Konsep Tuhan dalam Agama Buddha

A. Pendahuluan

Agama merupan pandangan utama dan pandangan hidup (worldview) bagi kehidupan manusia, ajaran dan konsep utama dalam agama adalah keyakinan akan adanya tuhan yang menciptakan segalanya yang di sebut dengan tauhid (aqidah).namun ajaran tentang tuhan pada suatu agama berbeda satu agama dengan agama lainnya, seperti halnya konsep tuhan menurut agama islam berbeda dengan konsep tuhan dalam agama Buddha,  konsep tuhan dalm agama nasroni (kristen), konsep tuhan dalam agama yahudi dan konsep tuhan dalam agama lainnya saling berbeda. Namun tuhan menciptakan manusia dan segala sesuatunya tidak melaikan kecuali hanya untuk menyembah dan taat kepadanya dan inti atau yang paling utama dalam semua dari ajaran agama adalah keyakinanya kepada tuhan. Dan pada kesempatan makalah ini, akan membahas tentang konsep tuhan dalam agama Buddha.

Agama Buddha tumbuh dan berkembang di india pada abad ke-6 sebelum masehi didirikan oleh Sinddharta Gautama. Sinddharta adalah anak seorang raja yang bernama suddhudana yang memerintah suku syakiya dari kapilawestu india dan ibunya bernama maya. Buddha sebenarnya bukanlah nama bagi seseorang, tetapi sebutan yang diberikan kepada orang yang telah mencapai”bodhi” yaitu ilmu pengetahuan yang tinggi dan sempurna, yang telah mendapatkan jalan untuk melepaskan diri dari kekangan karma.dan sindharta dianggap telah mendapatkan tersebut maka sindharta Gautama telah mencapai bodhi dan disebut sebagai Buddha. Serta menyebarkan ajarannya yang pertama di india dan berkembang dan banyak pengikutnya sehingga agama Buddha tersebar sampai ke Negara lain termasuk di Indonesia dan Negara asia lainnya.
https://aang-zaeni.blogspot.com/2018/02/konsep-tuhan-dalam-agama-buddha.html

B. Pembahasan

Pada umumnya bila orang membicarakan tentang agama yang di bicarakan meski tentang keyakinan kepada tuhan, bahkan kepercayaan atau keyakinan kepada tuhan yang maha kuasa itu di jadikan pandangan pertama. Akan tetapi kupasan kepercayaan kepada tuhan dalam agama Buddha jarang sekali di kemukakan.
Perlu di tekankan bahwa di dalam ajaran Buddha yang sesungguhnya (aslinya) sang Buddha Sidharta Gautama bukanlah tuhan melainkan hanyalah seorang guru, juru pandu bagi manusia. Konsep ketuhanan dalam agama buddha berbeda dengan konsep dalam agama samawi dimana alam semesta diciptakan oleh tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke surga ciptaan tuhan yang kekal, tetapi konsep didalam agama Buddha bahwasannya asal muasal dan penciptaan alam semesta bukan berasal dari tuhan, melainkan karena hukum sebab dan akibat yang telah disamarkan oleh waktu, dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana batin manusia tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya, tidak ada dewa-dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran serta realitas sebenar-benarnya. Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci Tipitaka, maka bukan hanya konsep ketuhanan yang berbeda dengan konsep ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang alam semesta, terbentuknya bumi dan manusia, kehidupan manusia di alam semesta, kiamat dan keselamatan atau kebebasan.

Tuhan dalam agama Buddha yang bersifat non-teis (yakni, pada umumnya tidak mengajarkan keberadaan tuhan sang pencipta atau bergantung kepada tuhan sang pencipta demi dalam usaha mencapai pencerahan, sang Buddha Gautama  adalah pembingbing atau guru yang menunjukkan jalan menuju nirwana) serta selama hidupnya Buddha Gautama tidak pernah mengajarkan cara-cara menyembah kepada tuhan maupun konsepsi ketuhanan meskipun dalam wejangannya kadang-kadang menyebut tuhan, ia lebih banyak menekankan pada ajaran hidup suci, sehingga banyak para ahli sejarah agama dan sarjana teologi islam mengatakan agama Buddha sebagai ajaran moral belaka.jika diperhatikan dalam perkataan atau khotbah-khotbah Buddha Gautama dan soal jawabnya dengan kelima temannya di Benares, ia tidak percaya kepada tuhan-tuhan yang banyak, dewa-dewa, dan berhala-berhala yang dipuja dan disembah sepertihalnya dalam agama hindu, bahkan penyembahan demikian dicela dalam ajaran  Buddha dan oleh sang Buddha Gautama itu sendiri. Akan tetapi ketuhanan brahma, tetap di akui oleh buddha sidharta Gautama, ia tetap mengakui brahma sebagai tuhannya.

Dalam salah satu ucapannya Buddha Gautama pernah mengatakan: “biarkan tuhan menjadikan segala sesuatu, dan manusia hendaklah memelihara kesucian ciptaan tuhan, kesucian yang sempurna itulah dia tuhan. Kesucian demikian harus terdapat pada tiap-tiap manusia” dan didalam kitab tipitaka ia juga mengatakan: “ketahuilah para bikkhu bahwa ada sesuatu yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak. Duhai para bikkhu, apabila tidak ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bikkhu, karena ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Ungkapan di atas adalah pernyataandari sang Buddha yang terdapat dalam sutta pitaka, udana VIII:3, yang merupakan konsep ketuhanan yang maha esa dalam agama Buddha. Ketuhanan yang maha esa dalam bahasa pali adalah Atthi Ajatan Abhutam Akatam Asamkhatam yang artinya : “suatu yang tidak dilahirkan, tidak dijelma, tidak diciptakan dan yang mutlak”. Dalam hal ini, ketuhanan yang maha esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya yang mutlak, yang tidak berkondisi (asankhata) maka manusia yang berkondisi (sankhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi. Dengan membaca konsep ketuhanan yang maha esa ini, kita dapat melihat bahwa konsep ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain.

Oleh karena ajarannya yg tentang ketuhanan yang tidak bekitu banyak diuraikan dan di jelaskan , maka sepeninggalan Buddha, patung Buddha sendiri telah menjadi sembahan yang utama bahkan juga sisa peninggalannya seperti abu mayatnya, potongan kukunya, rambutnya yang tersimpan dalam stupapun telah dipuja dan disembah. Padahal Buddha Gautama mencela penyembahan kepada patung dan berhala tetapi penganut Buddha sendiri sepeninggalannya telah menempatkan patung-patungnya didalam candi, kuil dan stupa untuk disembah.

Dalam hal ini kita dapat menyimpulkan bahwa Buddha Gautama sendiri tetap menuhankan brahma semata, ia tidak menyakini ketuhanan yang lain hanya Buddha Sidharta Gautama tidak menjelaskan dan menerangkan tentang dasar-dasar bagaimana cara beriman dan menyembah kepada tuhan dalam agamanya.

C. Penutup

Dengan keterangan pembahasan di atas Bahwasannya konsep ketuhanan dalam agama Buddha sangat berbeda dengan konsep ketuhanan dalam agama lain, yang bahwasannya asal muasal dan penciptaan alam semesta bukan berasal dari, melainkan karena hukum dan akibat yang telah disamarkan oleh waktu, dan tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana batin manusia tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan batuan pihak lain tidak ada pengaruhnya, tidak ada dewa dewi yang dapat membantu hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai dan Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran serta realitas sebenar-benarnya seperti halnya yang telah di ucapkan oleh budddha Gautama: “biarkan tuhan menjadikan segala sesuatu dan manusia hendaklah memelihara kesucian yang sempurna itulah dia tuhan, kesucian yang demikian harus terdapat pada tiap-tiap manusia. Dan apa yang tertulis dikitab sutta pitaka agama Buddha:”bahwa ada sesuatu yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan, dari sebab yang lalu tetapi karena ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu dan untuk mendapatkan kebebasan dari lingkaran kehidupan dengan cara bermeditasi. Dan sang Buddha Gautama sendiri tidak banyak menerangkan dan menjelaskan dan mengajarkan tentang ketuhanan tapi dalam wacananya kadang-kadang Buddha Gautama menuhankan brahma semata.

[1] K.H agus hakim, perbandingan agama,(bandung: cv diponegoro,1985), hlm.87.
[2] Adjiddan Noor, Budhisme, hlm. 13.
[3] K.H agus hakim, perbandingan agama,(bandung: cv diponegoro,1985), hal.170.
[4] Kitab suci sutta pitaka
[5] Kitab suci sutta pitaka, udana VIII: 3
[6] DRS. Jirhanuddin. M.ag, perbandingan agama, (palang karaya, pustaka pelajar,2010), hal.95.

Subscribe to receive free email updates: