Filsafat Manusia Berbagai Perspektif Tentang Manusia

<Filsafat Manusia Berbagai Perspektif Tentang Manusia> Mengapa filsafat manusia ? Filsafat adalah suatu cara atau metode pemikiran yang menanyakan sifat dasar dan hakiki yang tampil dimuka kita. Filsafat mencoba menerangi pertanyaan sebagai berikut : Apa arti hidup dan kegiatan, kebebasan dan cinta, alam semesta, manusia dan Allah SWT. Filsafat manusia jelasnya adalah filsafat yang mengupas apa arti manusia sendiri, ia mencoba mengucap sebaik mungkin apa sebenarnya makhluk itu yang disebut “manusia”, istilah filusuf manusia atau “antropologi filusuf” (antropos dalam bahasa Yunani berarti manusia) tampak lebih eksok karena apa yang di pelajari dengannya adalah manusia sepenuhnya, roh serta badan jiwa serta daging.

Alasan yang membawa kita untuk mempelajari filsafat manusia cukup jelas. Pertama manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan dan kewajiban (sampai batas tertentu) untuk menyelidiki arti yang dalam “dari yang ada” kerap kali dalam usia remaja manusia merasa dalam dirinya sendiri yang paling pribadi suatu dorongan yang menurut Sokrates, telah didengarnya di bawah langit Delphi : “Kenalilah dirimu sendiri”
Kesulitan suatu filsafat manusia
Kini semakin banyak bermunculan ilmu yang menggarap manusia dalam sudut pandang khusus. Asal usulnya corak bentuknya, tindakan-tindakannya adalah misalnya biologi, embriologi, psikologi, sosiologi, antropologi, etnologi, dan sebagainya. Dikatakan oleh para filusuf hingga kini tentang manusia tidaklah menimbulkan keraguan-keraguan, meraka telah menyajikan pelbagai konsepsi tentang manusia yang tampaknya saling bertentangan.
http://aang-zaeni.blogspot.com/2017/05/filsafat-manusia-berbagai-perspektif.html

Bagi plato dan Platinus, manusia itu adalah suatu makhluk ilahi.bagi Epikuros dan Lukretius, sebaliknya. Manusia adalah makhluk yang berumur pendek lahir karena kebetulan, dan akhirnya sama sekali lenyap dan masih banyak pendapat-pandapat yang lain yang juga bertentangan. .
Perlunya dan kemungkinan filsafat manusia
Memang berat bahwa ilmu pengetahuan, seni dan sastra mengajarkan banyak kepada kita mengenai aspek manusia yang berbeda-beda, dan pelbagai tahap dalam pertumbuhan serta evolusinya. Akan tetapi, pada suatu ketika juga penting bertanya pada diri sendiri. Apakah manusia itu? Apakah keseluruhannya itu yang begitu banyak aspeknya? Seperti yang dikatakan Victor E. Frankl, seorang psikiater dari Australia “Tantangan adalah bagimana mencapai, mempertahankan dan membangun kembali suatu konsep yang menyatukan tentang manusia, di hadapan data-data dari penemuan-penemuan terpencar-pencar yang di sajikan kepada kita oleh suatu ilmu manusia yang begitu digolong-golongkan (a compartmentalized science of man)”.
Watak dan sifat manusia, objek filsafat manusia
Adanya watak sifat ini memungkinkan membedakan manusia secara pasti dari makhluk-makhluk lain. Tanpa adanya watak sifat yang dimiliki bersama oleh semua manusia, filsafat dan setiap ilmu pengetahuan tentang manusia tidak akan terjalan.

Para ahli antropologi mengajari kita bahwa apa yang orang Eropa dan Amerika di anggap tanpa ragu-ragu sebagai ciri khas kelakuan manusia tidak lah dianggap demikian oleh orang Afrika atau Asia. Bahkan dari orang-orang dari kebudayaan yang sama tidak selalu mudah untuk menyesuaikan pendapat tentang apa yang normal apa yang tidak, tentang yang bermoral dan yang tidak. Misalnya, tentang cara berdandan dan terutama tentang hidup seksual. Itu tidak berarti bahwa tidak ada watak sifat manusia, melainkan bahwa hal itu adalah kompleks.
Apa yang membedakan filsafat manusia dari ilmu-ilmu lain tentang manusia
Ilmu-ilmu pengetahuan tentang manusia,sedikit mirip dengan ilmu tentang alam, berbudaya untuk menemukan hukum, perbuatan manusia, sejauh perbuatan itu dapat di pelajari secara indrawi/bisa dijadikan objek untuk introspeksi. Adapun filsafat menyerahkan penyelesaiannya terhadap segi yang lebih mendalam dari manusia, karena lebih fundamental dan lebih ontologis, maka sudutnya lebih luas dan lebih mempersatukan, lebih global. Vokabulet yang khas baginya adalah mengenai gagasan-gagasan universal dan terutama transcendental, yang menggambarkan sifat-sifat yang mepengaruhi segala realitas : kebenaran, kebaikan, keindahan, aktivis, alteritas, dll.

Baca Juga > Islam Adalah Agama Yg Moderat

Mereka terus-menerus menggunakan gambar-gambar dan lambing-lamban. Meraka menciptakan karya-karya, tokoh-tokoh yang masing-masing mempunyai semacam kehidupan sendiri, karya-karya dari tokoh itu banyak memperkaya pengetahuan kita tentang manusia universal.

Akan tetapi itu selalu terjadi melalui drama perorangan dan pribadi, peristiwa-peristiwa khusus seperti antiguna, Hamlet, Lorenzacio), sedangkan filsafat berupaya menarik secara langsung ketentuan-ketentuan universal yang ajek dari watak-sifat manusia.
Titik tolak dan objek tepat filsafat manusia
Walaupun filsafat selalku tergantung pada konteks kebudayaan dimana ia berkembang, namun ia tetap merupakan sesuatu yang sama sekali berlainan dengan jumlah atau perpaduan segala pengetahuan dari suatu zaman. Itu disebabkan karena kesimpulan-kesimpulan tersebut tidak menjawab secara langsung pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh filsafat dari sudut pandang yangkhas baginya jadi tidak dituntut bawa filsafat mempergunakan kesimpulan-kesimpulan itu sebagai titik tolak yang wajib bagi pemikirannya. Maka seharusnya lebih baik bertolak dari pengetahuan tentang manusia serta dunia yang secara wajar ada pada setiap individu, begitu pula filsafat manusia memiliki manusia itu sendiri sebagai objek inaterial, tetapi objek formalnya berbeda dengan objek formal ilmu-ilmu lain tentang manusia. Objek formal filsafat itu adalah inti manusia, setrukturnya yang fundamental. Apa artinya?.

Pertama struktur fundamental itu bukan sesuatu yang bersifat fisik, yang dapat digambarkan, ia hanya dapat diketahui melalui usaha daya pikir saja. Ia bukan bagian atau potongan dari si manusia, juga bukan alat yang kiranya tersembunyi di dalam organisme, seperti motor, mobil didalam kerangkanya. Keyakinan bahwa struktur otak bentuk fundamental semacam ini harus terdapat didalam manusia bukan hasil dari suatu persepsi inderawi, melainkan kesimpulan dari suatu penangkapan intelektual setelah ditentukan perspektif serta titik pandang yang merupakan cirri khas filusuf. Maka sebagai penutup introduksi ini di jelaskan secara singkat metode filsafat.
Metode Filsafat
Pada dasarnya, filsafat terutama bersifat interogatif. Ia mengajukan persoalan-persoalan dan mempertanyakan apa yang tampak sudah jelas. Akan tetapi, yang memberi sifat khas pada interogasi sang filusuf adalah bahwa introgasinya diarahkan kepada hal yang paling fundamental. Karena ingin pergi sampai ke jantung hol-hol atau sampai ke akarnya maka dikatakan bahwa filusuf bersifat meradikalisasikan.

Para pemikir abad pertengahan menyempurnakan metode itu. Bagi mereka, pertanyaan itu merupakan titik tolak wajib bagi setiap pemaparan. Akan tetapai sang doctor pada zaman itu, sebelum menjawab secar pribadi pertanyaan yang diajukan, membentangkan lebih dahulu rangkaian pendapat yang positif dan negative yang semuanya telah di ajukan sebelumnya tentang pertanyaan itu.

Pada Hagel, dialektik menjadi cara yang mulai dengan perlawanan dua ide yang saling bertentangan lalu mendamaikan mereka dalam unsur ketiga yang mengandung kudua ide itu dalam bentuk sintesis baru.

Subscribe to receive free email updates: