahakan karena kedudukan pula terkadang manusia sampai hati menjerumuskan saudaranya yang seiman.
Apakah Rasulullah cemas karena akan meninggalkan harta kekayaan? Tidak sama sekali. Sebab Nabi sendiri bukanlah orang kaya. Bahkan beliau dikenal sebagai Abu Masaakin, bapaknya para fakir dan miskin.
Yang dirisaukan Nabi SAW adalah ummatnya yang telah ditunggangi dan dikendaliakan oleh harta kekayaan. Sehingga ada manusia yang hidup dan matinya semata-mata untuk memburu kekayaan, ia tidak lagi ingat untuk beribadah kepada Allah SWT.
Rasulullah risau terhadap perilaku manusia yang kekenyangan sementara tetangganya berada dalam kelaparan. Rasulullah pun risau kepada orang yang selalu bermasa bodoh terhadap saaudaranya yang berada dalam kesusahan.
Rasulullah pun sangat kuatir meninggalkan orang yang mabuk kekayaan, yang dengan kekayaannya itu ia sanggup membeli apa saja yang diinginkannya tanpa memperhatikan batasan halal dan haram.
Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat ied rahimakumullah!
Apakah Rasulullah bersedih karena akan meninggalkan istri-istrinya? Tidak. Karena beliau sangat mengetahui dan percaya akan bakti dan kesetiaan istri-istrinya itu. Yang justru beliau risaukan adalah para istri dan para wanita di akhir jaman nanti. Sebab banyak istri yang tidak lagi merasa berdosa apabila berbuat kesalahan kepada suaminya. Ia merasa memiliki hak yang sama dalam segala hal dengan suaminya, maka untuk keluar rumah pun, ia tidak lagi merasa perlu meminta ijin kepada suaminya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu
Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat ied rahimakumullah!
Pada hari ini, Allah SWT membukakan pintu taubat bagi siapa saja yang berimana dan bertakwa kepadaNya. Melalui ibadah ramadhan, dosa kita kepada Allah akan terampuni. Tetapi kita tidak hanya berbuat dosa kepada Allah semata, melainkan juga kepada sesama manusia. Dan Allah tidak akan memberi ampunan sebelum kita meminta maaf kepada yang bersangkutan.
Oleh karena itu, selepas kita melaksanakan shalat Iedul Fithri ini, marilah kita kembali ke rumah masing-masing dengan suasana gembira untuk saling memaafkan. Bersimpuhlah kita di hadapan kedua orang tua untuk meminta maaf dan ridhanya, karena bagaimanapun banyaknya harta yang kita miliki, betapapun tingginya pangkat dan jabatan serta berapapun banyak gelar yang tercantum di depan nama, tidak akan ada artinya tanpa ridha dari kedua orang tua kita.
Mengapa kita diwajibkan untuk memuliakan ayah dan ibu. Rasanya tak cukup waktu untuk menjawabnya. Namun secara ringkas dapat dijelaskan bahwa ibu telah mengandung kita sembilan bulan lamanya, tak pernah merasa jengkel dan terbebani karena ada jabang bayi dalam perutnya. Ia bersih dari pamrih, tak berharap balasan dari sang bayi yang dikandungnya itu. Sebaliknya, ibu akan merasa bahagia jika anaknya merasakan kebahagiaan, dan ibu akan turut sedih dan susah jika anaknya mengalami kesusahan. Sang ibu tak akan makan sebelum anaknya makan, dan tak akan berpakaian bagus jika anaknya belum dibelikannya pakaian.
Pantaslah kiranya jika air mata kebahagiaan seorang ibu akan menjadi rahmat dan jaminan kebahagiaan bagi anaknya. Sebaliknya, air mata kepedihan seorang ibu karena ulah sang anak, akan menjadi laknat bagi kehidupan sang anak.
Jika ibu menjadi tumpuan hidup, maka ayah pun demikian. Keringat ayah siang dan malam membasahi tubuh karena mencari bekal untuk hidup anak dan istrinya. Sang ayah akan merasa bangga jika anaknya menjadi seoranag sarjana, sementara ia sendiri barangkali tak pernah menikmati bangku sekolah. Sang ayah akan bahagia jika anaknya menjadi seorang yang kaya, meskipun ia sendiri hidup dalam gubuk kemiskinan.
Pengorbanan seorang ayah juga tak ada tandingannya. Baginya tak ada istilah hina dalam menekuni pekerjaan, demi agar sang anak menjadi manusia berguna. Akan tetapi sayangnya, ada sebagian orang yang merasa rendah diri dan hina jika keadaan dan penampilan ayahnya tidak sehebat ayah temannya. Padahal sang ayah sendiri tidak lagi perduli akan keadaan dirinya. Sang ayah tak lagi memperhatiakan sehat dan sakit, asalkan anak dan istrinya dapat hidup dengan layak.
Jika kita hitung dengan penuh kesadaran, maka betapa ayah dan ibu telah mengorbankan segalanya untuk hidup anaknya. Pantaslah jika kemudian Rasulullah SAW menggaariskan bahwa ridha dan laknat Allah tergantung pada ridha ayah dan ibu. Sebagaimana sabda rasulullah SAW: Ridhallaahi fii ridhal waalidayni. Wa sukhatul llahi fii sukhatil waalidayni. Artinya: Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan ibu bapak, dan kebencianNya pun ada pada kebencian keduanya. (HR. Turmudzi)
Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat ied rahimakumullah!
Dengan saling memaafkan dalam merayakan idul fithri ini, kita akan kembali kepada fitrah kesucian. Dosa-dosa yang kita miliki terhadap sesama manusia terhapuskan sudah, dan tercipta kembali suasana kekeluargaan dan persaudaraan yang akan menentramkan batin. Dimana anak terisak dipangkuan orang tuanya, suami istri merajut kembali cinta kasih yang mulai pudar, begitu pula sesama saudara, teman, kerabat, tetangga dan relasi saling bertegur sapa menghidupkan kembali solidaritas dan kepekaan sosial demi terciptanya ketentraman kehidupan keluarga dan masyarakat.
Mengakhiri Contoh Materi Teks Khutbah Idul Fitri Pilihan yang pertama ini, marilah kita syukuri nikmat karunia Allah SWT kepada kita hari ini, dimana kita telah sampai dan dapat berlebaran dengan penuh limpahan rahmat dan anugerahNya. Marilah pula kita panjatkan doa kehadirat Allah SWT, mengakui segala kekurangan dan kelemahan kita sembari memohon ampun dan taubat atas segala dosa dan kesalahan yang kita lakukan di masa-masa silam.
Aamin yaa rabbal 'aalamiin :
- Allahumma ya Allah yang Maha Pengasih, kami hambaMu yang lemah dan kerapkali terpedaya bujukan setan sehingga bergelimang dosa dan kesalahan, pagi ini di atas tikar dan sajadah, kami bersujud dan bersimpuh di bawah duli kebesaran-Mu.
- Wahai Tuhan sang Penguasa Alam Semesta, Wahai Yang Maha Suci, Wahai Yang Maha Bijaksana, kami datang menghadap-Mu dengan wajah tertunduk malu seraya mengetuk pintu rahmat-Mu, memohon ampun dan taubat-Mu atas segala dosa dan kehinaan pada diri kami. Telah banayak kekhilafan dan kealpaan yang kami lakukan, seandainya Engkau tiada memaafkan kami, maka tentulah kami akan termasuk golongan orang-orang yang merugi karena mendapat azab-Mu.
- Allahumma ya Rabbi, ampunilah segala dosa dan kesalahan kedua orang tua kami, Ibu dan Bapak kami yang telah mengasuh, mendidik dan membesarkan kami dengan segala kepayahan dan penderitaan. Tanpa kami sadari ya Allah, begitu banyak dosa kedurhakaan yang kami perbuat kepada mereka. Begitu sering kami menyakiti hati dan meneteskan air mata mereka. Sungguh begitu besar dosa dan kesalahan kami kepada mereka. Karena itu ya Allah, ampunilah mereka, kasihanilah mereka, terimalah segala amal bakti mereka dan tempatkanlah mereka di sisiMu sebagai golongan orang-orang yang beruntung.
