Urgensitas Minta Perlindungan Kepada Allah SWT


"Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan setan yang terkutuk".

Di antara sederetan subjek yang tertera dalam al-Quran dan merupakan pemberitahuan dari Ahlul Bait—salam atas mereka—yang banyak mendapatkan perhatian khusus adalah persoalan seputar isti'âdzah, yakni memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan. Tentu saja, orang yang membacanya harus benar-benar berlindung kepada Allah, sehingga permohonan ini menjadi sungguh-sungguh. Artinya, hendaklah dia membacanya dengan tulus dan tak sekadar pemanis di bibir saja. Untuk membuktikan pentingnya hal ini, al-Quran berkata: Apabila kamu membaca al-Quran, maka beristi'âdzahlah kepada Allah dari kejahatan setan yang terkutuk.
Dalam shalat pun kita telah diperintahkan untuk beristi'âdzah setelah takbiratul ihram (namun ini harus dibaca dengan suara perlahan dalam shalat; berkenaan dengan rahasia di balik memelankan suara dalam membacanya, sebagian mufassir mengatakan bahwa ini sebagaimana orang yang lari dari musuh bebuyutannya; bagaimana dia menyembunyikan diri sembari berlari; ini mengisyaratkan bahwa Anda sedang lari dari musuh bebuyutan Anda; dia berada di tempat persembunyiannya dan sedang mengawasi Anda). 
https://aang-zaeni.blogspot.com/2017/11/doa-mohon-perlindungan-allah-dari.html

Dalam semua ibadah, yang pertama-tama mesti dilakukan adalah meminta perlindungan kepada Allah. Ketika Anda ingin mengambil air wudu, pertama-tama beristi'âdzahlah kepada Allah, setelah itu barulah berwudu (Anda tentu telah sering menyaksikan bahwa wudu merupakan arena permainan setan, atau tempat ia melemparkan rasa waswas kepada manusia). Bahkan katakanlah, "Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan setan yang terkutuk," dalam perkara-perkara mubah, seperti makan, mengenakan pakaian, ke kamar kecil, dan di segala tempat. Ketika Anda keluar rumah, bacalah, "Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan setan yang terkutuk." Dalam hal mustahab (sunah) pun Anda juga harus berlindung kepada Allah. Bahkan ketika masuk ke dalam masjid sekalipun. Salah seorang ahli iman dan takwa mengisahkan: Saya melihat dalam pandangan mukasyafah (penyingkapan ghaib) saya, setan sedang berdiri di pintu masjid. Saya berkata, "Hai makhluk terkutuk! Sedang apa kau di sini?" Dia berkata, "Semua kawan-kawanku telah lari dan aku menanti kedatangan mereka."

Saya mengerti itu lantaran manusia-manusia tercerahkan yang telah benar-benar beristi'âdzah kepada Allah secara tulus hati, sedangkan setan itu tak mampu pergi ke masjid bersama mereka. Tentunya mereka adalah orang-orang yang baru datang, yang setidaknya telah memohon perlindungan sebenar-benarnya kepada Allah di pintu masjid.
Katakanlah a'ûdzubillah setiap kali kau ingin bekerja 
Agar dengan bantuan Allah semua urusanmu menjadi mudah
Wahai manusia, isti'âdzah adalah ajaran Tuhan
Katakanlah a'ûdzubillah di setiap kegundahanmu
Usahakanlah untuk mengatakannya setulus hati
Karna orang jujur adalah orang yang mengatakan, ya Allah
Setiapkali kau ingin membaca al-Quran
Maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk
Isti'âdzah memerlukan ketulusan hati
Agar engkau dapat berlindung di bawah naungan Allah
PENEGASAN AL-QURAN

Al-Quran menekankan: Sesungguhnya setan adalah musuhmu yang nyata.1 "Dia tidak akan membiarkan kalian dekat pada-Ku. Hanya ada satu cara untuk menjauhkannya dari kalian, yaitu meminta perlindungan kepada Sang Pencipta yang Mahaesa."

Setan tak ubahnya bak seekor anjing buas. Misal, bila ada seseorang yang ingin datang ke perkemahan sosok nan agung, kemudian dia bertemu dengan seekor anjing sedang mengelilingi kemah tersebut dan anjing buas itu tak membiarkannya masuk ke dalam kemah, maka orang itu harus membaca isti'âdzah dan berkata, "Hai orang yang ada dalam kemah, aku ingin menemuimu, tetapi anjing itu tak membiarkanku masuk ke kemahmu, tolonglah, engkaulah yang harus mengusirnya (tentu saja ini hanyalah contoh)."

Dengan demikian, wahai manusia, apabila Anda ingin masuk ke dalam rumah itu, sementara setan tak membiarkan Anda masuk dengan mudah; dia terus-menerus melemparkan rasa waswasnya kepada Anda agar upaya Anda menjadi berantakan dan Anda tidak mencapai tujuan Anda, maka katakanlah, "Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan setan yang terkutuk."
Bahagialah hati yang tak mengikuti setan
Dia takkan mabuk kesombongan, syahwat, dan kemaksiatan
Diriku terlena memikirkan sepotong roti
Ia takkan bisa menjadi dua dengan melalaikan kenikmatan
Seratus ucapan selamat terucap bagi semangat ksatria
Yang tak mengemis kepada sultan meski dalam kekurangan
Sampai kapankah semut lemah merasa puas dengan ketentuan masa?
Dia tidak akan mampu mengungkit-ungkit Nabi Sulaiman
Jangan tundukkan kepalamu di hadapan orang hina demi sekeping
Karna kepingan uang tak mampu membuatmu beriman
 BUDAK SETAN

Dengan memperhatikan kisah-kisah sebelumnya, semestinyalah kita semua tak merasa tenang saat melihat musuh kita itu begitu kuat. Sepatutnya kita persiapkan diri kita dan selalu waspada serta berlindung kepada Allah Swt dengan hati yang tulus. Sebab, kalau tidak demikian, maka suatu waktu Anda sekalian akan bahwa bahwa sesungguhnya tuhan yang selama ini dianggap sebagai sesembahan yang layak ditaati adalah setan, bukan Allah! Bahkan Anda sendiri tidak menyadarinya dan Anda menyeru, "ya Allah," dengan lisan Anda, namun keadaan Anda menunjukkan ketaatan terhadap setan! Dari balik tirai, Anda berkata, "wahai setan," sementara Anda tidak menyadarinya.

Seorang alim besar, penulis Muntakhab al-Tawârîkh, Almarhum Hujjatul Islam wal Muslimin H. Syaikh Hasyim al-Khurasani—semoga ridha Allah atasnya—menuturkan: Guru saya, Sayyid Ali al-Hairi, di sela-sela kuliahnya, berkata, "Dulu, di suatu desa yang terletak di dekat Isfahan (sebuah kota di bagian selatan Iran—peny.), ada seseorang yang sakit dan sedang dalam keadaan sekarat. Anggota keluarganya berharap agar orang alim dan zahid di desa itu, datang ke tempatnya guna men-talqin (menuntunnya membaca kalimat tauhid) dia.

Ketika si alim mendekati orang yang sedang sekarat itu, dia mentalqinnya dengan kesaksian akan keesaan Allah dan berkata, "Katakanlah: Lâ ilâha Illallah." Ketika orang sakit itu turut mengucapkan kalimat tersebut (Lâ ilâha Illallah), dari sudut rumah terdengar suara yang mengatakan, "Benar apa yang kaukatakan hambaku." Si alim heran dan bertanya, "Siapa kau? Mengapa engkau yang menjawab seruannya?"

Ia menjawab, "Aku adalah tuhannya dan dia adalah hambaku yang tulus. Bertahun-tahun dia patuh padaku dan sepanjang umurnya dia menyembahku serta mengindahkan semua perintahku." Si alim berkata, "Siapa kamu sebenarnya?" Ia menjawab, "Aku adalah setan." Ya, tuhan orang itu adalah setan, dan karena itu dia menjawab seruannya. Sepanjang umurnya, dari pagi hingga malam, dia selalu mematuhi perintah dan keinginan iblis, dan semua yang dilakukannya bukan karena Allah. Ini tersingkap dalam nafas terakhirnya dan ketika itulah rasa penyesalan menghadang.

Wahai orang yang beriman! Berusahalah agar jangan sampai lupa untuk memohon perlindungan kepada Allah. Janganlah Anda anggap enteng musuh Anda dan jangan sekali-kali meremehkan urusan Anda. Tumbuhkanlah hakikat isti'âdzah dalam diri Anda, dan setelah itu katakanlah, "A'ûdzubillahi Minasysyaithânir rajim."
Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan setan
Ia setan dan hawa nafsu yang tercela
Mohonlah bantuan kepada Yang Mahahidup lagi Maha Qadim
Pemberi Petunjuk, Penyelamat, Pengasih, lagi Penyayang
Kami mengharap taufik dan adab dari Tuhan
Untuk menjauhkan kami dari setan, hawa nafsu, dan neraka membara
Iblis dan hawa nafsu adalah musuh manusia
Ia anjing terselubung dan makhluk hina yang terkutuk
Mereka tidak layak dipatuhi
Hanya Allahlah Tuhan yang Mahakasih lagi Mahasabar
ISTI'ADZAH MAQAM QURBI

Isti'âdzah adalah sebab bagi keselamatan dunia dan akhirat, serta dapat mendekatkan manusia kepada Allah. Oleh karena itu, dengan perantaraan isti'âdzah, para nabi mencapai kedudukan yang dekat dengan Allah (maqam qurbi) dan karena itulah mereka mampu mengalahkan orang-orang kafir. Sebagaimana, ketika nabi Nûh --salam atasnya-- berkata: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu…dan Allah-pun memberikan keselamatan, berkah, dan karamah-Nya kepada Nûh seraya berkata: Hai Nûh, turunlah dengan keselamatan dari Kami dan keberkahan atasmu.

Ketika dilemparkan ke dalam api oleh Namrud, Nabi Ibrahim al-Khalil --salam atasnya--berkata: Aku berlindung kepada Allah yang telah menciptakanku kemudian memberiku petunjuk dari keburukan bermaksiat kepada-Nya…
Allah Swt memerintahkan kepada api: Hai api, jadilah dingin yang menyelamatkan untuk Ibrahim.…Dia telah menjadikannya sebagai kekasih-Nya.

Nabi Yûsuf al-Shiddiq --salam atasnya-- bermunajat kepada Tuhannya: Aku berlindung kepada Allah… Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Nabi Musa --salam atasnya--, dalam munajatnya kepada Allah Swt, berkata: Dan aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kalian, dari keinginan kalian merajamku. Allah Swt memberinya nama Kalim dengan firmannya: Dan Allah berbicara dengan Musa suatu pembicaraan.

Dan Maryam --salam atasnya-- berkata: Sungguh aku berlindung kepada-Mu dari keturunan dan bangsa setan yang terkutuk. Maryam --salam atasnya--, ibunda seorang nabi itu, mendapatkan pengawasan spesial dari Allah Swt. Pada saat beliau --salam atasnya-- berkata: Sungguh aku berlindung kepada Allah darimu apabila kamu memang orang yang bertakwa, Allah menganugerahkan kepadanya nabi Isa --salam atasnya--.

Ayat yang membahas tentang hal ini sangat banyak sekali dan insya Allah akan kita bahas di tempatnya masing-masing. Ringkasnya, isti'âdzah adalah pesan dan perintah Allah Swt kepada nabi-Nya saww: Katakanlah, "Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan waswas setan (surat 23, ayat 97-98). Begitupula dalam surat al-Mu'awwidzatain, di mana Allah berfirman: Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi.
Berlindunglah kepada Allah dari setan-Nya
Kita semua telah hancur karna menentang-Nya
Ia seekor anjing yang bergabung dengan ribuan anjing lainnya
Siapasaja yang berkumpul bersamanya, jadilah dia sepertinya
Siapasaja yang mengetahui dirinya berada di dalamnya
Maka dia telah menjadi setan yang bersembunyi di bawah kulit
Terkadang berkhayal adanya kekosongan dan terkadang toko
Terkadang berkhayal ilmu dan terkadang seorang tuan
Pada saat itu, katakanlah, "Masa tak memiliki kuasa apa-apa."
Ia hanya sebatas lisan saja, atau bahkan dari lubuk hati terdalam

Subscribe to receive free email updates: