Teks Khutbah Jumat Modern Tentang Memaknai Dunia & Akhirat | Syaikh Sa’id Hawwa mengatakan, Inna ‘ashrana ha hadza mamlu-un bisy syahawat wasy syubuhaati wal ghoflah (sesungguhnya masa kita ini diliputi oleh kondisi kehidupan hedonis, salah paham terhadap kebenaran, dan melalaikan). Prediksi Sa’id Hawwa tersebut ternyata sesuai dengan realitas yang kita alami saat ini. Setiap saat kita dijejali dengan though (paham), fashion (pakaian), food (makanan), fun (seni), sport (olahraga) yang mana semua itu untuk mengenyampingkan posisi Tuhan dan melalaikan kita akan kehidupan setelah mati yaitu akhirat.
Realita sekarang ini seakan mengajak kita untuk mengejar dunia dan jangan melupakan akhirat. Tentunya prinsip tersebut menyelisihi kaidah seorang hamba mukmin yang mendambakan kehidupan akhirat yaitu kejarlah akhiratmu dan jangan lupakan bagianmu di Dunia. Sebagaimana disebutkan dalam surat al-qashas ayat 76-82.
Dari sekian banyak pemeluk agama Islam yang mengaku berpedoman kepada al-qur’an dan as-sunnah hanya sedikit dari mereka yang memahami ayat tersebut. Mereka tertipu oleh kenikmatan-kenikmatan duniawi. Mereka disibukkan dengan urusan dunia, yang kemudian melalaikan dari kehidupan yang lebih kekal yang mana kenikmatannya tidak bisa dikira oleh indera manusia.
Ma’asyiral muslimin Jamaah Jumat rahimakumullah!
Oleh karena itu, agar kita tidak salah memahami mana kenikmatan yang bersifat sementara dan mana kenikmatan yang bersifat abadi, dan mana yang harus kita prioritaskan, apakah dunia ataukah akhirat? marilah sejenak kita renungkan kembali hakikat hidup dan kehidupan di dunia ini. Allah SWT telah memperkenalkan dunia dalam beberapa tempat dalam al-qur’an diantaranya :
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأَمْوَالِ وَالأَوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah SWT serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu".(QS. Al-Hadid : 20)
Di dalam ayat yang lain Allah SWT juga berfirman:"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah SWT serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu".(QS. Al-Hadid : 20)
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)". (QS. Ali-Imran: 14)
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)". (QS. Ali-Imran: 14)
Pada dua ayat tersebut Allah SWT menjelaskan bahwa dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan. Kemudian Allah SWT juga menjelaskan bahwa bagaimanapun juga kenikmatan dunia itu hanyalah kenikmatan yang sementara, kesenangan yang menipu, kenikmatan yang menggiring seorang hamba untuk melalaikan Robbnya.
Baca Juga>Khutbah Jumat Keniscayaan Budaya Islam
Allah SWT hanya menuntut hamba agar akhirat menjadi perhatian utamanya dan bersikap kepada dunia dengan penuh hati-hati, jangan sampai seluruh perhatiannya tercurah hanya pada dunia dan syahwatnya. Hendaklah ia mengendalikan sikapnya terhadap dunia sesuai dengan misi dan tugasnya. Kemudian Allah SWT menjelaskan tercelanya orang yang menghendaki kehidupan dunia daripada akhirat. Firman Allah SWT yang artinya :
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”.(QS. Huud :15-16)
Dalam ayat yang lain Allah SWT juga berfirman: “Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir”.(QS. Al-Isra’:18)
Setelah kita mengetahui betapa tercelanya dunia, kita juga harus tahu betapa mulia dan lebih kekalnya kehidupan akhirat. Allah SWT berfirman di dalam surat Al Isra' ayat 19 yang artinya:
“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik”.(QS. Al-Isra’:19)
Filsafat barat yang materialistik dan timur yang komunis dan banyak pula falsafah lain dari penduduk dunia ini, didasarkan pada anggapan bahwa dunia adalah sasaran satu-satunya. Sementara itu, siapa yang bertujuan mencari akhirat dari para pengikut agama-agama lain dari kalangan non-muslim adalah tersesat jalan, karena tidak ada surga tanpa Islam. Oleh sebab itu, tujuan mencapai akhirat termasuk hal terpenting yang harus diingatkan, diserukan dan dijadikan sebagai agenda tarbiyah kepada kaum muslimin pada umumnya. Terlebih untuk keluarga kita masing-masing.
Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah!
Setelah kita faham dan menyadari bahwa hidup di Dunia ini tiada kekal, maka sepantasnyalah kita menggunakan dan memanfaatkan waktu kita hidup dengan sebaik mungkin. Agar nantinya kita tidak menjadi manusia yang merugi di Akhirat.
Bagaimana cara kita memanfaatkan waktu yang sebentar ini dengan sebaik-bainya? Allah SWT telah mengajarkan kepada hamba-Nya tentang orang yang tidak akan merugi dalam memanfaatkan waktunya, sebagaimana tercantum dalam surah Al ‘asr :
وَالْعَصْرِ (۱) إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (۳)
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-‘Asr : 1-3)
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-‘Asr : 1-3)
Surat ini menerangkan bahwa manusia yang tidak dapat menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya termasuk golongan yang merugi. Setidaknya ada tiga ciri golongan yang tidak akan merugi; yang pertama adalah orang-orang beriman, kedua; orang yang beramal sholeh, dan yang ketiga; mereka yang saling menasehati satu sama lainnya, baik dalam hal kebaikan (amar ma’ruf) maupun kesabaran. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa ketiga-tiganya ada keterkaitan atau hubungan yang tak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Bila perhatian kita terpusat pada kehidupan akhirat, maka secara otomatis ketiga ciri tersebut terdapat pada diri kita.
Dan akhirnya, mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang mengejar akhirat dan tidak melalaikan dunia. Amiin
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua Memaknai Dunia & Akhirat
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ أَرْشَدَكُمُ اللهُ ... أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَّبَّنَآإِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلإِيمَانِ أَنْ ءَامِنُوا بِرَبِّكُمْ فَئَامَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْعَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.
رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَاوَعَدتَنَا عَلَىرُسُلِكَ وَلاَتُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِيعَادَ.
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