Sepertiga dari isi Al-Qur’an berupa kisah atau cerita. Kisah yang sarat makna, menggugah jiwa, menghidupkan rohani, menambah iman, menumbuhkan optimisme, dan mendorong untuk beramal. Insya Allah kajian ini secara berkesinambungan akan memuat qashashul Quran atau kisah-kisah dalam Al-Quran, mulai dari kisah Nabi Adam alaihis salam sampai kisah para sahabat yang diabadikan dalam Al-Quran. Untuk kesempatan kali pertama ini kami persembahkan kisah Nabiyullah Adam alaihis salam. Selamat menyimak.
Kisah Nabi Adam Sebagai Manusia Pertama
Penciptaan Makhluk
Allah swt menciptakan bumi dalam dua hari. Allah swt menjadikan gunung-gunung berdiri kokoh di atasnya sekaligus memberkahinya. Dan dalam hitungan empat hari Allah swt telah menentukan bagian rezki masing-masing. Kemudian Allah swt bersemayam di atas langit yang terdiri dari dukhan atau asap. Kemudian Allah swt berfirman kepada langit dan bumi; “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka cita atau terpaksa. Keduanya menjawab, “Kami datang dengan suka cita.” Fushshilat: 9-12. Kemudian Allah swt bersemayam di atas ’Arasy. Allah swt menundukkan matahari dan bulan yang masing-masing beredar sesuai porosnya. Ar Ra’d: 2. Kemudian Allah swt menciptakan malaikat-malaikat-Nya yang senantiasa bertasbih mengagungkan Dzat-Nya, mensucikan Nama-Nya, dan mengikhlaskan peribadatan hanya kepada-Nya. Kemudian kehendak Allah swt terjadi. Hikmah Allah swt berlaku. Yaitu Allah swt berkehendak menciptakan Adam alaihis salam dan keturunannya, agar mereka menempati bumi dan memakmurkannya. Untuk itu Allah swt memberitahu para malaikat, bahwa Allah swt akan menciptakan makhluk lain yang akan hidup di muka bumi, mengembangkan keturunannya, memakan tanaman-tanamannya, mengeksploitasi kandungan perutnya, dan sebagian mereka dijadikan pemimpin bagi sebagian yang lain.
Malaikat adalah makhluk yang diciptakan hanya untuk mengabdi kepada Allah swt. Allah swt telah menyempurnakan nikmat-nikmat-Nya kepada mereka. Allah swt memberi taufik kepada mereka agar senantiasa dalam keridhaan-Nya. Atas dasar itu lah para malaikat khawatir seandainya Allah swt menciptakan makhluk lain. Mereka ragu kalau makhluk itu mengingkari Tuhannya. Atau salah satu di antara mereka menyimpang dari ajaran-Nya. Malaikat berkomentar, “Bagaimana mungkin Engkau menciptakan selain kami? Kami senantiasa bertasbih mengagungkan-Mu, mensucikan nama-Mu. Padahal mereka yang akan Engkau jadikan khalifah di muka bumi, pasti akan berselisih tentang apa yang membawa manfaat bagi mereka, berselisih tentang kebenaran. Oleh karena itu mereka akan membuat kerusakan, saling menumpahkan darah, dan saling membunuh nyawa yang tak berdosa.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Al-Baqarah: 30.
Mereka berkata demikian hanya untuk menghilangkan keraguan, sekaligus meyakinkan bahwa mereka mengharap kepada Allah swt agar merekalah yang dijadikan pemimpin di muka bumi. Karena mereka terbukti terlebih dulu menjaga nikmat-nikmat-Nya, lebih mengetahui hak-hak-Nya. Pertanyaan mereka itu tidak dalam rangka ingkar terhadap perbuatan Allah swt, bukan karena ragu akan hikmah-Nya, juga bukan karena menyepelekan khalifah-Nya. Karena para malaikat adalah wali-wali Allah yang dekat. Mereka hamba-hamba Allah yang mulia. Mereka tidak pernah membantah sedikit pun dan senantiasa melaksanakan apa yang diperintahkan kepada mereka.
Allah swt menjawab keraguan mereka sekaligus meyakinkan hati mereka. Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Al-Baqarah: 30. Aku akan jelaskan kepada kalian hikmah ke-khalifahan Adam Alaihis Salam apa yang kalian belum ketahui sebelumnya. Maka Aku akan menciptakan apa yang Aku kehendaki. Aku menjadikan pemimpin siapa yang Aku kehendaki. Dan kalian akan tahu rahasia itu semua. Dan kami Telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” Al-Hijr: 27-28.
Malaikat Bersujud Kepada Adam
Kemudian Allah swt memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Adam alaihis salam. Serta merta mereka melaksanakan perintah Tuhan mereka dengan penuh ketundukan. Mereka menghadap Adam alaihis salam sambil mengagungkan. Mereka bersujud penuh penghormatan, kecuali Iblis.
Malaikat sebelumnya menyangka bahwa mereka lebih luas ilmunya, lebih paham dan lebih mengetahui segala sesuatu dibandingkan Adam alaihis salam. Oleh sebab itu, Allah swt menganugerahi ilmu-Nya kepada Adam alaihis salam. Mencurahkan nur-Nya kepadanya. Allah swt mengajarkan kepadanya semua nama-nama yang wujud. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya. Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” Al-Baqarah: 31.
Perintah itu adalah dalam rangka untuk menampakkan kelemahan para malaikat. Untuk membuktikan sedikitnya ilmu mereka. Agar mereka mengakui rahasia Allah swt, yaitu bahwa Adam alaihis salam lebih mulia, dan ke-khalifahannya di muka bumi benar tak terbantahkan.
Para Malaikat mengakui kesalahan dan kekurangannya, ”Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Al-Baqarah: 32
Ketika Adam alaihis salam telah memperoleh pancaran nur Tuhannya. Ketika itu Allah swt memerintahkan kepadanya untuk menjelaskan kepada Malaikat akan kelemahan dan kekurangan mereka dalam hal pengetahuan. Itu menjadi bukti bahwa dirinya lebih baik dan lebih pantas menjadi khalifah di muka bumi dibandingkan mereka. Allah swt berfirman, “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman, “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” Al-Baqarah: 33
Kisah Nabi Adam Sebagai Manusia Pertama
- Ad Dhahhak berpendaat bagwa kata Adam berasal dari kata (al-udmah) yang berarti (coklat), dan nabi Adam alaihi salam berkulit coklat
- An-Nadhr berpendapat bahwa (al-udmah) yang berarti (putih), yang berarti nabi Adam alaihi salam berkulit putih
- Pendapat lain mengatakan bahwa (al-udmah) berarti materi(zat). Udmatul Ardhi artinya zat yang berasal dari bumi yaitu tanah, dan Adam alaihhi salam memang dicipkatakan dari tanah, sedangkan bentuk jamaknya adalah (adamuun). Pendapat terakhir ini adalah pendapat yang lebih kuat, Zaid bin Jubair berkata: “Dinamakan Adam karena ia diciptakan dari materi tanah”
Penciptaan Makhluk
Allah swt menciptakan bumi dalam dua hari. Allah swt menjadikan gunung-gunung berdiri kokoh di atasnya sekaligus memberkahinya. Dan dalam hitungan empat hari Allah swt telah menentukan bagian rezki masing-masing. Kemudian Allah swt bersemayam di atas langit yang terdiri dari dukhan atau asap. Kemudian Allah swt berfirman kepada langit dan bumi; “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka cita atau terpaksa. Keduanya menjawab, “Kami datang dengan suka cita.” Fushshilat: 9-12. Kemudian Allah swt bersemayam di atas ’Arasy. Allah swt menundukkan matahari dan bulan yang masing-masing beredar sesuai porosnya. Ar Ra’d: 2. Kemudian Allah swt menciptakan malaikat-malaikat-Nya yang senantiasa bertasbih mengagungkan Dzat-Nya, mensucikan Nama-Nya, dan mengikhlaskan peribadatan hanya kepada-Nya. Kemudian kehendak Allah swt terjadi. Hikmah Allah swt berlaku. Yaitu Allah swt berkehendak menciptakan Adam alaihis salam dan keturunannya, agar mereka menempati bumi dan memakmurkannya. Untuk itu Allah swt memberitahu para malaikat, bahwa Allah swt akan menciptakan makhluk lain yang akan hidup di muka bumi, mengembangkan keturunannya, memakan tanaman-tanamannya, mengeksploitasi kandungan perutnya, dan sebagian mereka dijadikan pemimpin bagi sebagian yang lain.
Malaikat adalah makhluk yang diciptakan hanya untuk mengabdi kepada Allah swt. Allah swt telah menyempurnakan nikmat-nikmat-Nya kepada mereka. Allah swt memberi taufik kepada mereka agar senantiasa dalam keridhaan-Nya. Atas dasar itu lah para malaikat khawatir seandainya Allah swt menciptakan makhluk lain. Mereka ragu kalau makhluk itu mengingkari Tuhannya. Atau salah satu di antara mereka menyimpang dari ajaran-Nya. Malaikat berkomentar, “Bagaimana mungkin Engkau menciptakan selain kami? Kami senantiasa bertasbih mengagungkan-Mu, mensucikan nama-Mu. Padahal mereka yang akan Engkau jadikan khalifah di muka bumi, pasti akan berselisih tentang apa yang membawa manfaat bagi mereka, berselisih tentang kebenaran. Oleh karena itu mereka akan membuat kerusakan, saling menumpahkan darah, dan saling membunuh nyawa yang tak berdosa.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Al-Baqarah: 30.
Mereka berkata demikian hanya untuk menghilangkan keraguan, sekaligus meyakinkan bahwa mereka mengharap kepada Allah swt agar merekalah yang dijadikan pemimpin di muka bumi. Karena mereka terbukti terlebih dulu menjaga nikmat-nikmat-Nya, lebih mengetahui hak-hak-Nya. Pertanyaan mereka itu tidak dalam rangka ingkar terhadap perbuatan Allah swt, bukan karena ragu akan hikmah-Nya, juga bukan karena menyepelekan khalifah-Nya. Karena para malaikat adalah wali-wali Allah yang dekat. Mereka hamba-hamba Allah yang mulia. Mereka tidak pernah membantah sedikit pun dan senantiasa melaksanakan apa yang diperintahkan kepada mereka.
Allah swt menjawab keraguan mereka sekaligus meyakinkan hati mereka. Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Al-Baqarah: 30. Aku akan jelaskan kepada kalian hikmah ke-khalifahan Adam Alaihis Salam apa yang kalian belum ketahui sebelumnya. Maka Aku akan menciptakan apa yang Aku kehendaki. Aku menjadikan pemimpin siapa yang Aku kehendaki. Dan kalian akan tahu rahasia itu semua. Dan kami Telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” Al-Hijr: 27-28.
Malaikat Bersujud Kepada Adam
Kemudian Allah swt memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Adam alaihis salam. Serta merta mereka melaksanakan perintah Tuhan mereka dengan penuh ketundukan. Mereka menghadap Adam alaihis salam sambil mengagungkan. Mereka bersujud penuh penghormatan, kecuali Iblis.
Malaikat sebelumnya menyangka bahwa mereka lebih luas ilmunya, lebih paham dan lebih mengetahui segala sesuatu dibandingkan Adam alaihis salam. Oleh sebab itu, Allah swt menganugerahi ilmu-Nya kepada Adam alaihis salam. Mencurahkan nur-Nya kepadanya. Allah swt mengajarkan kepadanya semua nama-nama yang wujud. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya. Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” Al-Baqarah: 31.
Perintah itu adalah dalam rangka untuk menampakkan kelemahan para malaikat. Untuk membuktikan sedikitnya ilmu mereka. Agar mereka mengakui rahasia Allah swt, yaitu bahwa Adam alaihis salam lebih mulia, dan ke-khalifahannya di muka bumi benar tak terbantahkan.
Para Malaikat mengakui kesalahan dan kekurangannya, ”Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Al-Baqarah: 32
Ketika Adam alaihis salam telah memperoleh pancaran nur Tuhannya. Ketika itu Allah swt memerintahkan kepadanya untuk menjelaskan kepada Malaikat akan kelemahan dan kekurangan mereka dalam hal pengetahuan. Itu menjadi bukti bahwa dirinya lebih baik dan lebih pantas menjadi khalifah di muka bumi dibandingkan mereka. Allah swt berfirman, “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman, “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” Al-Baqarah: 33