<Contoh Khutbah Jumat Singkat Lengkap Di Balik Ajaran Islam>Marilah kita bersama-sama meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan berupaya menyempurnakan amal-amal kita sesuai dengan apa yang telah dituntunkan oleh syariat agama kita. Perwujudan keimanan dan ketakwaan pada hakekatnya adalah pengamalan syariat Islam dalam kehidupan kita, dan sendi-sendi Islam atau azas Islam tercermin dalam Hadits yang berikut: “Rasuulullah saw bersabda: “Islam dibina atas lima perkara: “Pengakuan (syahadat) bahwa tdak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad hamba-Nya dan Rasul-Nya, Mendirikan shalat; Membayar Zakat, Haji ke Bait; Puasa Ramadlan.”
Kalau kita renungkan Hadits yang saya nukil diatas, maka syahadatain adalah simpul keimanan yang tertanam dalam hati kita yang menumbuhkan keyakinan di dalamnya. Sehingga dari sana muncul semangat untuk beramal sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan disunnahkan oleh Rasuulullah SAW. Dan ini merupakan fondasi dimana sendi-sendi lainnya akan dibangun.
Ma’aasyiral jama’ah rahimakumullah.
Dengan fondasi syahadatain yang mantap ini, maka seseorang akan berupaya untuk menegakkan sendi yang selanjutnya. Yakni shalat. Karena sadar bahwa shalat adalah suatu kuwajiban bagi seorang Mukmin sebagaimana dijelaskan oleh ayat berikut:
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
“Sesungguhnya shalat bagi orang Mukmin, adalah kewajiban yang sudah ditetapkan waktu- waktunya..” (An-Nisaa': 103).
“Sesungguhnya shalat bagi orang Mukmin, adalah kewajiban yang sudah ditetapkan waktu- waktunya..” (An-Nisaa': 103).
Dan mengingat Hadits Nabi saw: Dari Jabir ra: “Telah berkata Rasulullah saw: Batas antara seorang lelaki dan kekufurannya adalah meninggalkan shalat.” Dan shalat yang tegak di atas fondasi keimanan adalah seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surah Al-Ankabut 45:
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“...Sesungguhnya, shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar...”
“...Sesungguhnya, shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar...”
Oleh sebab penegakan shalat dan pencegahan perbuatan fahsya dan munkar adalah dua perbuatan yang menimbulkan gerak reciprocal. Yakni, gerak timbal-balik yang secara otomatis akan menimbulkan daya dorong yang semakin hebat dari dalam diri pelakunya. Maka, dia akan menjadi tanggap terhadap kondisi lingkungan dan menyumbangkan nilai yang positif dalam pembangunan masyarakatnya.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Landasan yang kuat yang telah mendorong orang untuk senantiasa ingat akan Rabb-nya dengan menegakkan shalat itu. Selanjutnya, ketika dia mendapatkan kemurahan rizki, maka ia akan bersyukur. Dan sebagai implementasi rasa syukurnya, dia akan tergerak untuk menunaikan zakat, infak atau shadakah seperti yang dilukiskan dalam Al-Baqarah 3:
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
Apabila seseorang dalam hidupnya, manakala mendapatkan kemurahan rizki dari Allah SWT suka berinfak atau shadakah kepada dzawil qurba, kepada anak-anak yatim, kepada fuqara wal masakiin pastilah orang ini mempunyai kepedulian yang sangat tinggi terhadap lingkungannya, dan sikap iniadalah pertanda dia adalah seorang Mukmin yang sejati: “Rasulullah SAW bersabda: “ Ada dua tabiat yang tidak dapat bersatu dalam diri orang yang beriman. Yang pertama adalah bakhil, dan yang kedua adalah akhlak yang buruk.” (Hadits riwayat Tirmidzi ).
Dalam Hadits yang saya nukil terdahulu, disebutkan menunaikan haji sebagai salah satu bina Islam pada urutan kempat. Baru yang kelimanya adalah shiyam, adapun dalam Hadits lain yang menjelaskan tentang rukun Islam disebutkan haji sebagai rukun yang kelima. Hal ini sesuai karena dalam haji diperlukan persiapan. Sehingga seseorang menjadi ber-istito’ah atau mampu mengadakan perjalanan haji sebagaimana ayat:
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
''...Dan bagi Allah, wajib atas manusia berhaji ke bait (Allah) bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan kepadanya...'' (Ali-Imran: 97)
''...Dan bagi Allah, wajib atas manusia berhaji ke bait (Allah) bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan kepadanya...'' (Ali-Imran: 97)
Jadi, jelaslah bahwa mengamalkan syariat Islam adalah beramal yang membawa rahmat pada seluruh alam.
Hadirin sidang Jum’at rahimakumullah
Kita paham, agama Islam adalah tuntunan yang sempurna, meliputi tuntunan bagi amalan lahir dan batin, rasa-karsa, cipta dan karya bagi maslahat fidduniya wal akhirat. Kita yang lemah ini, sering tidak paham atau terkadang ragu, sehingga tak jarang kita berbuat sesat dan salah. Menyadari ini semua, maka sepatutnya kita senantiasa memohon petunjuk dan ampunan dari Allah SWT agar keselamatan menyertai perjalanan kehidupan kita ilal akhirah.