Apa yang Anda inginkan dalam 10-15 tahun mendatang? Seperti apa kehidupan pasca-pensiun yang Anda harapkan? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu menjadi salah satu topik yang kini kerap di perbincangkan di kalangan eksekutif muda. Obrolan santai bersama rekan kerja bisa berujung pada kerja sama bisnis yang menguntungkan. Saling mengolah ide dan ragam kreasi untuk mencurahkan idealisme. Ujung-ujungnya, kegiatan sampingan justru bisa menjadi paling menghasilkan dan membawa kemapanan.
Hidup mapan tertanam dalam benak setiap orang. Bukan hanya semasa muda, selagi hidup masih produktif, tetapi juga saat usia lansia. Ingin menghabiskan masa tua dengan gemilang atau tetap berpeluh bekerja dari pagi atau malam, semua kembali pada pilihan pribadi. Semua kembali lagi pada cara mengelola dana yang dimiliki hari ini.
Pertanyaannya, bagaimana cara mengelola dana dengan baik dan tepat? Jawabannya bisa beragam karena setiap pribadi memiliki kebutuhan finansial yang berbeda. Tingkat literass finansial setiap orang juga menentukan model perencanaan yang dilakukan demi masa depan.
Melek Finansial
Persoalannya tingkat literasi keuangan atau pemahaman cara mengelola keuangan masyarakat di Indonesia terbilang rendah. Berdasarkan survai Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2013, hanya sebesar 21,8 persen.
Tingkat literasi ini pun menunjukan perbedaan berdasarkan jender. Meski piawai mengatur pengeluaran harian, tidak semua perempuan memiliki pemahaman lebih dalam mengenai dunia finansial yang dibutuhkan sebagai strategi jangka panjang, seperti berinvestasi. Sebuah studi dari Dartmouth Colllegge, Amerika, menunjukan perempuan yang sukses dan memiliki karier tinggi pun cenderung tidak lebih melek finansial dibandingkan laki-laki. Kesenjangan ini disebutkan terjadi baik di antara usia muda hungga tua.
Survei OJK menyebutkan tingkat literasi perempuan hanya 19 persen, sementara laki-laki mencapai 25 persen. Tingkat literasi perempuan dalam bidang perbankan, asuransi, pawnshop, multifinance, dana pensiun, maupun pasar modal, lebih rendah ketimbang laki-laki. Dalam berkas OJK berjudul ''Promoting Financial Literacy through Life Cycle'' yang disusun oleh Kusumaningtuti S Soetiono, anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, dipaparkan beberapa alasan mengapa perempuan perlu dibekali pemahaman keuangan yang lebih mendalam.
Umumnya, perempuan yang memegang bertanggung-jawab mengelola keuangan dalam keluarga. Kaum ibu juga dianggap memiliki peran besar dalam mengajarkan kebiasaan dalam mengelola dana kepada anak-anaknya. Di sisi lain kaum perempuan, umumnya berpenghasilan lebih rendah dan memiliki usia hidup yang lebih panjang.
Perencanaan keuangan ini pun tak hanya yang sifatnya berupa harian untuk detik ini. Namun, juga mengelola dana untuk merencanakan masa pensiun, menghindari utang berlebihan, mengelola dana untuk menjalankan bisnis, dan memahami berbagai produk keuangan.
Di sisi lain, hampir separuh populasi masyarakat Indonesia belum tersentuh akses perbankan. Padahal, pemahaman mengenai keuangan merupakan proses belajar sepanjang hidup, yang perlu dilakukan sedari kecil dan terus beerlanjut hingga usia dewasa.
Kebebasan Perencanaan
Pembelajaran finansial ini pun menjadi program yang ditargetkan pada anak muda dan pelajar. Murid yang memahami pengelolaan keuangan sejak dini dapat menilai manfaat dan risiko produk dan jasa keuangan. Agar menabung, berasuransi, dan berinvestasi tak lagi menjadi ''dunia asing'' yang tak terjamah.
Inisiasi Gerakan Nasional Cinta Pasar Modal pada november tahun lalu juga kian membuka literasi keuangan masyarakat. Gerakan ini bertujuan menumbuhkan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap investasi pasar modal. Pengetahuan dan informasi mengenai cara berinvestasi di pasar modal dengan benar pun menjadi krusial, serta menyasar generasi muda. Ragam pengetahuan ini menjadi bekal membuat keputusan tepat demi masa depan.
Terlebih produk keuangan yang ditawarkan lembaga perbankan dan keuangan kini kian agresif. Inovasi produk keuangan terus lahir demi menciptakan produk yang tepat guna dan menyasar ragam kebutuhan nasabah yang spesifik. Pertumbuhan kelas menengah di Indonesia yang rata-rata mencapai 7 juta jiwa per tahun pun dilihat sebagai salah satu pendorong kian meningkatnya investasi reksadana maupun pasar saham.
Perencanaan kebutuhan pendidikan anak ataupun pribadi, berlibur, memiliki rumah, kendaraan pribadi idaman, hingga pensiun, kini bisa dipilah dengan lebih terstruktur . Banyak orang yang menanggapinya dengan memiliki polis asuransi untuk memberi perlindungan hidup yang tidak bisa diprediksi. Hal ini tidak lain hanya rencana yang telah disusun tetap berjalan, walaupun jika terjadi kendala pada suatu hari.
Setiap orang bebas untuk berencana. Mimpi ideal hidup nyaman dimasa muda dan tua bukan sekedar angan. Saatnya mendesain kehidupan, apa yang sudah Anda rencanakan untuk kenyamanan masa depan.