- Allahumma ya Azza wa Jalla, berikanlah kepada kami kekuatan lahir dan batin untuk menjalani sisa-sisa kehidupan kami, agar kami dapat menjadi hamba-hambaMu yang pandai mensyukuri nikmat karuniaMu, agar kami dapat senantiasa berserah diri dan berjuang di jalan yang Engkau ridhoi.
- Allahumma ya Rahman ya Rahiim, besarkanlah kami ummat Islam sebagaimana besar dan agungnya hari raya Idul Fithri ini, agar kami dapat senantiasa menegakkan kalimat : Laa ilaaha illallaahu di seluas hamparan ciptaMu.
Amin ….. Amin …… Amin ….. yaa rabbal 'aalamiin
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu
Khutbah Kedua;
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar 3x
Allaahu akbar kabiiraa, wal hamdu lillaahi katsiraa, wa subhaanallaahi bukrataw wa -ashiilaa. Laa ilaaha illallaahu wahdahu, shadaqa wa’dah wa nashara 'abdahu wa -a'azza jundahu wa hazamal ahzaaba wahdahu. Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, allaahu akbar wa lillaahil hamdu.
Alhamdulillah,
Alhamdulillahil ladzii ja’alal a’yada bil afraahi was suruur. Wada’afa lil muttaqiina jadzilal ujuur. Fasubhaana man harrama shaumahu wa aujaaba fitahu wa hadzdzara fiihi minal quruur. Ahmaduhu subhaanahu wata’aalaa fahua ahaqqu mahmuudin wa ajallu masykuur.
Asyhadu anlaa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalahu, syahaadatan yasrahulllaahu lahaa lanash shuduur. Wa -asyhadu anna sayyidanaa wanabiyyanaa Muhammadan 'abduhu wa rasuuluhu laa nabiya ba’dah.
Allahumma shalli wa sallim 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa’alaa -aalihi wa shahbihi shalaatan wa salaaman daa-imaini mutalaazimaini ilaa yaumil ba’si wa nnusyuur.
Ammaa ba’du : fayaa ayyuhal muslimuuna wal muslimaat. Ittaqulllaahu ta’aalaa wa’lamuu anna yaumakum haadzaa yaumun azhiim. Wa qaala ta’aala fii kitaabihil kariim : innallaaha wa malaa-ikatahu yushalluuna 'alan nabiy, yaa ayyuhalladziina -aamanuu shalluu 'alaihi wa sallimuu tasliimaa.
Amin yaa rabbal alamiin :
- Allaahummagfir lanaa waliwaalidayna wa li ikhwaaniina lladziina sabaquuna bil iimaan, walaa taj’al fii quluubinaa ghillal lil lladziina aamanuu, rabbanaa innaka ra’uufur rahiim.
- Allaahumma rabbanaa taqabbal minnaa, shalaatanaa washiyaamanaa, waqiyaamanaa, warukuu’anaa, wasujuudanaa watakhasysyu’anaa wata’abbudanaa, watammim taqshiiranaa, yaa allaahu yaa allaahu yaa allaahu yaa arhamar raahimiin.
- Allaahumma rabbanaa innaka man tudkhilin naara faqad ahzaitah wa maa lidh dhaalimiina min anshaar.
- Allaahumma rabbanaa innanaa sami’naa munaadiyay yunaadii lil iimaani an aaminuu birabbikum fa-aamannaa.
- Allaahumma rabbanaa faghfirlanaa dzunuubanaa wa kaffir 'annaa sayyi-aatina wa tawaffanaa ma’al abraar.
- Allaahumma rabbanaa wa -aatina maa wa’adtana 'alaa rusulika walaa tukhzina yaumal qiyaamati innaka laa tukhliful mii’aad.
- Allaahumma rabbanaa dhalamnaa anfusanaa wa illam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunannaa minal khaasiriin
- Allahumma rabbanaa aatina fiddunyaa hasanah wa fil aakhirati hasanataw waqinaa 'adzaaban naar..
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu