Naskah Khutbah Idul Fitri Ramadhan dan Upaya Pembentukan Sikap Taqwa: Menuju Pribadi Yang Fithri
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَللهُ اَكْبَرُ (×3) اَللهُ اَكْبَرُ (×3) اَللهُ اَكْبَرُ (×3) وَللهِ الحَمْدُ.
اَللهُ اَكْبَرُ... مَا هَبَّتْ نَسَائِمُ اْلاَفْرَاحِ بِالتَّهَانِى وَالسُّرُوْرِ, وَاَقْبَلَتْ بَشَائِرُ اْلأَعْيَادِ بِالتَّدَانِى وَاْلحُبُورِ, وَتَعَطَّرَتِ اْلاَفْوَاهُ كَمَا يَنْبَغِى اَنْ يُحْمَدَ رَبُّنَا وَيُشْكَرَ. اَللهُ اَكْبَرُ... مَاسَجَعَتْ وُرْقُ اْلمُؤَذِّنِيْنَ فَوْقَ اْلمنَائِرِ, وَغَرَّدَتْ بَلاَبِلُ اْلخُطَبَاءِ فَوْقَ اَعْوَادِ اْلمنَابِرِ, وَنُشِرَتْ فِى هَذَا اْليَوْمِ اَعْلاَمُ التَّكْبِيْرِ وَالتّذكيرِ: وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ... مَا تَزَيَّنَ الْمُسْلِمُوْنَ بِجَمِيْلِ الثِّيَابِ, وَخَرَجُوا اِلَى اْلمسَاجِدِ وَالصَّحَارَى ذَاكِرِيْنَ اللهَ فِى الذِّهَابِ وَاْلاِيَابِ, فَهَنِيْئًا لِمَنْ بِالإخلاَصِ قَدْ تَعَطَّرَ. اَللهُ اَكْبَرُ... مَا جَهَرَ مُسْلِمٌ بِالتَّكْبِيْرِ مِنْ مَنْزِلِهِ اِلَى مُصَلاَّهُ, وَاسْتَمَرَّ يُكَبِّرُ حَتَّى قَدُمَ اْلاِمَامُ وَقَامَ اِلَى الصَّلاَةِ, فَنَوَى بِتَكْبِيْرَةِ اْلاِحْرَامِ وَقَالَ: اَللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ... فِي مِثْلِ هَذَا الْيَوْمِ تُتَضَاعَفُ اْلاُجُوْرُ وَاْلحَسَنَاتُ, وَتَنْمُوْ بِهِ اْلخَيْرَاتُ وَاْلبَرَكَاتُ, وَيُسْتَزَادُ مِنْ آلاَءِ اللهِ وَيُسْتَكْثَرُ.
اَللهُ اَكْبَرُ (×3)
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى مَدَّ لَنَا مَوَائِدَ اِحْسَانِهِ وَاِنْعَامِهِ, وَاَعَادَ عَلَيْنَا فِى هَذَا اْليَوْمِ عَوَائِدَ بِرِّهِ وَاِكْرَامِهِ, وَاَلْبَسَنَا مَلاَبِسَ اْلعِزِّ وَاْلاَفْخَرِ. اَحْمَدُهُ حَمْدَ مَنْ نَطَقَتِ اْلأَلْسُنُ بِشُكْرِهِ فِى اْلمسَاءِ وَالصَّبَاحِ, وَتَرَنَّمَ بِهِ اْلعَبْدُ فِى كُلِّ غُدُوٍّ وَرَوَاحٍ, وَسَبَّحَ بِحَمْدِ رَبِّهِ وَاسْتَغْفَرَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ, اَلْمُشَفَّعِ فِى الْمَحْشَرِ, وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ بِمِلَّتِهِ اشْتَهَرَ. اَللهُ اَكْبَرُ (×3) فيا عِبَادَ اللهِ... اِتَّقُوا اللهَ وَاعْلَمُوْا اَنَّ هَذَا يَوْمُ عِيْدٍ وَسُرُوْرٍ... وَاِعْتَاقٍ مِنَ النَّارِ وَاُجُوْرٍ...
Allahu Akbar 3x, walillahilhamd.
Hadirin kaum muslimin dan muslimat, Jama’ah ‘Idul Fitri yang berbahagia!
Pada pagi yang cerah dan berbahagia ini, gema takbir, tahlil dan tahmid tengah berkumandang di seluruh pelosok negeri, menyambut datangnya ‘Idul Fitri: hari kemenangan besar nan hakiki, hari dikembalikannya kita kepada fitrah insani. Di mana setelah melewati proses ujian kesabaran selama sebulan penuh di bulan Ramadhan, pada hari ini kita dikembalikan oleh Allah pada fitrah kesucian diri sebagai pribadi-pribadi muslim sejati, yang senantiasa taat, patuh, serta meng-Esakan dan mengabdi kepada Tuhannya, yakni Allah SWT. Laa ilaha illallahu wallahu akbar, Allahu akbar wa lil-Laahil hamd. (Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Allah, Allah adalah Tuhan Yang Maha Agung, hanya kepada Allah-lah segala puji-pujian layak dipanjatkan).
Maka oleh karenanya, pada kesempatan ini, sudah selayaknya kita mengumandangkan sekaligus menghayati takbir, tahlil, dan tahmid dengan sepenuh hati, dilandasi keyakinan yang sungguh-sungguh akan ke-Esaan Allah, disertai sikap taubat, khusyuk, dan pengharapan secara total hanya kepada Allah semata, sehingga Allah akan membuka pintu ampunan-Nya, pintu rahmat-Nya, pintu surga-Nya, dan pintu ridho-Nya kepada kita, serta menerima segala amal dan ibadah kita. Robbana taqobbal minna: shalatana, wa shiyamana, wa qiyamana, wa ruku’ana, wa sujudana, wa qu’udana, wa tadhorru’ana, wa tammim taqshirona ya Robbal ‘Alamin.
Allahu Akbar 3x, walillahilhamd.
Jama’ah ‘Idul Fitri yang dirahmati Allah SWT
Ramadhan yang baru saja kita lewati, telah memberikan kesan kebahagiaan tersendiri bagi kita selaku umat muslim. Ini tak lain karena ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya yang kita lakukan selama Ramadhan, merupakan wasilah yang dapat mengantarkan kita pada sikap ketakwaan yang hakiki, sekaligus menjadi sarana penting bagi kita untuk memperbaiki diri. Sehingga saat Ramadhan berakhir, kita diharapkan dapat menjadi sosok sebagaimana bayi yang baru lahir, yakni, menjadi pribadi-pribadi muslim yang lebih baik, menjadi insan-insan yang bertakwa, yang memiliki moralitas dan akhlak luhur, baik kepada Allah SWT maupun kepada sesama. Inilah yang sesungguhnya dimaksudkan oleh Allah dalam firman-Nya “la’allakum tattaqun”, bahwa disyariatkannya puasa pada bulan suci Ramadhan adalah, agar kita dapat menjadi manusia-manusia yang bertaqwa.
Maka, sangat disayangkan apabila nilai-nilai luhur selama Ramadhan itu tidak benar-benar dihayati secara nyata dan kontinyu, atau malah berakhir seiring dengan berakhirnya bulan suci Ramadhan. Dan sangat disayangkan pula, jika seorang muslim yang ketika di bulan suci Ramadhan ia begitu khusyu' dan bersemangat melaksanakan amalan ibadah, namun saat Ramadhan berlalu ia kembali melakukan hal-hal yang justeru bertentangan dengan nilai-nilai ketakwaan yang telah ia gali selama Ramadhan sebulan penuh.
Allahu Akbar 3x, walillahilhamd.
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia!
Agar peningkatan kualitas taqwa bisa kita raih secara sempurna, sekaligus agar nilai-nilai ketaqwaan itu dapat diamalkan secara nyata, maka seyogyanya kita perlu memahami apa makna dan hakikat taqwa yang sesungguhnya. Dalam hal ini, Syaikh Thaha Abdullah al-‘Afifi, dalam kitabnya yang berjudul “Ahlur Rahmah”, beliau mengutip penjelasan Sahabat Ali bin Abi Thalib RA tentang makna dan hakikat taqwa. Taqwa berarti:
الْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ وَاْلإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ وَالرِّضَا بِالْقَلِيْلِ
Sikap yang pertama, (الْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ), yakni sikap takut kepada Allah. Takut kepada Allah bukan seperti rasa takut kita kepada binatang buas yang menyebabkan kita harus menghindar dan menjauhi. Akan tetapi, takut kepada Allah adalah takut akan murka, siksa, dan adzab-Nya, sehingga hal-hal yang akan bisa mendatangkan murka, siksa dan adzab Allah akan betul-betul kita jauhi. Sedangkan Allah sendiri harus senantiasa kita dekati, sehingga dari sini akan memunculkan sikap taqarrub ilallah (yakni sikap selalu mendekatkan diri kepada Allah). Karena itu, orang yang benar-benar takut kepada Allah tentunya tidak akan melakukan perbuatan yang menyimpang dari segala ketentuan-Nya. Seandainya ia berbuat salah, ia akan segera bertaubat dan meminta maaf, bahkan jika kesalahan itu menyangkut hak orang lain yang pernah dirampasnya, maka ia akan segera mengembalikannya.
Sikap taqwa yang kedua adalah (الْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ), yakni mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh Allah melalui wahyu yang telah diturunkan berupa kitab suci al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah untuk menjadi petunjuk bagi umat manusia agar mereka bertaqwa. Karena itu, orang yang benar-benar bertaqwa akan selalu beramal dan melakukan sesuatu berdasarkan wahyu yang diturunkan oleh Allah, termasuk wahyu yang dijelaskan melalui hadits-hadits dan sunnah Rasulullah SAW. Dengan kata lain, seseorang disebut bertaqwa apabila ia benar-benar melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dalam konteks inilah, menjadi amat penting bagi kita untuk selalu mengkaji al-Quran dan al-Hadits, termasuk mengkaji penjelasan dan petunjuk para ulama salafus shalih. Sebab, bagaimana mungkin kita akan dapat beramal secara benar, jika upaya untuk memahami ajaran-ajaran itu tidak dilakukan, dan bagaimana pula kita akan mampu memahami bila membaca dan mengkajinya pun tidak pernah.
Allahu Akbar 3x, walillahilhamd.
Hadirin Jama’ah ‘Idul Fitri yang berbahagia!
Sikap taqwa yang ketiga (اْلإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ), yakni selalu mempersiapkan dan membekali diri menghadapi kematian. Kematian adalah sesuatu yang pasti terjadi dan akan dialami oleh setiap orang. Kematian bukanlah akhir dari kehidupan, akan tetapi merupakan awal bagi kehidupan lain yang lebih kekal dan abadi, yakni kehidupan akhirat. Di mana, nasib seseorang di kehidupan akhirat akan sangat tergantung pada kualitas iman dan perbuatannya selama menjalani kehidupan di dunia. Karena itu, sikap orang yang benar-benar bertaqwa akan selalu mempersiapkan diri dengan amal-amal shalih, dalam rangka menjemput kebahagiaannya kelak di kehidupan akhirat.
Allahu Akbar 3x, walillahilhamd.
Kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah SWT
Kemudian sikap taqwa yang keempat adalah (الرِّضَا بِالْقَلِيْلِ), yakni, sikap rela, sabar, dan tetap bersyukur meskipun hidup sederhana dan seadanya. Adalah hal yang manusiawi jika setiap kita ingin meraih dan mendapatkan banyak sesuatu, khususnya harta benda yang berlimpah, sehingga dengan harta benda itu kita bisa mencukupi kebutuhan diri dan keluarga, serta bisa berbagi dengan sesama. Namun, keinginan sering kali tidak selalu sejalan dengan kenyataan. Ada saatnya kita mendapatkan rizki yang banyak, namun pada saat yang lain kita mendapatkan rizki yang sedikit, hingga kadang kala kita merasakan kekurangan. Maka, sikap orang yang bertaqwa adalah, ia akan selalu ridha dan rela menerima apapun anugerah Allah meskipun sedikit, serta selalu bersabar dan tidak pernah berhenti mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Inilah yang disebut dengan sikap zuhud dan qana’ah.
Baca Juga : Naskah Idul Fithri Manusia Pengemban Amanat Rahmat Semesta
Seorang Muslim yang benar-benar memahami makna dan hakikat Ramadhan, akan senantiasa memelihara hubungannya dengan Allah SWT. Hingga ia menyadari, bahwa esensi ketaqwaan sudah seharusnya terus dipelihara hingga 11 bulan berikutnya setelah Ramadhan, bahkan setiap saat sepanjang hayat. Ia akan tetap istiqomah untuk berusaha menjadi pribadi yang shaleh, baik terhadap Tuhannya, terhadap dirinya sendiri, terhadap sesama, bahkan terhadap makhluk-makhluk Allah yang lain, meski tanpa diiming-imingi ganjaran yang belipat ganda sebagaimana yang berlaku dalam bulan suci Ramadhan.
Allahu Akbar 3x, walillahilhamd.
Kaum muslimin dan muslimat, hadaaniyallaahu wa iyyaakum.
Akhirnya, seiring ucapan “minal ‘aaidin wal faaiziin”, marilah kita jadikan momentum Idul Fitri ini sebagai turning point (langkah awal) bagi kita untuk menata kembali nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, terutama dalam rangka meningkatkan taqwa dan ketaatan kita kepada Allah SWT.
ليس العيد لمن لبس الجديد. إنّما العيد لمن طاعتُه تزيد.
Demikian Naskah Khutbah Idul Fitri Ramadhan dan Upaya Pembentukan Sikap Taqwa: Menuju Pribadi Yang Fithri ini kami sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Amiin ya Robbal ‘alamiin...
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ ربِّهِ ونَهَيَ النَّفْسَ عَنِ اْلَهوَى فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ اْلمَأْوَى. جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ. اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ لِيْ وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرْهُ اِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
(الخطبة الثانية)
اَللهُ اَكْبَرُ (×4) اَللهُ اَكْبَرُ (×3)
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا. أشهد أن لاإله إلا الله وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله. اللهمّ صلِّ على سيّدنا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين وسلِّم تسليما كثيرا.
أمّا بعد: فيا أيّها النّاس اتّقوا الله ولازموا الصّلاة على خير خلقه عليه الصّلاة والسّلام. فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ بذلك إرشادا وتعليما. فقال: إنّ الله وملائكته يصلّون على النّبيّ يا أيّها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلِّ وسلِّم على سيّدنا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين وعلى التّابعين ومَنْ تَبِعَهم بإحسان إلى يوم الدّين. وارحمنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمؤْمِنَاتِ وَاْلمسْلِمِيْنَ وَاْلمسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ, إنّك سميع قريب مجيب الدّعوات. اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِين المخلصين وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ اَعْدَاءَنا وأعداء الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْم الدِّيْنِ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. والحمد لله ربّ العالمين.
واَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَللهُ اَكْبَرُ (×3) اَللهُ اَكْبَرُ (×3) اَللهُ اَكْبَرُ (×3) وَللهِ الحَمْدُ.
اَللهُ اَكْبَرُ... مَا هَبَّتْ نَسَائِمُ اْلاَفْرَاحِ بِالتَّهَانِى وَالسُّرُوْرِ, وَاَقْبَلَتْ بَشَائِرُ اْلأَعْيَادِ بِالتَّدَانِى وَاْلحُبُورِ, وَتَعَطَّرَتِ اْلاَفْوَاهُ كَمَا يَنْبَغِى اَنْ يُحْمَدَ رَبُّنَا وَيُشْكَرَ. اَللهُ اَكْبَرُ... مَاسَجَعَتْ وُرْقُ اْلمُؤَذِّنِيْنَ فَوْقَ اْلمنَائِرِ, وَغَرَّدَتْ بَلاَبِلُ اْلخُطَبَاءِ فَوْقَ اَعْوَادِ اْلمنَابِرِ, وَنُشِرَتْ فِى هَذَا اْليَوْمِ اَعْلاَمُ التَّكْبِيْرِ وَالتّذكيرِ: وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ... مَا تَزَيَّنَ الْمُسْلِمُوْنَ بِجَمِيْلِ الثِّيَابِ, وَخَرَجُوا اِلَى اْلمسَاجِدِ وَالصَّحَارَى ذَاكِرِيْنَ اللهَ فِى الذِّهَابِ وَاْلاِيَابِ, فَهَنِيْئًا لِمَنْ بِالإخلاَصِ قَدْ تَعَطَّرَ. اَللهُ اَكْبَرُ... مَا جَهَرَ مُسْلِمٌ بِالتَّكْبِيْرِ مِنْ مَنْزِلِهِ اِلَى مُصَلاَّهُ, وَاسْتَمَرَّ يُكَبِّرُ حَتَّى قَدُمَ اْلاِمَامُ وَقَامَ اِلَى الصَّلاَةِ, فَنَوَى بِتَكْبِيْرَةِ اْلاِحْرَامِ وَقَالَ: اَللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ... فِي مِثْلِ هَذَا الْيَوْمِ تُتَضَاعَفُ اْلاُجُوْرُ وَاْلحَسَنَاتُ, وَتَنْمُوْ بِهِ اْلخَيْرَاتُ وَاْلبَرَكَاتُ, وَيُسْتَزَادُ مِنْ آلاَءِ اللهِ وَيُسْتَكْثَرُ.
اَللهُ اَكْبَرُ (×3)
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى مَدَّ لَنَا مَوَائِدَ اِحْسَانِهِ وَاِنْعَامِهِ, وَاَعَادَ عَلَيْنَا فِى هَذَا اْليَوْمِ عَوَائِدَ بِرِّهِ وَاِكْرَامِهِ, وَاَلْبَسَنَا مَلاَبِسَ اْلعِزِّ وَاْلاَفْخَرِ. اَحْمَدُهُ حَمْدَ مَنْ نَطَقَتِ اْلأَلْسُنُ بِشُكْرِهِ فِى اْلمسَاءِ وَالصَّبَاحِ, وَتَرَنَّمَ بِهِ اْلعَبْدُ فِى كُلِّ غُدُوٍّ وَرَوَاحٍ, وَسَبَّحَ بِحَمْدِ رَبِّهِ وَاسْتَغْفَرَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ, اَلْمُشَفَّعِ فِى الْمَحْشَرِ, وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ بِمِلَّتِهِ اشْتَهَرَ. اَللهُ اَكْبَرُ (×3) فيا عِبَادَ اللهِ... اِتَّقُوا اللهَ وَاعْلَمُوْا اَنَّ هَذَا يَوْمُ عِيْدٍ وَسُرُوْرٍ... وَاِعْتَاقٍ مِنَ النَّارِ وَاُجُوْرٍ...
Allahu Akbar 3x, walillahilhamd.
Hadirin kaum muslimin dan muslimat, Jama’ah ‘Idul Fitri yang berbahagia!
Pada pagi yang cerah dan berbahagia ini, gema takbir, tahlil dan tahmid tengah berkumandang di seluruh pelosok negeri, menyambut datangnya ‘Idul Fitri: hari kemenangan besar nan hakiki, hari dikembalikannya kita kepada fitrah insani. Di mana setelah melewati proses ujian kesabaran selama sebulan penuh di bulan Ramadhan, pada hari ini kita dikembalikan oleh Allah pada fitrah kesucian diri sebagai pribadi-pribadi muslim sejati, yang senantiasa taat, patuh, serta meng-Esakan dan mengabdi kepada Tuhannya, yakni Allah SWT. Laa ilaha illallahu wallahu akbar, Allahu akbar wa lil-Laahil hamd. (Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Allah, Allah adalah Tuhan Yang Maha Agung, hanya kepada Allah-lah segala puji-pujian layak dipanjatkan).
Maka oleh karenanya, pada kesempatan ini, sudah selayaknya kita mengumandangkan sekaligus menghayati takbir, tahlil, dan tahmid dengan sepenuh hati, dilandasi keyakinan yang sungguh-sungguh akan ke-Esaan Allah, disertai sikap taubat, khusyuk, dan pengharapan secara total hanya kepada Allah semata, sehingga Allah akan membuka pintu ampunan-Nya, pintu rahmat-Nya, pintu surga-Nya, dan pintu ridho-Nya kepada kita, serta menerima segala amal dan ibadah kita. Robbana taqobbal minna: shalatana, wa shiyamana, wa qiyamana, wa ruku’ana, wa sujudana, wa qu’udana, wa tadhorru’ana, wa tammim taqshirona ya Robbal ‘Alamin.
Allahu Akbar 3x, walillahilhamd.
Jama’ah ‘Idul Fitri yang dirahmati Allah SWT
Ramadhan yang baru saja kita lewati, telah memberikan kesan kebahagiaan tersendiri bagi kita selaku umat muslim. Ini tak lain karena ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya yang kita lakukan selama Ramadhan, merupakan wasilah yang dapat mengantarkan kita pada sikap ketakwaan yang hakiki, sekaligus menjadi sarana penting bagi kita untuk memperbaiki diri. Sehingga saat Ramadhan berakhir, kita diharapkan dapat menjadi sosok sebagaimana bayi yang baru lahir, yakni, menjadi pribadi-pribadi muslim yang lebih baik, menjadi insan-insan yang bertakwa, yang memiliki moralitas dan akhlak luhur, baik kepada Allah SWT maupun kepada sesama. Inilah yang sesungguhnya dimaksudkan oleh Allah dalam firman-Nya “la’allakum tattaqun”, bahwa disyariatkannya puasa pada bulan suci Ramadhan adalah, agar kita dapat menjadi manusia-manusia yang bertaqwa.
Maka, sangat disayangkan apabila nilai-nilai luhur selama Ramadhan itu tidak benar-benar dihayati secara nyata dan kontinyu, atau malah berakhir seiring dengan berakhirnya bulan suci Ramadhan. Dan sangat disayangkan pula, jika seorang muslim yang ketika di bulan suci Ramadhan ia begitu khusyu' dan bersemangat melaksanakan amalan ibadah, namun saat Ramadhan berlalu ia kembali melakukan hal-hal yang justeru bertentangan dengan nilai-nilai ketakwaan yang telah ia gali selama Ramadhan sebulan penuh.
Allahu Akbar 3x, walillahilhamd.
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia!
Agar peningkatan kualitas taqwa bisa kita raih secara sempurna, sekaligus agar nilai-nilai ketaqwaan itu dapat diamalkan secara nyata, maka seyogyanya kita perlu memahami apa makna dan hakikat taqwa yang sesungguhnya. Dalam hal ini, Syaikh Thaha Abdullah al-‘Afifi, dalam kitabnya yang berjudul “Ahlur Rahmah”, beliau mengutip penjelasan Sahabat Ali bin Abi Thalib RA tentang makna dan hakikat taqwa. Taqwa berarti:
الْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ وَاْلإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ وَالرِّضَا بِالْقَلِيْلِ
Dari penjelasan di atas, ada 4 (empat) macam sikap taqwa yang harus ada dalam diri kita, dan wajib kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari secara nyata. Ke-empat sikap tersebut sekaligus merupakan tolak ukur tentang sejauh mana keberhasilan ibadah kita selama bulan suci Ramadhan:“Taqwa adalah sikap takut kepada Allah, mengamalkan apa yang diajarkan Allah melalui ayat-ayat-Nya, selalu mempersiapkan dan membekali diri untuk menghadapi hari akhir, serta rela dan bersabar atas anugerah Allah meskipun sedikit”
Sikap yang pertama, (الْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ), yakni sikap takut kepada Allah. Takut kepada Allah bukan seperti rasa takut kita kepada binatang buas yang menyebabkan kita harus menghindar dan menjauhi. Akan tetapi, takut kepada Allah adalah takut akan murka, siksa, dan adzab-Nya, sehingga hal-hal yang akan bisa mendatangkan murka, siksa dan adzab Allah akan betul-betul kita jauhi. Sedangkan Allah sendiri harus senantiasa kita dekati, sehingga dari sini akan memunculkan sikap taqarrub ilallah (yakni sikap selalu mendekatkan diri kepada Allah). Karena itu, orang yang benar-benar takut kepada Allah tentunya tidak akan melakukan perbuatan yang menyimpang dari segala ketentuan-Nya. Seandainya ia berbuat salah, ia akan segera bertaubat dan meminta maaf, bahkan jika kesalahan itu menyangkut hak orang lain yang pernah dirampasnya, maka ia akan segera mengembalikannya.
Sikap taqwa yang kedua adalah (الْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ), yakni mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh Allah melalui wahyu yang telah diturunkan berupa kitab suci al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah untuk menjadi petunjuk bagi umat manusia agar mereka bertaqwa. Karena itu, orang yang benar-benar bertaqwa akan selalu beramal dan melakukan sesuatu berdasarkan wahyu yang diturunkan oleh Allah, termasuk wahyu yang dijelaskan melalui hadits-hadits dan sunnah Rasulullah SAW. Dengan kata lain, seseorang disebut bertaqwa apabila ia benar-benar melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dalam konteks inilah, menjadi amat penting bagi kita untuk selalu mengkaji al-Quran dan al-Hadits, termasuk mengkaji penjelasan dan petunjuk para ulama salafus shalih. Sebab, bagaimana mungkin kita akan dapat beramal secara benar, jika upaya untuk memahami ajaran-ajaran itu tidak dilakukan, dan bagaimana pula kita akan mampu memahami bila membaca dan mengkajinya pun tidak pernah.
Allahu Akbar 3x, walillahilhamd.
Hadirin Jama’ah ‘Idul Fitri yang berbahagia!
Sikap taqwa yang ketiga (اْلإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ), yakni selalu mempersiapkan dan membekali diri menghadapi kematian. Kematian adalah sesuatu yang pasti terjadi dan akan dialami oleh setiap orang. Kematian bukanlah akhir dari kehidupan, akan tetapi merupakan awal bagi kehidupan lain yang lebih kekal dan abadi, yakni kehidupan akhirat. Di mana, nasib seseorang di kehidupan akhirat akan sangat tergantung pada kualitas iman dan perbuatannya selama menjalani kehidupan di dunia. Karena itu, sikap orang yang benar-benar bertaqwa akan selalu mempersiapkan diri dengan amal-amal shalih, dalam rangka menjemput kebahagiaannya kelak di kehidupan akhirat.
Allahu Akbar 3x, walillahilhamd.
Kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah SWT
Kemudian sikap taqwa yang keempat adalah (الرِّضَا بِالْقَلِيْلِ), yakni, sikap rela, sabar, dan tetap bersyukur meskipun hidup sederhana dan seadanya. Adalah hal yang manusiawi jika setiap kita ingin meraih dan mendapatkan banyak sesuatu, khususnya harta benda yang berlimpah, sehingga dengan harta benda itu kita bisa mencukupi kebutuhan diri dan keluarga, serta bisa berbagi dengan sesama. Namun, keinginan sering kali tidak selalu sejalan dengan kenyataan. Ada saatnya kita mendapatkan rizki yang banyak, namun pada saat yang lain kita mendapatkan rizki yang sedikit, hingga kadang kala kita merasakan kekurangan. Maka, sikap orang yang bertaqwa adalah, ia akan selalu ridha dan rela menerima apapun anugerah Allah meskipun sedikit, serta selalu bersabar dan tidak pernah berhenti mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Inilah yang disebut dengan sikap zuhud dan qana’ah.
Baca Juga : Naskah Idul Fithri Manusia Pengemban Amanat Rahmat Semesta
Seorang Muslim yang benar-benar memahami makna dan hakikat Ramadhan, akan senantiasa memelihara hubungannya dengan Allah SWT. Hingga ia menyadari, bahwa esensi ketaqwaan sudah seharusnya terus dipelihara hingga 11 bulan berikutnya setelah Ramadhan, bahkan setiap saat sepanjang hayat. Ia akan tetap istiqomah untuk berusaha menjadi pribadi yang shaleh, baik terhadap Tuhannya, terhadap dirinya sendiri, terhadap sesama, bahkan terhadap makhluk-makhluk Allah yang lain, meski tanpa diiming-imingi ganjaran yang belipat ganda sebagaimana yang berlaku dalam bulan suci Ramadhan.
Allahu Akbar 3x, walillahilhamd.
Kaum muslimin dan muslimat, hadaaniyallaahu wa iyyaakum.
Akhirnya, seiring ucapan “minal ‘aaidin wal faaiziin”, marilah kita jadikan momentum Idul Fitri ini sebagai turning point (langkah awal) bagi kita untuk menata kembali nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, terutama dalam rangka meningkatkan taqwa dan ketaatan kita kepada Allah SWT.
ليس العيد لمن لبس الجديد. إنّما العيد لمن طاعتُه تزيد.
Hakikat hari raya yang sesungguhnya adalah mana kala ketaatan kita kepada Allah SWT semakin bertambah”.“(Karena) hakikat hari raya bukan berarti kita harus mengenakan pakaian yang serba baru.''
Demikian Naskah Khutbah Idul Fitri Ramadhan dan Upaya Pembentukan Sikap Taqwa: Menuju Pribadi Yang Fithri ini kami sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Amiin ya Robbal ‘alamiin...
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ ربِّهِ ونَهَيَ النَّفْسَ عَنِ اْلَهوَى فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ اْلمَأْوَى. جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ. اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ لِيْ وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرْهُ اِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
(الخطبة الثانية)
اَللهُ اَكْبَرُ (×4) اَللهُ اَكْبَرُ (×3)
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا. أشهد أن لاإله إلا الله وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله. اللهمّ صلِّ على سيّدنا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين وسلِّم تسليما كثيرا.
أمّا بعد: فيا أيّها النّاس اتّقوا الله ولازموا الصّلاة على خير خلقه عليه الصّلاة والسّلام. فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ بذلك إرشادا وتعليما. فقال: إنّ الله وملائكته يصلّون على النّبيّ يا أيّها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلِّ وسلِّم على سيّدنا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين وعلى التّابعين ومَنْ تَبِعَهم بإحسان إلى يوم الدّين. وارحمنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمؤْمِنَاتِ وَاْلمسْلِمِيْنَ وَاْلمسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ, إنّك سميع قريب مجيب الدّعوات. اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِين المخلصين وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ اَعْدَاءَنا وأعداء الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْم الدِّيْنِ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. والحمد لله ربّ العالمين.
واَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