Contoh Naskah Teks Khutbah Jumat Singkat: Fase Kehidupan Dunia Yang Sementara
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Mengawali khutbah jum’at siang hari ini, marilah kita senantiasa memelihara tekad kita untuk terus meningkatkan kadar ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, demi keselamatan dan kebahagiaan hidup kita kelak di alam yang lebih hakiki dan lebih abadi, yakni alam akhirat. Karena fase kehidupan dunia yang tengah kita jalani saat ini pada hakikatnya hanyalah “permainan” dan sandiwara yang bersifat sementara. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya :
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ.
“Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, tempat kesenangan semu dan sementara, di mana kalian saling bermegah-megahan dan saling membanggakan harta dan anak-anak kalian, ibarat air hujan yang menyuburkan tanaman dengan seketika hingga membuat kagum para petani, namun tidak berapa lama tanaman itu berubah menjadi kering dan layu hingga akhirnya tanaman itu pun hancur. Dan (ketahuilah) bahwa di akhirat nanti ada azab yang sangat pedih di samping juga ada ampunan dan keridhoan Allah. Sesungguhnya kehidupan dunia ini tak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. al-Hadid: 20).
Hadirin jama’ah Jum’at yang berbahagia!
Baca Juga=>Materi Khutbah Jumat Singkat: Urgensi Shalat
Terkait makna ayat di atas, Imam Abu Hafsh Najmuddin bin Muhammad an-Nasafi (w 538 H), seorang ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang hidup semasa dengan Imam al-Ghazali, beliau menafsirkan bahwa ada 5 fase atau tahapan kehidupan di dunia di mana masing-masing fase itu dilalui oleh manusia selama 8 (delapan) tahun.
Fase yang pertama adalah: la'ibun, yang secara harfiyah berarti “permainan” atau “main-main”. Kata ini menunjuk pada makna tidak adanya keseriusan, atau sesuatu yang berlawanan dengan yang sesungguhnya. Atau dengan kata lain, kehidupan dunia ini bukanlah kehidupan yang sesungguhnya. Menurut Imam Najmuddin an-Nasafi, fase la'ibun ini merupakan fase pertama dari kehidupan manusia, yakni ketika manusia berumur 1-8 tahun yang hanya berisi permainan-permainan. Kita bisa lihat anak-anak kita yang tidak terlalu banyak berpikir dalam rentang usia tersebut. Hal ini persis dengan apa yang dikatakan oleh Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitab tafsirnya yang berjudul Mafatihul Ghaib, bahwa la'ibun merupakan karakter anak-anak yang tidak pernah memikirkan aspek manfaat dari setiap apa yang dilakukannya, karena semua yang dilakukan tak lebih dari sekedar permainan atau bermain-main.
Jama'ah Jum'ah Rahimakumullah!
Fase yang kedua adalah lahwun, yaitu sifat lalai yang terdapat dalam diri manusia. Sifat lalai terjadi karena manusia sering kali tidak berpikir panjang atau sengaja tidak mau berpikir panjang atas apa yang dilakukannya. Semua yang dilakukan selalu berdasarkan pada keinginan hawa nafsunya, tanpa pertimbangan yang matang, asal hati senang maka kaki pun segera melangkah. Inilah sifat yang kerap melanda anak manusia pada fase kedua dalam kehidupannya, yakni ketika menginjak masa remaja dalam rentang umur 9-16 tahun.
Baca Juga=>Khutbah Jumat Batalnya Syahadat Seorang Muslim
=>Perjalanan Manusia Setelah Meninggal Dunia
=>Macam Macam Mazhab dalam Islam
=>Menggapai Kebahagiann Dunia Akhirat
Kemudian fase yang ketiga: zinatun, yakni bahwa dunia ini merupakan perhiasan dan kesenangan semu yang penuh pesona dan godaan. Dunia seisinya pada hakikatnya tidak lebih dari asesoris kehidupan. Imam Fakhruddin ar-Razi mengatakan bahwa fase ini banyak menerpa kaum hawa. Ketika perempuan mulai menginjak usia 17 tahun, maka mulailah ia menyadari akan keperempuanannya, dengan berlama-lama di depan cermin, menghiasi wajahnya, merias diri, dan sebagainya. Begitu pula dengan masalah penampilan, pada fase ini (yakni usia 17-24 tahun), anak manusia selalu ingin tampil mengagumkan.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Fase yang keempat: tafakhurun baynakum, artinya dunia menjadi tempat untuk saling bermegah-megahan; menjadi media untuk saling menyombongkan dan mengunggulkan diri, baik soal harta benda yang dipunyai maupun keturunan yang dimiliki.
