<Peran Masjid Sebagai Lembaga Pendidikan Islam, Masjid Sebagai Media dan Pusat Dakwah>Masjid merupakan rumah Allah, tempat manusia menyembah-Nya dan mengingat nama-Nya. Pengunjung didalamnya adalah orang yang memakmurkannya, dan merupakan sebaik-baik bidang tanah Allah di muka bumi ini, sebagai menara petunjuk, serta corong agama. Ia adalah majelis dzikir, mihrabnya ibadah, menaranya pengajaran ilmu dan pengetahuan pokok-pokok syari’at. Bahkan ia merupakan lembaga pertama yang menjadi titik tolak penyebaran ilmu dan pengetahuan di dalam Islam.
Mengenai keutamaan masjid dan keagungan kedudukannya, maka terdapat banyak teks-teks agama (an-nushush) mengenai hal tersebut, diantaranya adalah : Firman Allah Ta’ala :
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
''Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.'' (QS.72:18).
Kata "masjid" dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak 28 kali dalam Al-Quranul Karim. Berasal dari akar kata: sajada-yasjudu-sujudan, yang secara etimologis berarti ‘tunduk’ patuh dengan mengakui segala kekurangan, kelemahan dihadapan Yang Maha Kuasa dan Sempurna’. Rasulullah saw. berkata dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Muslim: “Yang paling dekat keadaan salah seorang di antara kamu dengan Tuhannya adalah ketika ia sujud.”
Jika sujud adalah situasi dan posisi seorang hamba yang paling dekat dengan Tuhannya, maka masjid (nama tempat) secara bahasa berarti ‘tempat atau wahana seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah Ta`ala (taqarrub)’. Taqarrub adalah merupakan misi/sasaran inti dari ibadah. Jadi, masjid secara etimologis adalah ‘tempat untuk mendekatkan diri pada Allah Ta`ala’, disamping ia juga adalah sebagai pusat ibadah, baik mahdhah maupun ghairu mahdhah. Dengan pendekatan kebahasaan tersebut kita dapat merumuskan bahwa masjid secara terminologis adalah suatu badan (institusi) yang diperuntukkan sebagai pusat ibadah dari orang-orang mukmin dengan sentral kegiatan mereka berpusat di sana, mulai dari kegiatan menghambakan diri kepada Allah Ta`ala sampai kepada perjuangan hidup yang berdimensi dunia semata.
Dari sinilah kita memahami bahwa sebutan masjid, sesungguhnya orientasi fungsinya harus lebih menonjol ketimbang orientasi fisik bangunannya, seperti firman Allah Ta`ala dalam surat Al-Isra tatkala Allah Ta`ala menerangkan peristiwa Isra nabi Muhammad SAW dari masjid Al-Haram ke masjid Al-Aqsa. Padahal secara fisik masjid yang disebutkan belum ada seperti yang kita saksikan saat ini.
Salah satu keistimewaan dari syariat Muhammad saw. dibanding nabi lainnya adalah "seluruh bumi dapat dijadikan masjid". Berangkat dari pengertian-pengertian tadi, kita dapat memahami betapa sentralnya peran masjid di tengah-tengah umat Islam. Masjid menjadi pusat aktifitas dan kegiatan mereka, baik dalam bentuk ibadah khusus (ritual) maupun ibadah umum (sosial) dan hal-hal ini telah dicontohkan sendiri oleh Rasulullah SAW sejak di masjid Quba sampai di masjid Nabawi di Madinah. Allah berfirman dalam Al-Quran: “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu kepunyaan Allah Ta`ala, maka janganlah kamu menyeru seseorang beserta-Nya.” (Q.S. Al-Jin [72]:18).
Minimal ada dua konsekuensi logis dari sebutan mesjid sebagai bait Allah Ta`ala:
- Tidak boleh ada orang, baik individu maupun kelompok yang mengklaim bahwa masjid adalah milik mereka. Oleh karena itu, tanah masjid statusnya harus menjadi tanah wakaf, yaitu tanah yang dipindahkan kepemilikannya dari manusia menjadi hak milik Allah Ta`ala.
- Masjid harus dibangun atas dasar tauhid dan takwa. Oleh karenanya, pantangan utama dan pertama dari peran masjid adalah menjauhkan hal-hal yang berbau syirik. Firman Allah dalam Al-Quran: “Sesungguhnya masjid itu dibangun diatas takwa” (Q.S. At-Taubah [9]:108). Dalam hadits kita temukan sabda Rasulullah saw.: “Masjid itu rumah tiap-tiap orang beriman.” Yang dimaksud dengan masjid rumah setiap orang mukmin ialah mereka sebagai pemegang amanat dari pemilik mutlaknya, yaitu Allah Ta`ala, sehingga mereka itulahyang harus bertanggung jawab terhadap: mulai pengadaan, pendirian, perawatan, ta'mir, pengembangan, dan sampai pendayagunaannya.
Pembinaan masjid meliputi tiga bidang:
1). Idarah, yakni bidang manajemen mulai dari sumber daya manusia sampai kepada perangkat lunak dan keras manajemennya.
2). 'Imarah, yakni bidang pemakmuran masjid berupa kegiatan-kegiatan pelayanan umat atau jamaah, baik yang berkaitan dengan ibadah khusus atau ibadah umum. Dalam Al-Quran Allah Ta`ala berfirman: “Sesungguhnya yang dapat memakmurkan masjid-masjid Allah itu hanyalah: orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari yang akhir orang-orang yang menegakkan shalat dan menunaikan zakat dia tidak takut melainkan hanya kepada Allah, maka mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. At-Taubah [9]:18). Menurut hemat kita, wallahu a'lam, ayat di atas mengisyaratkan bahwa yang dapat memakmurkan masjid itu hanyalah, orang yang beriman kepada Allah Ta`ala dan hari Akhir. Ini menyangkut aspek aqidah. Adapun mendirikan shalat dan menunaikan zakat, menyangkut aspek syariah, sedangkan tidak takut selain kepada AllahTa`ala, hal ini adalah aspek akhlak. Dengan demikian, makmur atau tidaknya sebuah masjid adalah cerminan dari kekuatan aqidah, syariah, dan akhlak jamaah pendukungnya.
Berdasarkan ayat di atas, kita dapat memahami bahwa ta'mir yang berkaitan dengan kegiatan masjid harus bertitik tolak dari aqidah, yaitu tauhid, tidak ada syirik, dan ikhlas semata karena Allah Ta`ala, mewujudkan syariah, baik ibadah, muamalah, munakahat, dan jinayat, serta selalu menjunjung tinggi akhlaqul karimah. Perlu kita garis bawahi bahwa firman Allah Ta`ala diatas menggunakan kata "innama" (hanya), yang dalam 'ilmul ma'ani disebut adawat al-hashr (kata untuk menentukan hanya itu saja, diluar itu tidak bisa). Hal ini menunjukkan bahwa tiga pilar diatas menjadi syarat mutlak untuk makmurnya sebuah masjid.
3). Ri'ayah, yaitu yang menyangkut dengan legalitas bangunan, arsitektur, kebersihan, keindahan,dan segala macam yang berkaitan dengan pembangunan dan perawatan.
Masjid sebagai Sentral Dakwah Umat
Dalam pengaktualisasian ajaran Islam ini, masjid juga merupakan salah satu tempat yang sangat strategis sebagai pusat gerakan dakwah. Sebagai pusat gerakan dakwah, masjid dapat difungsionalisasikan sebagai pusat pembinaan akidah umat (khususnya civitas akademika kampus), pusat informasi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sebagai pusat gerakan dakwah bil hal.
Umat Islam dimana pun berada selalu memfungsikan masjid sebagai sumber atau tempat berdakwah. Menurut tokoh Islam yang juga tokoh Masyumi, Muhammad Natsir, masjid merupakan salah satu pilar yang memainkan peranan penting dalam upaya mengaktualisasikan ajaran Islam di tengah kehidupan sosial. Pilar lainnya adalah kampus, pesantren dan lembaga-lembaga dakwah.
Baca Juga : Hikmah Isra Mi'raj Dlm Kehidupan Sehari Hari
Sebagai pusat pembinaan akidah, masjid dapat difungsikan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan majelis taklim, baik kaum bapak dan ibu (dosen/pimpinan), remaja (mahasiswa). Bahkan masjid dapat pula dijadikan tempat belajar bagi anak-anak dengan menggelar atau membuka taman pendidikan Al Qur’an (TPA). Hampir semua masjid telah memfungsikan diri sebagai tempat pengembangan dakwah bil lisan (ceramah agama lewat majelis taklim).
Baca Juga : Hikmah Isra Mi'raj Dlm Kehidupan Sehari Hari
Sebagai pusat pembinaan akidah, masjid dapat difungsikan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan majelis taklim, baik kaum bapak dan ibu (dosen/pimpinan), remaja (mahasiswa). Bahkan masjid dapat pula dijadikan tempat belajar bagi anak-anak dengan menggelar atau membuka taman pendidikan Al Qur’an (TPA). Hampir semua masjid telah memfungsikan diri sebagai tempat pengembangan dakwah bil lisan (ceramah agama lewat majelis taklim).
Sebagai pusat informasi dan pengembangan ilmu, masjid dapat membuka taman bacaan atau perpustakaan yang dilengkapi dengan fasilitas internet. Saat ini belum begitu banyak masjid yang melengkapi sarana pengembangan ilmu seperti itu. Namun, dalam upaya membuka cakrawala dan pengetahuan umat, pengurus masjid kampus harus melengkapi sarana perpustakaan lengkap dengan fasilitas internet.
Masjid kampus dapat dijadikan sebagai sebuah gerakan dakwah kampus untuk menjawab atas perubahan yang terjadi sekarang ini (munculnya faham sekularisme, plurarisme, dan liberalisme). Karena sejatinya dakwah membebaskan manusia dari semua kungkungan pandangan dan sistem hidup yang tidak sejalan dengan sistem yang ditetapkan oleh Allah, yaitu Al-Islam. Adapun masjid telah menjadi tempat berkembangnya embrio pengusung gerakan dakwah kampus ini.
Masjid kampus dapat dijadikan sebagai sebuah gerakan dakwah kampus untuk menjawab atas perubahan yang terjadi sekarang ini (munculnya faham sekularisme, plurarisme, dan liberalisme). Karena sejatinya dakwah membebaskan manusia dari semua kungkungan pandangan dan sistem hidup yang tidak sejalan dengan sistem yang ditetapkan oleh Allah, yaitu Al-Islam. Adapun masjid telah menjadi tempat berkembangnya embrio pengusung gerakan dakwah kampus ini.
Masjid sebagai Tempat Peningkatan Kesejahteraan Umat
Dilihat dari kondisi masjid sekarang, dari sisi pertumbuhan masjid di Indonesia, sungguh sangat menggembirakan. Dari tahun ke tahun, jumlah masjid kian bertambah. Tetapi kita harus jujur, harus kita akui, bahwa fungsinya belum maksimal dan optimal. Pemberdayaan masjid selama ini kurang begitu diperhatikan. Padahal masjid mempunyai peran strategis dalam membangun kesejahteraan umat. Masjid selama ini hanya berperan sebatas tempat ibadah shalat ritual semata. Padahal jika masjid itu berdaya maka masyarakatnya pun akan sejahtera.
Karena itu, kita harus merekonstrusi paradigma pemahaman manajemen masjid sesuai dengan khithahnya. Bukankah misi masjid hayya ‘alash shalaah (mari kita melaksanakan shalat), dan hayya ‘alal falaah (mari meraih kemenangan). Artinya, mengajak melalui masjid, untuk meningkatkan kualitas ibadah ritual dan melalui masjid pula kita raih kemenangan. Dalam membebaskan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan, masjid seringkali menjadi simbol kebesaran Islam, namun jauh dari kegiatan memakmurkannya. Masjid sejak zaman Rasulullah SAW telah dijadikan pusat kegiatan Islam. Dari masjidlah Rasulullah SAW membangun umat Islam dan mengendalikan pemerintahannya. Namun saat ini, masjid masih belum diberdayakan secara proposional bagi pembangunan umat Islam. Memang tidak mudah untuk mewujudkannya. Untuk mengajak umat kembali ke masjid seperti pada zaman Rasulullah SAW.
Baca Juga : Kata Bijak Islami Tentang Malu Dlm Kehidupan Manusia
Sementara persepsi yang berkembang sekarang adalah masjid hanya untuk kegiatan spiritual belaka. Memakmurkan masjid memiliki arti yang sangat luas. Yakni menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bernilai ibadah. Di antara kegiatan yang tergolong memakmurkan masjid adalah pengelolaan masjid yang professional, menyemarakkan majelis taklim, Taman pendidikan Al-Qur’an, memberdayakan remaja masjid, mengelola perpustakaan, mengelola koperasi, poliklinik, unit pelayanan zakat, konsultasi bantuan hukum, lembaga pendidikan dan sekolah, baitul maal, toko buku, bimbingan penyelenggaraan haji dan umrah. Bahkan bisa juga berupa menyelenggarakan bazar untuk memudahkan jamaah memperoleh kebutuhan yang murah dlsb.
Sebagai pusat gerakan dakwah bil hal, masjid dapat difungsikan sebagai tempat pelaksanaan peningkatan ekonomi umat. Di berbagai masjid kini telah didirikan Baitul Mal wa Tanwil (BMT), koperasi, penyewaan ruangan untuk resepsi dan sebagainya. Masjid di zaman Rasulullah saw, para sahabat dan generasi berikutnya, memiliki fungsi-fungsi yang pada intinya perpaduan kegiatan ibadah (khusus) kepada Allah SWT dengan kegiatan muamalah, dan perpaduan kegiatan hablum-minallah dengan hablun minan-nas.
Selain kegiatan-kegiatan di atas, pengurus masjid harus tanggap terhadap kondisi sosial yang terjadi di masyarakat. Kendala-kendala maupun masalah-masalah sosial yang dialami warga sekitarnya. Misalnya kelaparan, musibah, kesusahan, sakit jiwa, kefakiran, deviasi sosial, kenakalan remaja,musafir (pendatang yang kesusahan), ketiadaan air, ibnu sabil, dan lain sebagainya. Masijd melalui pengurusnya harus bertindak sebagai, pengayom, pencegah, pengobat dan konseling. Dalam hal peristiwa-peristiwa besar, pengurus masjid perlu bekerja sama dengan lembaga-lembaga afiliasi di atasnya, dengan organisasi terkait lain, ataupun dengan pemerintah.
Oleh karena masjid merupakan instrumen pemberdayaan umat, yang memiliki peranan sangat strategis dalam upaya peningkatan kualitas masyarakat dan kesejahteraan umat, maka pengelolaan manajemen masjid harus professional. Seorang pengelola masjid yang mendapat amanah Allah SWT untuk mengurus masjid, haruslah seorang yang ikhlas, jujur, amanah, adil, disiplin, bertanggung jawab, peduli, bisa bekerja sama, bahkan dia seharusnya seorang visioner, berfikir maju bagaimana masjid bisa memberi manfaat yang banyak kepada umat. Allah berfirman dalam surah At Taubah: 18 yang maknanya “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Seorang takmir masjid harus bercita-cita untuk memberikan pelayanan terbaik kepada umat. Oleh karena itu, falsafah yang harus dibangun oleh pengelola masjid adalah kesadaran diri bahwasannya masjid adalah min sya’aairilllah (bagian dari syiar Allah) yang harus dijunjung tinggi, dimuliakan dan dihormati. Masjid adalah lahan untuk beramal, beribadah, berjuang dan berkorban, serta mengabdi. Oleh karena itu, dalam mengelola masjid sebesar keinsfanmu, sebesar itu pula pahalamu. Adapun yang lebih penting lagi bagi pengelola masjid adalah jangan sekali-kali mencari makan di masjid, tetapi carilah dari luar masjid untuk menghidupi masjid. Memang mengelola masjid diperlukan bondo, bahu, pikir, lek perlu sak nyawane pisan (harta, bahu, fikiran kalau perlu nyawanya sekalian).
Tanamkan kesadaran bahwasannya sayidul bilaadi khaadimuhum (orang besar itu adalah mereka yang mau mengabdikan dirinya menjadi pelayan umat). Apalagi menjadi pelayan rumah Allah. Seorang pengelola masjid, harus menyadari bahwasannya pelayanan itu harus dengan hati, harus dengan cinta. Aku bahagia karena aku bisa melayani, aku ada, maka aku melayani, melayani adalah ibadah, melayani adalah keterpanggilan. Demikian pula melayani adalah fitrah. Teladanilah Rasulullah SAW ketika memimpin. Beliau memimpin dengan “cinta”. Ketika beliau melihat salah satu jamaah yang tidak hadir dalam shalat berjamaah, beliau selalu bertanya aina fulan? (di mana si Fulan?). setelah shalat Jum’ah pun Rasulullah sering menanyakan kepada sahabatnya :“Siapa yang pada hari dalam keadaan kesulitan?, siapa hari ini yang dalam kekurangan? Sekali waktu Nabi juga bertanya : “ayyu khidmah? ‘apa yang bisa aku bantu’). Apa yang bisa aku perbuat? Apa yang bisa aku lalukan? Betapa mulia akhlak Rasullah saw. dalam memimpin, bahkan seorang musuh Nabi pernah memberi sebuah pengakuan, belum pernah aku melihat seorang pemimpin yang dicintai pengikutnya seperti Muhammad SAW.
Tanamkan kesadaran bahwasannya sayidul bilaadi khaadimuhum (orang besar itu adalah mereka yang mau mengabdikan dirinya menjadi pelayan umat). Apalagi menjadi pelayan rumah Allah. Seorang pengelola masjid, harus menyadari bahwasannya pelayanan itu harus dengan hati, harus dengan cinta. Aku bahagia karena aku bisa melayani, aku ada, maka aku melayani, melayani adalah ibadah, melayani adalah keterpanggilan. Demikian pula melayani adalah fitrah. Teladanilah Rasulullah SAW ketika memimpin. Beliau memimpin dengan “cinta”. Ketika beliau melihat salah satu jamaah yang tidak hadir dalam shalat berjamaah, beliau selalu bertanya aina fulan? (di mana si Fulan?). setelah shalat Jum’ah pun Rasulullah sering menanyakan kepada sahabatnya :“Siapa yang pada hari dalam keadaan kesulitan?, siapa hari ini yang dalam kekurangan? Sekali waktu Nabi juga bertanya : “ayyu khidmah? ‘apa yang bisa aku bantu’). Apa yang bisa aku perbuat? Apa yang bisa aku lalukan? Betapa mulia akhlak Rasullah saw. dalam memimpin, bahkan seorang musuh Nabi pernah memberi sebuah pengakuan, belum pernah aku melihat seorang pemimpin yang dicintai pengikutnya seperti Muhammad SAW.
Jadikanlah Allah sebagai pegangan hidup, jadikanlah Allah sebagai tujuan hidup. Ingat bahwasanya kita adalah wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi ini. Oleh karena itu, wakililah sifat-sifat mulia Allah. Tanamkan kalimah tauhid “laa ilaaha illallah” kedalam lubuk hati yang paling dalam. Cintailah Allah diatas segala-galanya. Mulailah segala aktivitas kita dengan memohon pertolongan Allah. Mudah-mudahan apa yang kita lakukan mendapat ridha Allah SWT.
Naskah ini dikutip dari :
1.Shalih Bin Ghanim As-Sadlan, 2009, Masjid dan Pengaruhnya dalam Dunia Pendidikan, Dosen Pasca Sarjana Fakultas Syari’ah, Universitas Al-Imam Muhammad bin Su’ud Al-Islamiyah, Terjemah : M. Khairudin Rendusara, SAg. islamhouse.com.
2. Drs. Mas`adi Sulthani, MA, 2010, Peran Dan Fungsi Masjid Dalam Islam, Ketua Dewan Da`wah Islamiyyah Indonesia. http://dewandakwahjakarta.or.id/index.php/buletin/juni/148-juni10.html.
3. KH. Ahmad Thoha, MA., 2012, Peranan Masjid Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat. http://www.masjidalakbar.com/khutbah1.php?no=88.
4. Dikutip langsung dari http://www.republika.co.id.
5.Al-Qoyuni, 2010, Fungsi Dan Peranan Masjid Di Era Modern. http://shofronyh.student.umm.ac.id/2010/07/08/fungsi-dan-peranan-masjid-di-era-modern/.
6. Buletin Nasional Al Balagh Edisi 09/Rabiut tsani 1431 H/2 April 2010)