<Berlomba lomba Dalam Berbuat Kebaikan dalam Islam Disebut> Banyak sekali media menyorot kejadian-kejadian yang memprihatinkan, namun, tidak banyak yang mengungkapkan bahwa terdapat juga kabar gembira tentang perkembangan negara kita tercinta, yang mayoritas dihuni oleh Islam. Juga perkembangna dunia Islam di belahan dunia lainnya. Banyaknya jumlah orang yang berbondong-bondong memeluk Islam masih belum tersampaikan secara proporsional kepada masyarakat muslim dan negeri-negeri Islam seperti Indonesia. Padahal kabar ini sangat penting untuk semakin mengokohkan keyakinan dan memotivasi umat Islam serta membuat umat ini lebih optimis dan percaya diri memandang masa depannya. Keyakinan di atas keyakinan yang telah dibentuk oleh iman.
Dalam kurun dua tahun ini, lebih dari 5.200 warga Inggris berbondong-bondong menjadi mualaf, yang sebagian besarnya adalah orang-orang terpelajar yang usianya masih relatif muda, sekitar 27 tahun. Dan 1.400 diantaranya berdomisili di London, ibu kota Inggris. Perkembangan pesat ini kemudian berimplikasi pada peningkatan kebutuhan masjid. Maka banyak gedung di Inggris yang kini beralih fungsi menjadi masjid. Subhaanallah. Allaahu akbar.
Perkembangan Islam di Jerman juga meningkat dengan baik, kini dari 82 juta jiwa penduduk Jerman, lebih dari 4 juta diantaranya sudah memeluk Islam. Di Berlin dan kota-kota besar lainnya, kini banyak masjid yang mengubah pemandangan negara yang pernah dipimpin Hitler itu. Selain itu, studi Islam di Jerman semakin digemari. Negara-negara lain di Eropa juga mengalami tren yang sama,juga di Prancis, Belgia, Italia, dan Spanyol. Bahkan sejumlah masjid di Maroko pernah mendata orang yang masuk Islam di masjid-masjid Maroko dari empat negara itu mencapai 2.000 orang setahun. Subhaanallah. Allaahu akbar.
Baca Juga : Memaknai dan Menyikapi Takdir Allah SWT
Perkembangan jumlah muslim juga terjadi benua-benua yang lain termasuk Amerika dan Australia. Dari hasil beberapa penelitian, bahkan diperkirakan di Amerika ada 200 ribu orang yang masuk Islam setiap tahun. Dan di Amerika Serikat kini sudah ada dua juta orang muslim. Sementara di Australia, perkembangan jumlah kaum muslimin bukan hanya terjadi dikota-kota.Jika perkembangan umat Islam di kota membuat sejumlah gereja beralih fungsi menjadi masjid, kini Islam di Australia juga telah merambah masyarakat aborigin. Suku asli Australia ini kini semakin banyak yang masuk Islam. Perkembangan yang luar biasa ini menunjukkan betapa sabda Rasulullah SAW, 14 abad yang lalu begitu nyata dan pasti terjadi. Beliau bersabda, yang artinya:
Urusan ini (agama) akan sampai kepada manusia seperti layaknya malam dan siang. Allah tidak akan melewatkan sebuah rumah gedung ataupun gubuk Badui, kecuali memasukkan agama ini dengan kemuliaan orang mulia atau kehinaan orang yang hina, dimuliakan Allah dengan agama Islam atau terhina dengan kekufuran (HR.Ahmad dan Ibnu Hibban, shahih menurut Al-Albani).
Seharusnya fakta-fakta semacam ini juga membuat kita umat Islam menjadi lebih percaya diri. Menjadi lebih yakin. Bahwa masa depan di tangan Islam. Semakin banyaknya orang yang masuk Islam karena kesadaran dan pemahamannya menunjukkan bahwa Islam memang agama yang benar lagi diridhai Allah. Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah adalah Islam (QS. Ali Imran : 19)
Baca Juga : Syariat Islam Dan Pluralitas Masyarakat
Realita ini juga seharusnya menyadarkan kita bahwa betapa pun Islam dihina, betapa pun Islam dimusuhi, bahkan berbagai stigma negatif diarahkan kepada Islam oleh musuh-musuhnya, Islam tetap mampu menerobos hati orang-orang terbaik diantara mereka sendiri. Bahkan di jantung peradaban yang selama ini disetting untuk memusuhi Islam. Karena itu jangan pesimis dan jangan minder dengan keislaman kita. Saatnya bagi kita untuk bangga, bersyukur, dan dengan gagah mengatakan apa yang difirmankan Allah SWT dalam Al-Qur'an:dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah muslim (QS. Al-Maidah : 111).
Akan tetapi, bangga sebagai muslim saja belum cukup. Meningkatnya jumlah saudara kita sesama muslim harus kita syukuri, dan untuk mewujudkan syukur itu adalah mengawalinya dengan muhasabah. Artinya, bagaimana kabar gembira itu membuat keislaman kita semakin baik, kita semakin termotivasi untuk mampu menjawab dengan nyata apa komitmen kita kepada Islam. Kita telah diberi contoh oleh generasi terbaik umat ini, para sahabat radhiyallaahu anhum. Bagaimana mereka meningkatkan kualitas keislaman mereka setiap kali ada orang lain yang masuk Islam.
Ada semangat fastabiqul khairat. Berlomba-lomba dalam kebaikan. Keislaman orang lain adalah baik bagi kita, dan seharusnya masuk Islamnya orang lain juga menjadi motivasi semakin baiknya keislaman kita.
Mungkin karena pentingnya berlomba-lomba dalam kebaikan ini, Allah SWT memfirmankan kata fastabiqul khairat dua kali dalam Al-Qur'an.
Pertama, pada QS. Al-Baqarah ayat 148:
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah : 148)
Kedua, pada Surat Al-Maidah ayat 48:
Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apayang telah kamu perselisihkan itu,(QS. Al-Maidah : 48)
Semangat fastabiqul khairat harus ada dalam diri kita. Jangan sampai orang lain yang baru masuk Islam kemudian melesat luar biasa komitmen keislamannya, sementara kita tertinggal dan menjadi ahli maksiat. Na'udzu billah. Sungguh merugi jika para mualaf langsung mencintai Islam dan serius menjalankannya sementara kita justru terlena dan terbuai dengan berbagai dosa dan semakin jauh dari Allah SWT. Na'udzubillah.
Mereka, orang-orang Inggris, Jerman, Perancis, Belgia, Italia, Spanyol, Amerika, dan Australia yang baru masuk Islam langsung berubah kehidupannya dan serta merta memperbaiki diri menjadi muslim yang sebenarnya. Ini karena mereka masuk Islam dalam kondisi paham. Semula mereka mempelajari Islam, lalu dengan pengetahuan itu secara sadar mereka memilih Islam. Semangat belajar, mengkaji, mengaji, itu tidak berhenti di sana. Mereka berusaha memahami Islam secara komprehensif, dan dari pemahaman itu mereka menjalankan dan mengamalkannya.
Kita pun semestinya demikian. Jika selama ini kita terlena karena sudah "menikmati" Islam sejak lahir lalu tidak berusaha memahami Islam, tidak serius mengkaji dan mengaji Al-Qur'an, tidak bersemangat membaca dan mengkaji hadits-hadits Rasulullah SAW, kini kita perlu berubah. Kita perlu berbenah. Kita perlu memperbaiki diri. Berlomba-lomba dalam kebaikan. Fastabiqul khairat.
Dari semangat fastabiqul khairat yang melahirkan pembelajaran kita tentang Islam dan memahaminya, secara umum komitmen kita sebagai muslim harus memenuhi tiga aspek.
Pertama, menjadi bagian dari Islam. Artinya, menjadikan apa saja yang muncul dari dirinya, sesuai dengan potensinya masing-masing melakukan perubahan yang lebih baik, baik perasaan, pikiran, perkataan, gerakan, perbuatan, atau kinerja, sebagai pengamalan ajaran Islam. Kitajadikan diri kita ber-Islam secara kafah, secara totalitas dalam segala aspek berkehidupan, yang pada akhirnya menjadikan diri kita masing-masing sebagai etalase Islam yang menunjukkan segala keindahan dan kebaikan Islam.
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara kaffah, dan jangalah kalian ikuti langkah-langkah syaitan karena syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah : 208)
Kedua, menjadi bagian dari umat Islam. Setelah memastikan diri sebagai bagian dari Islam, komitmen seseorang kepada Islam juga dibuktikan dengan memposisikan dirinya sebagai bagian dari umat Islam. Umat Islam yang bertambah banyak dengan angka-angka masuk Islam di atas adalah satu tubuh. Maka, sekitar 1,4 milyar umat Islam di bumi ini, yang lebih dari 200 juta tinggal di negara kita, adalah satu tubuh, saling menopang, bersatu, bersaudara, tidak saling menyalahkan. Kalaupun terdapat perbedaan satu sama lain, jadikan perbedaan itu sebagai rahmat. Jika yang satu terluka, dizalimi orang lain, maka tubuh yang lain juga merasakan sakit. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :
Perumpamaan persaudaraan kaum muslimin dalam cinta dan kasih sayang diantara mereka adalah seumpama satu tubuh. Bilamana salah satu bagian tubuh merasakan sakit, maka akan dirasakan oleh bagian tubuh yang lainnya, seperti ketika tidak bisa tidur atau ketika demam. (HR. Muslim).
Ketiga, menjadi bagian dari perjuangan Islam. Sebagai umat Islam kita perlu menjadi bagian dari dakwah. Bagian dari perjuangan Islam. Amar ma'ruf nahi munkar. melalui dakwah sesuai dengan kemampuannya masing-masing, baik dakwah bil qalam, billisan, bil ahwal, maupun dakwah bil hal. Sesuai disampaikan Rosululloh SAW, berdakwahlah dengan perbuatan, jika tidak mampu lakukanlah dengan lisan, jika tidak mampu lakukanlah dengan hati, tetapi itu adalah iman yang paling lemah.
Kewajiban menyampaikan dakwah melekat pada semua umat islam, bukan hanya kepada para da’i, kyai atau para mubaligh saja. Semua umat Islam diwajibkan berdakwah: sampaikankan walau hanya satu ayat, terutama kepada orang-orang terdekat kita terlebih dahulu, anak-anak kita, saudara2 kita, tetangga2 kita, seterusnya kepada khalayak yang lebih luas lagi, melalui berbagai cara dan media.
Untuk cakupan dakwahnya lebih luas, bagi orang-orang yang ingin beruntung, dapat meningkatkan kualitas pemahamannya tentang Islam dan kemudian menyampaikan lebih dari satu ayat untuk ber-amar makruf nahi mungkar.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran : 104)
Jika merasa tidak mempunyai kemampuan untuk menjadi da’i, pilihan bergabung dalam organisasi dakwah menjadi pilihan yang baik, karena dapat ikut berkontribusi dalam gerakan dakwah.
Korupsi yang merajalela, penegakkan hukum yang tebang pilih, maksiat dimana-mana, perkelahian dan tawuran pemuda, geng motor yang merusak, mabok-mabokkan, narkoba, terorisme, melawan orang tua, dan perilaku-perilaku tidak terpuji lainya, harus dilihat sebagai otokritik bagi kita, yakni kegagalan dakwah yang KITA lakukan. Karena tidak semua dari kita merasa wajib berdakwah.
Karena itu, saatnya bagi kita untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita, yang dalam bidang dakwah berarti melakukan dakwah bil qalam, bil lisan, dan dakwah bil hal, dan tidak lagi dakwah hanya dengan hati, karena berarti iman kita masih lemah.
Mari kita sama-sama memohon agar kita, masing-masingnya diberi kekuatan Iman, untuk berdakwah, fastabikhul khoirot, berlomba-lomba berbuat kebaikan.