Kemudian fase yang kelima: takatsurun fil amwal wal-aulad, yakni bahwa dunia ini kerap dipahami sebagai tempat untuk saling berlomba memperbanyak harta dan keturunan. Inilah puncak dari fase kehidupan yang sering melanda manusia, yakni ketika seseorang telah berumur 33 tahun dan seterusnya. Pada fase inilah seseorang mulai menanamkan semangat yang menggebu untuk menumpuk harta dan kekayaan materi, melebihi apa yang sesungguhnya dibutuhkan, bahkan meskipun dengan menempuh cara-cara yang koruptif, kolutif, dan nepotisme.
Hadirin Jama'ah Jum'ah yang dimuliakan Allah SWT!
Demikianlah realita keadaan hidup di dunia. Jika kita tidak sadar dan mawas diri akan tujuan hidup kita yang lebih hakiki, niscaya kita akan terhanyut dan terbuai dalam arus yang makin menjauhkan hidup kita dari subtansi yang sesungguhnya. Kita akan semakin disibukkan dengan urusan remeh temeh keduniawian yang tidak akan ada putusnya. Padahal, Allah SWT telah membuat perumpamaan yang jelas sangat dalam ayat di atas, bahwa fase kehidupan di dunia ini tak lebih dari umur tanaman yang tersiram air hujan, lalu tanaman itu tumbuh subur dan berbuah, namun tak lama kemudian berubah menjadi layu dan hancur. Oleh karenanya, sungguh beruntung mereka yang selalu mengerti dan menyadari tentang hakikat dan tujuan hidupnya di dunia, lalu ia berusaha membenahi dan memperbaiki setiap langkah dalam hidupnya. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang demikian. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْه اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Contoh Naskah Teks Khutbah Jumat Singkat Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ, وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ, اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا.
اَمَّا بَعْدُ. فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ... اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَكم وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَاكم, وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ, وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ, وَقَالَ تَعاَلَى: اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ, وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَتِكَ اْلمُقَرَّبِيْنَ, وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِىّ, وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ, وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ, اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ, وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ, وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ, وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ, وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ, وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا, وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا, وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا, وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ, وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا, وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا, وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَا, وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا, وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.
عِبَاد َاللهِ... اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ, وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ, فاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ, وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ, وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ, وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ.
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Mengawali khutbah jum’at siang hari ini, marilah kita senantiasa memelihara tekad kita untuk terus meningkatkan kadar ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, demi keselamatan dan kebahagiaan hidup kita kelak di alam yang lebih hakiki dan lebih abadi, yakni alam akhirat. Karena fase kehidupan dunia yang tengah kita jalani saat ini pada hakikatnya hanyalah “permainan” dan sandiwara yang bersifat sementara. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya :
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ.
“Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, tempat kesenangan semu dan sementara, di mana kalian saling bermegah-megahan dan saling membanggakan harta dan anak-anak kalian, ibarat air hujan yang menyuburkan tanaman dengan seketika hingga membuat kagum para petani, namun tidak berapa lama tanaman itu berubah menjadi kering dan layu hingga akhirnya tanaman itu pun hancur. Dan (ketahuilah) bahwa di akhirat nanti ada azab yang sangat pedih di samping juga ada ampunan dan keridhoan Allah. Sesungguhnya kehidupan dunia ini tak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. al-Hadid: 20).
Hadirin jama’ah Jum’at yang berbahagia!
Baca Juga=>Materi Khutbah Jumat Singkat: Urgensi Shalat
Terkait makna ayat di atas, Imam Abu Hafsh Najmuddin bin Muhammad an-Nasafi (w 538 H), seorang ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang hidup semasa dengan Imam al-Ghazali, beliau menafsirkan bahwa ada 5 fase atau tahapan kehidupan di dunia di mana masing-masing fase itu dilalui oleh manusia selama 8 (delapan) tahun.
Fase yang pertama adalah: la'ibun, yang secara harfiyah berarti “permainan” atau “main-main”. Kata ini menunjuk pada makna tidak adanya keseriusan, atau sesuatu yang berlawanan dengan yang sesungguhnya. Atau dengan kata lain, kehidupan dunia ini bukanlah kehidupan yang sesungguhnya. Menurut Imam Najmuddin an-Nasafi, fase la'ibun ini merupakan fase pertama dari kehidupan manusia, yakni ketika manusia berumur 1-8 tahun yang hanya berisi permainan-permainan. Kita bisa lihat anak-anak kita yang tidak terlalu banyak berpikir dalam rentang usia tersebut. Hal ini persis dengan apa yang dikatakan oleh Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitab tafsirnya yang berjudul Mafatihul Ghaib, bahwa la'ibun merupakan karakter anak-anak yang tidak pernah memikirkan aspek manfaat dari setiap apa yang dilakukannya, karena semua yang dilakukan tak lebih dari sekedar permainan atau bermain-main.
