Materi Khutbah Jumat Tentang Keutamaan Bulan Sya'ban

إِنَّ الْحَمْدَ ِلله، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُه وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئآتِ 
إَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَه وَمَنْ يَضْلِلْ فَلاهَادِيَ لَه. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاًّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه. اللهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُواللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. يَآأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسِ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُواللهَ الَّذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُّوا اللهَ وَقُولُوْا قَوْلاً سَدِيْدً * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا


Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT

<Materi Khutbah Jumat Tentang Keutamaan Bulan Sya'ban> Hari  ini  kita  telah  memasuki  bulan  Sya'ban. Tidak  terasa  telah  enam  hari  kita bersamanya. Bulan Sya'ban, yang terletak diantara Rajab dan Ramadhan ini seringkali dilalaikan oleh manusia. Hingga Rasulullah SAW bersabda:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ 

"Ini  adalah  bulan  yang  dilalaikan  oleh  kebanyakan  manusia,  yaitu  antara  bulan Rajab dan Ramadhan." (HR. An-Nasa'i. "Hasan" menurut Al-Albani) 

Banyak orang yang lalai, bahkan sebagian menjadikan Sya'ban sebagai bulan pelampiasan. "Mumpung belum Ramadhan, kita puaskan maksiat", "Mumpung belum Ramadhan. Nanti  kalau  sudah  Ramadhan,  puasa  kita  bisa  tidak  sah",  dan  kalimat-kalimat  senada  kadang-kadang  muncul  dalam  masyarakat  kita  sebagai  bentuk  betapa tertipunya manusia di bulan Sya'ban.  
https://aang-zaeni.blogspot.com/2017/05/materi-khutbah-jumat-tentang-keutamaan.html

Dari  Rasulullah  kita  menjadi  tahu  bahwa  ternyata  bulan  Sya'ban  adalah  bulan  yang istimewa. Mengapa? Sebab bulan ini adalah bulan diangkatnya amal manusia kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda dalam kelanjutan hadits diatas:
وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ 

Di  bulan  inilah  amal  perbuatan  manusia  diangkat  kepada  Rabb  semesta  alam. (HR. An-Nasa'I dan Ahmad. "Hasan" menurut Al-Albani)

Itulah  keutamaan  bulan  Sya'ban  yang  pertama.  Bulan diangkatnya  amal  manusia kepada Allah SWT. Keutamaan  kedua  bulan  Sya'ban  adalah,  pada  pertengahannya.  Inilah  yang  dikenal dengan  istilah  Nisfu  Sya'ban. Rasulullah  SAW bersabda  mengenai  keutamaan  nishfu Sya'ban :
يَطَّلِعُ اللَّهُ إِلَى جَمِيعِ خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ 

Sesungguhnya   Allah   memeriksa   pada   setiap   malam   nishfu   Sya'ban.   Lalu   Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya, kecuali yang berbuat syirik atau yang bertengkar dengan saudaranya. (HR Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Al-Albani).

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT 

Itulah  dua  keutamaan  bulan  Sya'ban,  dan  cukuplah  hadits  shahih  bagi  kita.  Ada memang cukup  populer  di  masyarakat  tentang  keutamaan  Sya'ban  sebagai  bulan Rasulullah. Namun itu adalah hadits dha'if. Diantaranya adalah:
رجب شهر الله وشعبان شهري ورمضان شهر أمتي 

Rajab  adalah  bulan  Allah,  Sya'ban  adalah  bulanku,  dan  Ramadhan  adalah  bulan umatku. (HR. Dailami)
Hadits itu adalah hadits dha'if. Demikian pula hadits-hadits sejenis tentang keutamaan bulan Sya'ban yang senada dengan itu. 

Lalu apa amal di bulan Sya'ban yang dicontohkan Rasulullah SAW? Ini penting untuk kita ketahui dan amalkan. Sebab selain menghidupkan sunnah, mengikuti contoh dan teladan dari Rasulullah SAW adalah bukti cinta kita kepada Allah SWT.
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ 

Katakanlah: "Jika  kamu  (benar-benar)  mencintai  Allah,  ikutilah  aku,  niscaya  Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. "Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS. Ali Imran : 31)
Amal di bulan Sya'ban yang pertama, yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW adalah memperbanyak puasa sunnah.
     قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ     

Usamah bin Zaid berkata kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, saya tidak melihat engkau  berpuasa  di  satu  bulan  melebihi  puasamu  di  bulan  Sya'ban."  Rasulullah menjawab, "Ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu antara bulan  Rajab  dan  Ramadhan.  Di  bulan  inilah  amal  perbuatan  manusia  diangkat kepada Rabb semesta alam. Karena itu aku ingin saat amalku diangkat kepada Allah, aku sedang berpuasa." (HR. An-Nasa'i. Al Albani berkata "hasan").
Begitulah Rasulullah SAW banyak berpuasa di bulan Sya'ban sekaligus menginginkan agar ketika amalnya diangkat pada bulan Sya'ban itu, Rasulullah SAW dalam keadaan sedang berpuasa. Ummul Mukminin Aisyah juga meriwayatkan kebiasaan Rasulullah SAW itu.
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ 

Rasulullah  SAW  tidak  pernah  berpuasa  sunnah  di  satu bulan  lebih  banyak  daripada bulan Sya'ban. Sungguh, beliau berpuasa penuh pada bulan Sya'ban. (HR. Bukhari) 

Ibnu  Hajar  Al  Asqalani  menjelaskan  dalam Fathul  Bari bahwa  dalam  ungkapan bahasa  Arab, seseorang  bisa  mengatakan  "berpuasa  sebulan  penuh"  padahal  yang dimaksud adalah "berpuasa pada sebagian besar hari di bulan itu". 

Dari keterangan di atas, tahulah kita bahwa berpuasa sunnah di bulan Sya'ban menjadi begitu istimewa karena pada bulan itu amal diangkat, bulan itu dilalaikan oleh banyak orang, dan sekaligus puasa Sya'ban merupakan persiapan puasa Ramadhan. 

Syaikh  Muhyidin  Mistu,  Mushthafa  Al-Bugha,  dan  ulama  lainnya  mengomentari menjelaskan dalam Nuzhatul  Muttaqin,  "Berpuasa   sunnah   pada   bulan   Sya'ban memiliki   keistimewaan tersendiri. Sekaligus untuk  persiapan  menghadapi  puasa Ramadhan. Selain itu, di bulan Sya'ban lah semua amal perbuatan manusia dinaikkan kepada Allah"

Yang perlu diperhatikan adalah, tidak  boleh mengkhususkan berpuasa pada satu atau dua  hari  terakhir  Sya'ban  kecuali  puasa  yang  harus ditunaikan (karena nadzar, qadha' atau  kafarat)  atau  puasa  sunnah  yang  biasa  dilakukan  (puasa  Dawud,  Senin  Kamis,dan lain-lain). Rasulullah SAW bersabda: Janganlah  kalian  mendahului  Ramadhan  dengan  berpuasa  sehari atau dua hari sebelumnya. Kecuali seseorang yang (memang seharusnya/biasanya) melakukan puasanya pada hari itu. Maka hendaklah ia berpuasa. (HR Bukhari)
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT

Amal kedua pada bulan Sya'ban ialah melunasi hutang-hutang puasa, khususnya bagi wanita yang masih belum selesai mengqadha' puasaRamadhan sebelumnya. Demikian pula bagi kita untuk mengingatkan keluarga kita agar memanfaatkan Sya'ban bagi yang belum selesai meng-qadha puasanya. 'Aisyah berkata: Aku punya hutang puasa Ramadan, aku tak dapat mengqadhanya  kecuali  di  bulan Sya'ban, karena sibuk melayani Nabi SAW. (HR Bukhari)
Amal  ketiga  pada  bulan  Sya'ban  ialah  memperbanyak ibadah  dan  amal  kebajikan secara umum.  Entah  itu  menggiatkan  shalat  rawatib, qiyamullail,  tilawah  Al-Qur'an, bershadaqah, dan lain-lain. Mengingat bahwa bulan Sya'ban adalah bulan diangkatnya amal,  maka  alangkah  baiknya ketika  amal  kita  benar-benar  bagus  pada  bulan  itu. Dengan catatan tetap sesuai sunnah. 

Adapun  malam  nishfu  Sya'ban,  sebagaimana  hadits  diatas  ia memang  memiliki keutamaan. Ibnu Taimiyah menegaskan "Adapun malam Nishfu Sya'ban, di dalamnya terdapat keutamaan."Karena itu,  ada  sebagian  ulama  salaf  dari  kalangan tabi'in di negeri Syam,  seperti Khalid  bin  Ma'dan dan  Luqman bin  Amir yang  menghidupkan  malam ini dengan berkumpul di masjid-masjid untuk melakukan ibadah tertentu pada malam Nishfu Sya'ban. Dari merekalah  kaum  muslimin mengambil  kebiasaan  itu. Imam Ishaq  ibn Rahawayh menegaskannya dengan berkata, "Ini bukan bid'ah!" 

Ulama  Syam  lain,  di antaranya  Al-Auza'i,  tidak  menyukai  perbuatan berkumpul dimasjid untuk  shalat  dan  berdoa  bersama  pada  Nishfu Sya'ban. Tetapi  beliau  dan ulama  yang  lain menyetujui  keutamaan  shalat,  baca  Al Quran  dan  lain-lain  pada Nishfu Sya'ban jika dilakukan sendiri-sendiri. Pendapat ini yang dikuatkan Ibn Rajab Al-Hanbali dan Ibnu Taimiyah. 

Adapun ulama Hijaz seperti Atha', Ibnu Abi Mulaikah, dan para pengikut Imam Malik menganggap  hal terkait Nishfu Sya'ban sebagai bid'ah. Namun menurut mereka, qiyamullail sebagaimana  disunnahkan pada  malam lainnya  dan  puasa  di siangnya sebab termasuk Ayyamul Bidh ialah baik. Semoga perbedaan pendapat mengenai Nishfu Sya'ban ini dipahami dengan baik dan tidak  menghalangi kita  untuk  melaksanakan  segala  amal  ibadah  utama  pada  bulan Sya'ban.

Subscribe to receive free email updates: