Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia
Sejak matahari terbenam kemarin sore kita umat Islam sedunia menyuaran kalimat yang satu mengumandangkan kalimat takbir الله اكبر, kalimat tahmid والحمد الله dan kalimat tahlilلااله الاالله mengagungkan Allah bertanda kita memasuki 10 Dzulhijjah, hari raya Idul Adha.
Hari taya Idul Adha akrab kita sebut dengan hari Raya Haji, karena nun jauh di sana jutaan umat Islam memakai pakaian yang sama dan menyuaran kalimat yang satu untuk melaksanakan prosesi haji yakni wukuf di Arafah.
Hari raya Idul Adha juga bisa kita sebut hari raya Qurban, karena mengingatkan kita pada peristiwa qurban yang terbesar dalam sejarah kehidupan manusia yakni Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.
Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar
Kaum Muslimin Muslimat yang Berbahagia
Setiap hari Raya Idul Adha Rasulullah Saw. membeli dua ekor domba yang gemuk dan berbulu putih bersih. Dia mengimani sholat dn berkhotbah. Sesudah itu dia mengambil seekor dari domba itu dan meletakkan telapak kakinya disisi tubuh domba seraya berkata: Ya Allah, terimalah ini dari Muhammad dan Ummat Muhammad, lalu dia menyembeli hewan itu dengan tangannya sendiri. Sesudah itu membaringkan domba yang lain dan berdoa: Ya Allah, terimalah ini dari umatku yang tidak mampu berqurban. Sebagian dagingnya dimakan oleh Rasulullah Saw dan keluarganya, sisanya dibagikan kepada orang-orang miskin.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah, Abu Dud dan At-Turmudzi. Para ulama menetapkan ibadah Qurban sebagai sunnah muakkad (sunnah yang sangat penting). Sejak saat itu setiap tahun di seluruh dunia Islam, binatang-binatang ternak disembelih.
Berbeda dengan upacara, persembahan pada agama-agama di luar Islam. Dalam Isam daging qurban tidak sedikitpun dipersembahkan pada Tuhan. Allah tidak makan daging dan tidak mengharapkan sesuatu yang bersifat kebendaan dari hambanya. Daging qurban sebagian dinikmati oleh yang berqurban dan sebagian lainnya oleh fakir miskin. Tidak sekerat daging pun diberikan pada Tuhan. Allah berfirman :
Tidak sampai kepada Allah daging dan darahnya tapi apa yang sampai kepada Allah, hanyalah taqwamu. (Q.S. Al-Hajj: 37).
Qurban yang secara harfiah berarti mendekatkan diri kepada Allah melalui pendekatan kita kepada sesama manusia, khususnya mereka yang sengsara lewat daging qurban. Ketika Nabi yang mulia mengatasnamakan qurbannya untuk dirinya, keluarganya dan seluruh ummatnya yang tidak mampu. Ia menegaskan ibadah qurban sebagai ibadah sosial.
Teks Khutbah Idul Adha Terbaru 2016
Ibadah qurban bukan sekedar ritus persembahan untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa seseorang, dan bukan hanya cara memperoleh kepuasan bathin karena sudah naik ke langit. Bukan juga kesempatan buat orang untuk menunjukkan kesalehan dengan harta yang dimilikinya. Tapi dengan ibadah qurban, seorang mu’min memperkuat kepekaan sosialnya, naik ke langit denga memakmurkan bumi. Inti qurban terletak pada pribadi sebagai makhuk sosial.
Ketika para ahli fiqih menetapkan seekor domba hanya oleh seorang saja, dan seekor sapi untuk tujuh orang, tapi Nabi Saw berqurban untuk dirinya, keluarganya dan seluruh ummatnya. Ketika orang-orang menyalahkan anak-anak sekolah berpatungan membeli seekor kambing dan berkata: Ini bukan qurban. Seekor kambing tidak bisa menjadi qurban 40 orang siswa, sedekah saja. Tapi Rasulullah yang mulia berkata bahwa seekor Domba yang disembelinya dieruntukkan bagi seluruh ummatnya yang tidak mampu berqurban. Islam kita adalah Islam individual yang hanya mementingkan diri sendiri Tapi Islam Rasulullah, Islam sosial yaitu untuk seluruh ummatnya.
Ibadah Qurban mencerminkan pesan Islam bahwa kita hanya dapat dekat dengan Allah Bila kita mendekati saudara-saudara kita yang kekurangan. Islam tidak memerintahkan kita untuk membunuh hewan dilatar pemujaan atau di dalam hutan atau ditepi lautan dan sungai, lalu kita serahkan seluruhnya pada Tuhan. Tapi Al-Qur’an berseru:
Lalu makanlah sebagian dari dagingnya dan berilah makan (dengan bagian yang lainnya), kepada orang fakir lagi sengsara (Q.S. Al-Hajj: 28).
Bila memiliki kenikmatan, kita disuruh berbagai kenikmatan itu dengan orang lain. Bila puasa mengajak kita merasakan lapar seperti orang-orang miskin, maka ibadah Qurban mengajak mereka untuk merasakan kenyang seperti kita.
Banyak diantara kita yang mendekatkan diri kepada Allah dengan mengisi mesjid-mesjid atau rumah ibadah yang sunyi. Itu adalah suatu disariatkan oleh Allah Tapi Islampun mengajarkan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mengisi perut-perut yang kosong.
Ketika Musa AS bertanya: “YA Allah, dimana saya harus mencarimu”, Allah menjawab carilah aku di tengah-tengah hatinya orang yang hancur”. Ketika Rasulullah berdoa dikebun Utban Bin Rabi’ah, beliua memanggil Allah dengan sebutan:
(Ya Tuhan, yang melindungi orang-orang yang tertindas)
Orang-orang yang tertindas kata Nabi diantaranya “orang miskin dan fakir yang menuntut keadilan, tapi karena kefakirannya, keadilan tidak pernah didapatkan, orang-orang yang merintih kesakitan karena tidak sanggup untuk berobat ke dokter, mereka yang tidur dalam keadaan lapar, tapi tetangganya memiliki semua kebutuhan bahkan melebihi. Sekali lagi, wahai, Musa kata Allah carilah aku di tengah-tengah orang yang hatinya hancur.
Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar
Kaum Muslimin Muslimat yang Berbahagia
Dalam hadits Qudsi diriwayatkan bahwa nanti pada hari kiamat, Allah menda’wakan hamba-hambanya. “Hai hamba-hambaku, dahulu aku lapar dan kalian tidak memberiku makanan, dahulu aku telanjang dan kalian tidak memberiku busana, dahulu aku sakit dan kalian tidak memberiku obat. Waktu itu yang didakwah berkata: Ya Allah, bagaimana mungkin kami memberimu makanan, pakaian, obat-obatan, padahal Engkau Rabul Alamin, penguasa langit dan bumi dan memiliki segalanya".
Lalu Allah berfirman, “Dulu waktumu di dunia ada hambaku yang lapar, telanjang dan sakit. Sekiranya kamu mendatangi mereka, mengeyangkan perut mereka yang lapar, memberi pakaian mereka yang telanjang, mengobati mereka yang sakit, pasti kamu akan mendapatkan aku disitu.
Menarik sekali ketika al-Qur’an bercerita tentang upacara qurban yang pertama dalam sejarah kemanusiaan. Allah menceritakan dalam surat Al-Maidah 27 – 30 :
"Dan ceritakanlah kepada mereka dengan benar tentang riwayat dua putra Adam, tatkala mereka mempersembahkan qurban, tetapi yang diterima hanyalah dari yang satu di antara mereka dan dari yang lain tidak diterima. Ia berkata sesungguhnya aku akan membunuh engkau. Kemudian yang lain berkata: Allah hanya akan menerima dari orang yang bertaqwa. Jika engkau merentangkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, maka aku tidak akan merentangkan tanganku untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah seru sekalian alam.
Sesungguhnya Aku lebih suka bahwa engkau akan memikul dosa karena membunuhku dan dosamu sendiri lalu engkau akan menjadi golongan penghuni api neraka. Itulah pembalasan orang yang dhalim. Akhirnya jiwanya dibuat mudah baginya untuk membunuh saudaranya. Maka dia membunuh saudaranya, Dia termasuk orang yang rugi".
Para ahli tafsir mengatakan bahwa dua orang beriman dalam kisah ini adalah Habil dan Qabil. Keduanya disuruh berkurban oleh ayah mereka Nabi Adam. Habil mempersembahkan hewan yang paling baik dengan hati yang tulus, sedangkan Qabil berkurban hanya untuk saudaranya yang kepadanya ia iri hati. Allah menerima qurban yang ikhlas. Qabil bertambah iri dan memutuskan untuk membunuh Habil.
Imam Thababai dalam tafsir Al-Mijan berkata: “Inilah contoh bagaimana kedengkian dapat membawa orang untuk membunuh saudaranya, kemudian membawanya pada penyelesalan dan kerugian yang tidak ada jalan untuk menyelematkannya."
Lalu mengapa Al-Qur’an melukiskan Habil sebagai orang yang lemah? Mengapa ia tidak mau membela diri ketika ia mau dibunuh oleh saudaranya? Mengapa qurban yang dilakukan Habil menyebabkan ia sendiri yang menjadi qurban? Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa Habil tidak membela diri karena ia dengan sengaja memilih kematian di tangan saudaranya. Ia ingin memberikan pelajaran bagi umat manusia bahwa pelaku kedaliman tidak akan pernah beruntung, bahwa pembunuhan itu akan memulai suatu pertentangan abadi antara pelaku qurban yang ikhlas dengan orang-orang dhalim yang dengki.
Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar
Walillahilhamd
Ahli tafsir lain mengatakan bahwa kelemahan Habil merupakan lambang dari kelemahan orang-orang yang tertindas. Mereka tidak memiliki kekuatan orang-orang dzalim. Sepanjang sejarah orang-orang lemah sering berkorban memberikan harta mereka yang berharga untuk menolong sesama umat manusia. Tapi mereka seringkali jadi korban. Mereka diminta berkorban untuk memberi makanan kepada orang kenyang, baik dengan cara merelakan tanahnya digusur untuk pembangunan tanpa ada ganti rugi yang memadai maupun menyerahkan nyawa sekalipun demi kesenangan mereka.
Al-Qur’an memberi pelajaran bahwa sepanjang sejarah, orang dzalim tidak pernah berqurban dengan ikhlas. Pelaku-pelaku qurban yang tulus adalah mereka yang tertindas. Sering kali hanya si korban yang berkurban.
Ibadah qurban yang kedua, sekaligus yang tersebar dalam sejarah kemanusiaan adalah pengorbanan nabi Ibrahim terhadap putranya.
Al-Qur’an surah As-Shoffat ayat 100 – 104 mengkisahkan: “Ibrahim berkata, hai anakku, sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi, bahwa Aku menyembelihmu. Maka pikirkanah bagaimana pendapatmu. Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatkanku termasuk orang-orang yang sabar.
Allah hanya memerintahkan kepada kita untuk memotong hewan qurban. Hanya binatang qurban bukan anak yang kita cintai. Sebagai bukti kecintaan kita pada perintah Allah. Rasulullah pernah ditanya oleh para shabat apa maksudnya kita memotong hewan qurban? Beliau menjawab: Itu adalah sunnah dari bapak kalian nabi Ibrahim, lalu kembali sahabat bertanya, apa yang kami peroleh dari berqurban ini Rasulullah menjawab بكل شعره حسنه bahwa setiap lembar bulunya anda mendapatkan pahala kebaikan.
Semoga banyaknya bulu yang ada dalam binatang qurban kita, sebanyak itu pahala yang kita peroleh disisi Allah. Amin ya Rabbal Alamin.
Khutbah Kedua
Ya Allah ampunilah dosa kami dan dosa orang tua kami
Sayangilah keduanya seperti mereka memelihara kamiKetika kami masih kecil
Balaslah kebaikan mereka dengan kebaikan
dan kesalahan mereka dengan ampunan
Ya Allah ampunilah kami mukminin dan mukminat
Yang masih hidup maupun yang sudah wafat
Dan susulkan kami kepada mereka dalam kebaikan
Ya Allah ampunilah kami
Yang hidup dan yang sudah wafat
Yang hadir dan yang tidak hadir
Laki-laki dan perempuan
Yang besar dan yang kecil
Raabbana, siapa gerangan
Yang nasibnya lebih jelek dari kami
Jika dalam keadaan seperti ini
Kami dipindahkan ke kuburan
Kami belum menyiapkan pembaringan kami
Kami belum menghamparan
Amal saleh untuk tikar kami
Bagaimana kami tidak menangis
Sedangkan kami tidak tahu akhir perjalanan kami
Nafsu selalu menipu kami dan
Hari-hari melengahkan kami
Padahal maut telah mengepak-ngepakkan
Sayapnya di atas kepala kami
Bagaimana kami tidak menangis
Bila mengenang saat menghebuskan nafas yang terakhir
Kami menangis karena kegelapan kubur,
Kesempitan lahad dan pertanyaan Munkar dan Nakir
Kami menangis karena kami akan keluar dari kubur
Dalam keadaan telanjang, hina dan memikul beban diosa dipunggung kami
Wajah-wajah kami hari itu berdebu
Tertutup kelabu, dan ketakutan
Rabbana, inilah kami yang tidak malu kepada-Mu dalam kesendirian
Dan tidak menyadari kehadiran-Mu di tempat keramaian
Inilah kami yang berani melawan junjungannya
Kamilah orang yang durhaka kepada Penguasa Langit
Yang ketagihan maksiat yang besar
Kamilah orang-orang bila dirayu dosa
Segera keluar menyongsingnya
Engkau membiarkan kami,
Tapi kami tidak menginsafinya
Engkau tutupi aib kami tapi kami tidak tahu diri
Kamu tetap saja melakukan maksiat dan melebihi batas.
Rabbana, maafkanlah kami
Sehingga tidak lagi durhaka kepada-Mu
Ilhamkan kepada kami kebaikan
Dan mengamalkan kebaikan
Serta selalu takut kepada-Mu siang dan malam
Berilah kepada kami mata yang sudah menangis
Karena takut kepada-Mu
Berilah kepada kami hati yang mudah hancur
Melihat penderitaan hamba-hamba-Mu.
Berilah kami tangan yang mudah
Memberikan bantuan kepada makhuk-Mu
Berilah kami darah yang tercurah
Dalam perjuangan menegakkan agama-Mu.