Jama'ah Jum'ah Rahimakumullah!
Fase yang kedua adalah lahwun, yaitu sifat lalai yang terdapat dalam diri manusia. Sifat lalai terjadi karena manusia sering kali tidak berpikir panjang atau sengaja tidak mau berpikir panjang atas apa yang dilakukannya. Semua yang dilakukan selalu berdasarkan pada keinginan hawa nafsunya, tanpa pertimbangan yang matang, asal hati senang maka kaki pun segera melangkah. Inilah sifat yang kerap melanda anak manusia pada fase kedua dalam kehidupannya, yakni ketika menginjak masa remaja dalam rentang umur 9-16 tahun.
Baca Juga=>Khutbah Jumat Batalnya Syahadat Seorang Muslim
=>Perjalanan Manusia Setelah Meninggal Dunia
=>Macam Macam Mazhab dalam Islam
=>Menggapai Kebahagiann Dunia Akhirat
Kemudian fase yang ketiga: zinatun, yakni bahwa dunia ini merupakan perhiasan dan kesenangan semu yang penuh pesona dan godaan. Dunia seisinya pada hakikatnya tidak lebih dari asesoris kehidupan. Imam Fakhruddin ar-Razi mengatakan bahwa fase ini banyak menerpa kaum hawa. Ketika perempuan mulai menginjak usia 17 tahun, maka mulailah ia menyadari akan keperempuanannya, dengan berlama-lama di depan cermin, menghiasi wajahnya, merias diri, dan sebagainya. Begitu pula dengan masalah penampilan, pada fase ini (yakni usia 17-24 tahun), anak manusia selalu ingin tampil mengagumkan.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Fase yang keempat: tafakhurun baynakum, artinya dunia menjadi tempat untuk saling bermegah-megahan; menjadi media untuk saling menyombongkan dan mengunggulkan diri, baik soal harta benda yang dipunyai maupun keturunan yang dimiliki.
Kemudian fase yang kelima: takatsurun fil amwal wal-aulad, yakni bahwa dunia ini kerap dipahami sebagai tempat untuk saling berlomba memperbanyak harta dan keturunan. Inilah puncak dari fase kehidupan yang sering melanda manusia, yakni ketika seseorang telah berumur 33 tahun dan seterusnya. Pada fase inilah seseorang mulai menanamkan semangat yang menggebu untuk menumpuk harta dan kekayaan materi, melebihi apa yang sesungguhnya dibutuhkan, bahkan meskipun dengan menempuh cara-cara yang koruptif, kolutif, dan nepotisme.
Hadirin Jama'ah Jum'ah yang dimuliakan Allah SWT!
Demikianlah realita keadaan hidup di dunia. Jika kita tidak sadar dan mawas diri akan tujuan hidup kita yang lebih hakiki, niscaya kita akan terhanyut dan terbuai dalam arus yang makin menjauhkan hidup kita dari subtansi yang sesungguhnya. Kita akan semakin disibukkan dengan urusan remeh temeh keduniawian yang tidak akan ada putusnya. Padahal, Allah SWT telah membuat perumpamaan yang jelas sangat dalam ayat di atas, bahwa fase kehidupan di dunia ini tak lebih dari umur tanaman yang tersiram air hujan, lalu tanaman itu tumbuh subur dan berbuah, namun tak lama kemudian berubah menjadi layu dan hancur. Oleh karenanya, sungguh beruntung mereka yang selalu mengerti dan menyadari tentang hakikat dan tujuan hidupnya di dunia, lalu ia berusaha membenahi dan memperbaiki setiap langkah dalam hidupnya. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang demikian. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْه اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Contoh Naskah Teks Khutbah Jumat Singkat Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ, وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ, اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا.
اَمَّا بَعْدُ. فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ... اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَكم وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَاكم, وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ, وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ, وَقَالَ تَعاَلَى: اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ, وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَتِكَ اْلمُقَرَّبِيْنَ, وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِىّ, وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ, وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ, اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ, وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ, وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ, وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ, وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ, وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا, وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا, وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا, وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ, وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا, وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا, وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَا, وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا, وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.
عِبَاد َاللهِ... اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ, وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ, فاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ, وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ, وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ, وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ.