http://aang-zaeni.blogspot.co.id/ Bulan Muharam adalah bulan yang amat mulia. Diistimewakannya bulan Muharram karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, dan Musa pun berpuasa karenanya.
Adapun hadis yang bersangkutan di antaranya: Artinya: “Dari Ibnu Abbas ra. dia berkata: Nabi Muhammad Saw datang di kota Madinah. Sedangkan orang-orang Yahudi menunaikan puasa pada hari Asyura, maka beliau bertanya “Hari apa ini sehingga kalian mengerjakan puasa?” orang-orang Yahudi menjawab “ini adalah sebuah hari yang sangat mulia. Allah telah menyelamatkan Musa pada hari ini dan sebaliknya menenggelamkan Fir’aun lantas Musa berpuasa (pada hari itu) sebagai ungkapan rasa syukur” Rasulullah Saw bersabda: “Kami semua lebih berhak dibandingkan dengan Musa daripada kalian” akhirnya Rasulullah Saw. berpuasa pada hari Asyura tersebut dan memerintahkan para sahabatnya untuk ikut berpuasa. (HR. Ibnu Majah)
Selain itu Allah mengabadikan bulan Muharram di dalam Alquran: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan. Dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah menganiaya diri dalam bulan yang empat itu, perangilah musyrikin semuanya. Ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa.” (QS. At-Taubah: 36)
Umat Islam percaya jika ada waktu-waktu tertentu (special moment), baik dalam hitungan jam, hari, bulan, maupun tahun yang berbeda dengan waktu-waktu lainnya. Begitu pula, ada beberapa tempat yang juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan tempat-tampat lain di muka bumi ini.
Terkait waktu misalnya, jika seorang muslim melakukan salat sunnat dua rakaat yang mengiringi salat wajib (rawatib) sebelum Subuh, maka nilainya lebih utama dari dunia dan segala isinya, dalam hitungan minggu kita mengenal kemuliaan hari Jumat, juga keagungan Bulan Ramadhan sekali dalam setahun.
Ada pun tempat-tempat yang memiliki keutamaaan, juga kita kenal melalui Sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bersumber dari Abu Hurairah dengan sanad yang shahih, “Salat di masjidku ini [Masjid Nabawi] lebih utama dengan salat di tempat yang lain kecuali Masjidil Haram yang lebih utama seratus ribu kali dari tempat yang lain”. Jelas sudah Karbala tidak termasuk tempat yang dimuliakan, apalagi jika tidak mengannggap sah salat seseorang jika tak sujud di atas atau bersujud tanpa berlapis tanah Karabala.
Kecuali itu, ada beberapa waktu selain tersebut di atas yang mendapat perhatian khusus dari Nabi untuk melakukan ragam ritual, termasuk pada bulan dan hari ini dan lebih utama lagi jika menggenjot ibadah pada sepuluh hari pertama dan hari ke-10 di Bulan Muharram.
Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriah yang terkenal dalam istilah Jawa sebagai Bulan Syuro. Bulan ini termasuk salah satu bulan haram (suci –mulia ). Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Allah membuka awal tahun dengan bulan haram, menutup dengan bulan haram pula. Tidak ada bulan yang lebih agung di sisi Allah setelah Ramadhan dibandingkan dengan Muharram.” Salah satu keistimewaan bulan haram adalah di dalamnya tidak boleh ada perang. (Abu Ubaidillah Yusuf, ‘Ensiklopedi Amalan Sunnah di Bulan Hijriyah’, hal. 7).
Keagungan bulan awal tahun ini, juga dilukiskan oleh Rasulullah lewat sabdanya, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim. “Puasa yang paling afdal setelah Ramadhan adalah puasa pada Syahrullah al-Muharram.” Ibnu Rajab, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Muslim mengatakan, “Nabi memberi nama Muharram dengan Syahrullah [bulan Allah]. Penyandaran bulan ini kepada Allah menunjukkan kemuliaan dan keutamannya. Karena Allah tidak menyandarkan sesuatu pada dirinya kecuali pada ciptaan-Nya yang special.”
Abu Utsman an-Nahdi menyebut dalam kitab “Lathai’iful Ma’arif” tetang amalan di bulan Muharram, “Adalah para salaf menggunakan tiga waktu dari sepuluh hari yang utama untuk memaksimalkan ibadah: sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama pada bulan Zulhijjah, dan Muharram.”
Perlu ditegaskan, bahwa dalam beribadah haruslah ada kejelasan dalil, melakukan ibadah pada malam dan hari-hari tertentu tanpa dalil merupakan perkara yang tidak disyariatkan. Syaikh Bakr bin ‘Abdillah berkata, “Tidak ada dalam syariat ini sedikitpun doa atau zikir khusus untuk awal tahun".
Manusia zaman sekarang banyak yang membuat bid’ah berupa doa, zikir atau tukar-menukar ucapan selamat, demikian pula pada awal tahun baru (baca: renungan awal tahun), menghidupkan malam pertama bulan Muharram dengan salat, zikir, atau doa-doa, puasa akhir tahun, dan sebagainya yang semua itu tidak ada dalilnya sama sekali.”
Dan yang tidak kalah pentingnya dalam beribadah adalah jangan berlebih-lebihan ‘ghuluw’ sebagaimana para penganut Rafidhah (Syiah) dalam memperingati sepuluh Muharram setiap tahunnya, dengan upacara kesedihan dan ratapan atas meninggalnya Husain di Karbala pada 10 Muharram 61 H.
Mereka berdemonstrasi ke jalan-jalan dan lapangan, memakai pakaian serba hitam untuk mengenang gugurnya Husain ra, sembari memukuli pipi mereka sendiri, dada, punggung dan kepala dengan cemeti, pedang, dan benda-benda tajam lainnya, hingga sekujur tubuh mereka berlumuran darah. Sambil menangis dan histeris menyebut, “Ya, Husain… Ya, Husain… Ya, Husain…!” Konyolnya, rangkaiaan ritual di atas dianggapnya sebagai perbuatan mulia yang mendatangkan pahala besar.
Cukuplah ucapan Ibnu Rajab rahimahullah dalam “Latha’iful Ma’arif” menjadi peringatan bagi kita. “Ada pun menjadikan hari ‘Assyura sebagai hari kesedihan/ratapan sebagaimana dilakukan oleh golongan syiah karena terbunuhnya Husain bin Ali, maka hal itu termasuk perbuatan orang sesat usahanya dalam kehidupan dunia, sedangkan dia mengira berbuat baik (baca: Madzhab Syiah). Allah dan Rasul-Nya saja tidak pernah memerintahkan agar hari musibah dan kematian para nabi dijadikan ratapan, lantas bagaimana dengan orang selain mereka?”
Adalah hal yang berlebihan dan sebuah kemungkaran yang nyata jika kita membuat ritual baru yang tidak pernah disyariatkan oleh Rasulullah, sebagaimana mereka yang memuliakan tanah Karbala secara berlebihan dan menjadikan ratapan kematian Husain sebagai ritual mulia dan inspirasi yang tak pernah habis. Jadi ungakapn saudara Ismail Amin (Mahasiswa Mostafa International University Islamic Republic of Iran) bahwa, ‘Kullu yaumin As-Syura, Kullu ardin Karbala’ (semua hari adalah Asyura, semua tempat adalah Karbala) merupakan sebuah ungkapan yang tak berdasar dan mengada-ada.
Baca Selengkapnya: Hadis-Hadis Daif tentang Amalan Bulan Muharram
Amalan puasa Asyura pada bulan Muharram yang disyariatkan Nabi adalah berpuasa pada tanggal sembilan, sepuluh, dan sebelas, atau di hari kesembilan dan sepuluh atau hanya pada hari kesepuluh saja. Termasuk di antaranya adalah memperbanyak zikir, baca Alquran, dan ragam ibadah sunnah lainnya, seperti menolong dan berbagi dengan sesama.
Salah satu dari empat bulan haram itu adalah bulan Muharam. Hal ini terlihat jelas dari kandungan hadits sahih berikut ini: “Di dalam satu tahun ada dua belas bulan. Di antaranya terdapat empat bulan yang mulia. Tiga di antaranya berturut-turut; Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. (Adapun bulan) Rajab berada di antara bulan Jumada dan Sya’ban.” (HR. Bukhari No. 2958 dari Abu Bakar).
Pahala dan dosa yang dilakukan di bulan-bulan yang dimuliakan tersebut lebih besar dan dahsyat dibandingkan bulan-bulan selainnya. Allah SWT berfirman, "Janganlah kalian menzalimi diri-diri kalian (dengan berbuat dosa) di dalamnya (di bulan-bulan tersebut).” (QS. At-Taubah: 36)
Peristiwa Penting yang terjadi di Bulan Muharram
1.Allah menyelamatkan Bani Israil, yaitu Nabi Musa AS beserta kaumnya dari kejaran Firaun dan bala tentaranya. Sebagai rasa syukur kepada Allah SWT, nabi Musa AS berpuasa di hari ini. Jadi, hari Asyura adalah hari dimana laut Merah terbelah sebagai sarana penyelamat Nabi Musa dan pengikutnya dari kejaran tentara Firaun. Ketika mengetahui kejadian ini, maka Rasulullah bersabda, "Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian. Kemudian beliau berpuasa di hari itu dan memerintahkan para shahabat agar berpuasa di hari itu."(HR. Bukhari No. 1865)
2. Puasa di hari Asyura sudah dikenal sejak jaman jahiliyah, bahkan sebelum diutus Rasulullah SAW. Al-Qurthubi berkata, "Kemungkinan kaum Quraisy menyandarkan amalan puasa mereka kepada syari'at orang-orang sebelum mereka, seperti syari'at Nabi Ibrahim."
3. Tanggal 10 Muharam atau pertama Allah di dalam: menciptakan alam (termasuk laut), menurunkan rahmat, dan menurunkan hujan.
4. Allah menciptakan ‘arsy (singgasana Allah), Lauhul Mahfudz, dan Qalam.
5. Hari Asyura adalah hari dimana Allah menciptakan Malaikat Jibril.
6. Nabi Adam bertaubat kepada Allah.
7. Hari Asyura adalah hari dimana Nabi Idris diangkat oleh Allah ke langit.
8. Nabi Nuh diselamatkan Allah dari banjir bandang melalui perahu, setelah bumi ditenggelamkan selama enam bulan.
9. Hari Asyura adalah hari dimana Nabi Ibrahim dilahirkan, diangkat sebagai Khalilullah (kekasih Allah), serta diselamatkan Allah dari panasnya api Raja Namrud.
10. Hari Asyura adalah hari dimana Allah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa.
11. Hari Asyura adalah hari dimana Nabi Yusuf dibebaskan dari penjara.
12. Hari Asyura adalah hari dimana penglihatan Nabi Ya’kub dipulihkan kembali oleh Allah.13. Hari Asyura adalah hari dimana Nabi Ayub disembuhkan Allah dari penyakit yang dideritanya.
14. Hari Asyura adalah hari dimana Nabi Yunus selamat dari perut ikan paus setelah berada di dalamnya selama 40 hari 40 malam.
15. kesalahan Nabi Daud diampuni oleh Allah.
16. Hari Asyura adalah hari dimana Nabi Sulaiman diberi Allah kerajaan yang luas dan besar.
17. Hari Asyura adalah hari dimana Nabi Isa diangkat ke langit.
18. Pada tanggal 1 Muharam, Khalifah Umar Al-Khattab menetapkan hari pertama bagi setiap tahun baru Islam (Kalendar Hijriah).
Pengertian Puasa Asyura
Secara bahasa ‘Asyura dapat diartikan sebagai ‘hari kesepuluh’ pada bulan Muharram, termasuk hari yang mulia dan meyimpan banyak sejarah yang tak dapat dilupakan. Ibnu Abbas pernah berkata, “Nabi tiba di Madinah dan mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa Asyura. Nabi bertanya, “Puasa apa ini?” mereka meenjawab, “Hari ini adalah hari baik, hari dimana Allah telah menyelamatkan Bani Israil dari kejaran musuhnya, maka Musa as berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah. Dan kami pun ikut berpuasa,” Nabi berkata, “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.” Akhirnya Nabi berpuasa dan memerintahkan manusia untuk berpuasa. (Sahih Bukhari: 2004, Muslim: 1130).
Namun pada dasarnya Rasulullah telah berpuasa sebelum hijrah ke Madinah, sebagaimana yang dituturkan Aisyah, “Dahulu orang Quraisy berpuasa Asyura pada zaman jahiliah. Tatkala beliau hijrah ke Madinah, beliau tetap puasa Asyura dan memerintahkan manusia juga berpuasa. Ketika puasa Ramadan telah diwajibkan, beliau bersabda, ‘Bagi yang hendak puasa silahkan, bagi yang tidak berpuasa juga tidak mengapa.” (Sahih Bukhari: 2002, Muslim: 1125).
Tentang pahala puasa, Rasulullah bersabda, “Puasa Asyura, aku memohon kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.” (Shahih Muslim: 1162).
Imam Nawawi mengomentari hadis ini, katanya, “Keutamaanya menghapus semua dosa-dosa kecil. Atau boleh dikatakan menghapus seluruh dosa kecuali dosa besar”. (Imam Nawawi, Majmu’ Syarhul Muadzab, VI/279).
Anjuran Puasa Muharram
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mendorong kita melakukan puasa pada bulan Muharram sebagaimana sabdanya,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah - Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163, dari Abu Hurairah).
Imam Nawawi -rahimahullah- menjelaskan, “Hadits ini merupakan penegasan bahwa sebaik-baik bulan untuk berpuasa adalah pada bulan Muharram.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 55) Lalu mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diketahui banyak berpuasa di bulan Sya’ban bukan malah bulan Muharram? Ada dua jawaban yang dikemukakan oleh Imam Nawawi.
1- Mungkin saja Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baru mengetahui keutamaan banyak berpuasa di bulan Muharram di akhir hayat hidup beliau.
2- Boleh jadi pula beliau memiliki udzur ketika berada di bulan Muharram (seperti bersafar atau sakit) sehingga tidak sempat menunaikan banyak puasa pada bulan Muharram. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 55)
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Puasa yang paling utama di antara bulan-bulan haram (Dzulqo’dah, Dzulhijah, Muharram, Rajab -pen) adalah puasa di bulan Muharram (syahrullah).” (Lathoif Al Ma’arif, hal. 67)
Beberapa Keutamaan Puasa di Bulan Asyura
Dari Ibnu Abbas RA berkata Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa berpuasa di hari Asyura' (10 Muharam), maka Allah SWT memberinya pahala 10.000 malaikat dan barangsiapa yang berpuasa di hari Asyura' (10 Muharam) maka diberi pahala 10.000 orang berhaji dan berumrah, dan 10.000 pahala orang mati syahid. Barangsiapa mengusap kepala anak-anak yatim di hari tersebut, maka Allah SWT menaikkan dengan setiap rambut satu derajat. Barangsiapa yang memberi makan kepada orang yang berbuka puasa pada orang mukmin di hari Asyura', maka seolah-olah dia memberi makan seluruh umat Rasulullah SAW yang berbuka puasa dan mengenyangkan perut mereka."
Selain yang disebutkan hadits di atas, puasa di bulan Asyura memiliki manfaat lain, yaitu: menghapuskan kesalahan setahun yang lalu. Hal ini jelas tertulis di dalam hadits berikut ini: “Puasa ‘Asyura menghapus kesalahan setahun yang telah lalu.” (HR. Muslim)
Rasulullah ditanya tentang puasa di hari Asyura, maka beliau menjawab, "Puasa itu bisa menghapuskan (dosa-dosa kecil) di tahun kemarin." (HR. Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Baihaqi, dan Abdur Razaq) Yang dimaksudkan menghapuskan dosa setahun adalah dosa-dosa kecil, bukan dosa besar. Hal ini didukung oleh beberapa pernyataan ulama besar Imam Nawawiy dan Ibnu Taimiyyah, berikut ini:
Imam Nawawiy berkata, “Puasa hari Asyura menghapuskan seluruh dosa-dosa kecil selain dosa-dosa besar dan sebagai kafarrah (penebus dosa) dosa selama satu tahun.” (Al Majmu’ Syarh al-Muhadzab juz 6)
Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah berkata, “Dihapuskan dosa-dosa dengan thaharah (bersuci), salat, puasa di bulan Ramadan, puasa hari Arafah, dan puasa hari Asyura. Semuanya untuk dosa-dosa kecil.”(Al-Fatawa al Kubra juz 5)
Baca Juga: Meskipun Bulan Haram, Muharram Jangan Dicela
Bagimanakah Tuntunan Nabi dalam Melakukan Puasa Asyura di bulan Muharram?
Di antara sahabat yang gemar melakukan puasa pada bulan-bulan haram (termasuk bulan haram adalah Muharram) yaitu ‘Umar, Aisyah dan Abu Tholhah. Bahkan Ibnu ‘Umar dan Al Hasan Al Bashri gemar melakukan puasa pada setiap bulan haram (Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 71). Bulan haram adalah bulan Dzulqo’dah, Dzulhijah, Muharram dan Rajab.
Banyak Berpuasa, Tidak Mesti Sebulan Penuh
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa kaum muslimin dianjurkan memperbanyak puasa pada bulan Muharram. Jika tidak mampu, berpuasalah sesuai kemampuannya. Namun yang lebih tepat adalah tidak berpuasa Muharram sebulan penuh. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu berkata,
وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِى شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِى شَعْبَانَ
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan. Aku tidak pernah melihat beliau banyak puasa dalam sebulan selain pada bulan Sya’ban.” (HR. Muslim no. 1156). (Lihat penjelasan Syaikh Kholid bin Su’ud Al Bulaihad di sini)
Dari sekian hari di bulan Muharram, yang lebih afhol adalah puasa hari ‘Asyura, yaitu pada 10 Muharram. Abu Qotadah Al Anshoriy berkata,
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ». قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.”(HR. Muslim no. 1162).
Selisihi Yahudi dengan Menambah Puasa Tasu’a (9 Muharram)
Namun dalam rangka menyelisihi Yahudi, kita diperintahkan berpuasa pada hari sebelumnya, yaitu berpuasa pada hari kesembilan (tasu’a). Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى.
“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.” Lantas beliau mengatakan,
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ - إِنْ شَاءَ اللَّهُ - صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
“Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)- kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan,
فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
“Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim no. 1134)
Imam Asy Syafi’i dan ulama Syafi’iyyah, Imam Ahmad, Ishaq dan selainnya mengatakan bahwa dianjurkan (disunnahkan) berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh sekaligus; karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat (berkeinginan) berpuasa juga pada hari kesembilan. (Lihat Syarh Muslim, 8: 12-13)
Ibnu Rajab mengatakan, ”Di antara ulama yang menganjurkan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram sekaligus adalah Imam Asy Syafi’i, Imam Ahmad, dan Ishaq. Adapun Imam Abu Hanifah menganggap makruh jika seseorang hanya berpuasa pada hari kesepuluh saja.” (Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 99)
Apa Hikmah Menambah Puasa pada Hari Kesembilan?
Sebagian ulama mengatakan bahwa sebab Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bepuasa pada hari kesepuluh sekaligus kesembilan agar tidak tasyabbuh (menyerupai) orang Yahudi yang hanya berpuasa pada hari kesepuluh saja. Dalam hadits Ibnu Abbas juga terdapat isyarat mengenai hal ini. Ada juga yang mengatakan bahwa hal ini untuk kehati-hatian, siapa tahu salah dalam penentuan hari ’Asyura’ (tanggal 10 Muharram). Pendapat yang menyatakan bahwa Nabi menambah hari kesembilan agar tidak menyerupai puasa Yahudi adalah pendapat yang lebih kuat. Wallahu a’lam. (Lihat Syarh Muslim, 8: 12-13)
Sebagaimana penjelasan dari Syaikh Ibrahim Ar Ruhaili, kita lebih baik berpuasa dua hari sekaligus yaitu pada tanggal 9 dan 10 Muharram karena dalam melakukan puasa ‘Asyura ada dua tingkatan yaitu:
1- Tingkatan yang lebih sempurna adalah berpuasa pada 9 dan 10 Muharram sekaligus.
2- Tingkatan di bawahnya adalah berpuasa pada 10 Muharram saja. (Lihat Tajridul Ittiba’, hal. 128)
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz, mufti Kerajaan Saudi Arabia di masa silam berkata, “Yang lebih afdhol adalah berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh dari bulan Muharram karena mengingat hadits (Ibnu ‘Abbas), “Apabila aku masih diberi kehidupan tahun depan, aku akan berpuasa pada hari kesembilan.” Jika ada yang berpuasa pada hari kesepuluh dan kesebelas atau berpuasa tiga hari sekaligus (9, 10 dan 11) maka itu semua baik. Semua ini dengan maksud untuk menyelisihi Yahudi.” (Lihat Fatwa Syaikh Ibnu Baz di sini).
Beberapa Doa yang cocok dipanjatkan saat Bulan Muharram
a Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Tuhan yang mempunyai kerajaan. Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rejeki kepada siapa pun yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.
Ya Allah, Tuhanku, patut bagi-Mu gambaran yang bagus dan penghormatan yang tertinggi. Apabila hasrat diarahkan kepada-Mu, Engkau adalah yang terbaik untuk dihasrati. Apabila harapan diletakkan kepada-Mu, Engkau adalah yang termulia untuk diharapi.
Ya Allah, Tuhanku, Engkau telah menganugerahi hamba kekuatan sehingga hamba tidak memuja siapa pun selain Engkau, dan hamba tidak memuji siapa pun selain Engkau. Hamba tidak mengarahkan pujian hamba kepada yang lain, yang merupakan sumber-sumber kekecewaan dan pusat-pusat keraguan. Engkau telah menjauhkan lidah hamba dari memuji manusia dan memuji makhluk-makhluk yang diciptakan dan dipelihara.
Ya Tuhanku, setiap pemuji mempunyai hak akan ganjaran dan imbalan pada siapa yang dipujinya. Sesungguhnya hamba telah berpaling kepada-Mu dengan mata hamba pada perbendaharaan rahmat-Mu dan khazanah keampunan.
Ya Tuhanku, di sini berdiri orang yang telah mengesakan Engkau dengan keesaan yang menjadi hak-Mu, dan yang tidak memandang siapa pun yang patut akan pujian dan pujaan ini selain Engkau. Keinginan hamba kepada-Mu adalah sedemikian sehingga tiada selain kemurahan-Mu yang dapat memenuhi kekurangannya, dan tidak ada yang memberikan kebutuhannya kecuali kekusaan dan kemurahan-Mu. Maka karuniakanlah kami di tempat ini kehendak-Mu dan bebaskan kami dari menadahkan tangan pada siapa pun selain Engkau. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.
Demi Allah, Tuhan yang roh seisi langit dan bumi ada dalam genggaman tanganMu. Malam ini, kami dan saudara-saudara kami Keluarga Besar Setia Hati Terate bermunajat kepadamu. Karena kami yakin, hanya kepadaMu kami menyembah dan kepadaMu juga kami memohon pertolongan.
Wahai Penguasa Alam, dan Penguasa Langit serta Kerajaan Yang Agung. Di hadapan-Mu kami tak lagi punya apa-apa. Yang kami punya malam ini, hanya doa untuk memohon kepada-Mu. Karena itu, kami dan saudara kami Keluarga Besar SH Terate memohon padaMu. Ampunilah dosa-dosa kami. Dosa-dosa ibu-bapak kami. Dosa-dosa guru kami, leluhur kami dan khususnya dosa-dosa pendiri SH Terate serta dosa-dosa saudara-saudara kami yang telah ikut berdharma mengajarkan budi luhur lewat organisasi SH Terate yang Engkau ridloi.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat, sehingga kami tak sanggup memikulnya. Bari kami maaf, ampuni dosa kami, dan rakhmatilah kami.
Ya Allah, Tuhan Yang Mampu mengekalkan rasa persaudaraan dalam jiwa.Kami yakin, persaudaraan yang kami bina dalam SH Terate ini tidak akan langgeng tanpa ridlomu. Karena itu, kami mohon kepadamu, kekalkanlah rasa persaudaraan di antara kami. Sehingga, kami tetap guyup dalam kerukunan dan rukun dalam keguyuban atas lindungan dan petunjukMu.
Ya Allah, Tuhan Yang Roh kami dan saudara-saudara kami ada di dalam genggaman tangan-Mu. Jangan jadikan kami kaum yang bercerai berai.
Hindarkan kami dan saudara-saudara kami dari fitnah, sombong, iri, dengki, dakwen dan salah open.
Ya Allah, Dzat Pemilik Cahaya Kasih. Berikanlah kemampuan kepada kami untuk membedakan antara yang haq dan yang batil. Beri kami kekuatan untuk mengatakan yang benar adalah semata-mata kebenaran dariMu dan yang salah semata-mata kesalahan dan kekhilafan kami.
Berkahilah jalinan persaudaraan kami ini dengan ilmu yang membawa barokah, dharma yang membuahkan rakhmat dan petunjuk yang menuntun kami dan saudara-daudara kami ke jalan yang Engkau Ridloi.
Ya Allah, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka. Kami yakin, segala kekuatan dan kesaktian yang ada di muka bumi ini semata-mata hanya kekuatan dan kesaktian dariMu. Ya, Allah, kabulkanlah doa kami dan saudara-saudara kami ini.Segala puji bagiMU, Ya Allah, Tuhan Alam Semesta. Amin.