Materi Khutbah Jumat Tentang Ramadhan Titik Tolak Perubahan
Dalam waktu dekat ini, kita sebagai bagian dari warga negara RI dan khususnya sebagai umat Muslim akan menghadapi momentum yang sangat bermakna bagi kita semua, yaitu Pilkada dan Ibadah shiyam Ramadhan. Dalam menghadapi pilkada marilah kita gunakan hak kita sebaik-baiknya, jauhkanlah dari perbuatan tercela, terutama apa yang dinamakan gibah nasional, satu sama lain saling mencari kesalahan, lalu disebarluaskan melalui media massa.
Perlu kita sadari bahwa, pilkada ini bukan perang antara agama, karena kedua belah pihak didukung umat muslim dan non-muslim, dan juga persaingan antara NU dan Muhammadiyah, karena kedua calon didukung oleh warga kedua organisasi tersebut. Pilkada ini adalah sarana demokrasi untuk memilih siapa yang paling unggul dan layak memimpin daerah tercinta ini untuk lima tahun ke depan. Dan jika dirasa keduanya sama unggul atau tidak ada yang unggul, maka kita pilih yang sedikit madlaratnya, sesuai dengan prinsip akhaffu al-daarain. Dan jika pada hari H calon yang dipilih menang maka patut untuk bersyukur kepada Allah, dan jika ternyata kalah, kita kembalikan kepada Allah, sebagaimana firman-Nya:
Sidang Jum’ah yang dirahmati Allah Swt
Kita sangat mendambakan puasa yang damai dan khusyu serta mempunyai atsar (dampak) dan secara positif pada kehidupan kita. Maka dalam waktu beberapa hari sebelum Ramadlan ini adalah waktu yang tepat untuk melatih dan mempelajari beberapa hal yang berhubungan dengan itu.
Baca Juga > Membangun Budaya Muhasabah (Social Control)
Shalah Rasyid psikolog asal Kuwait dalam artikelnya berjudul Ramadhaan Nuqthah al-Inthilaaq li al-Tagyiir (Ramadhaan Titik Tolak Untuk Perubahan) mengatakan bahwa pada dasarnya sesuai dengan firman Allah bahwa ibadah puasa Ramadhan diperuntukkan agar orang beriman menjadi muttaqin (orang bertaqwa), namun di samping itu dalam pelaksanaan ibadah ini ada prinsip-prinsip yang dapat merubah sesorang menjadi lebih positif dalam hidupnya. Ia mengemukakan beberapa fenomena:
Pertama, al-Barmajah al-Nafsiyyah, yaitu pemrograman merubah prilaku manusia ke prilaku yang lebih positif. Dengan menggunakan metode ini, Shalah Rasyid menterafi pasiennya yang kurang percaya diri dan perokok berat menjadi PD dan berhenti merokok dalam waktu 6 sampai dengan 21 hari. Menurutnya, dalam ibadah puasa, kalau kita sadari, sebetulnya ada al-Barmajah al-Nafsiyyah yaitu prilaku positif yang dilakukan secara terus menerus selama sebulan, dengan pembiasaan ini akan merubah dan meningkatkan seorang muslim ke tingkat prilaku yang lebih baik yang dalam al-Quran disebut dengan al-Muttaquun.
Kedua, Ittikhaaz| al-Qarar (Decision Making) Diantara keistimewaan bulan Ramadhan adalah pembelajaran pengambilan keputusan. Diantara problem yang banyak menimpa manusia adalah ketidakmapuannya untuk mengambil keputusan, manusia kuat adalah manusia yang bisa mengambil keputusan kebalikannya manusia lemah adalah manusia yang ragu-ragu tidak dapat mengambil keputusan. Sikap ragu-ragu bukan hanya menjadikan manusia menderita lemah jiwa, tetapi juga akan mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit secara pisik dan psikis. Dan diantara problem kesehatan yang ditimbulkannya adalah ketidakteraturan detak jantung, berlanjut ke berbagai penyakit jantung. Padahal jantung itu berfungsi untuk memompa darah ke seluruh bagian tubuh.
Ramadhan membiasakan umat Islam untuk senantiasa memelihara niatnya dalam berpuasa, sesungguhnya hal ini adalah pembiasaan untuk mengambil keputusan. Keinginan manusia jika senantiasa diperbaharui dalam niatnya untuk berpuasa dan untuk itu bersegera mengambil keputusan untuk menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan dan bersegera ifthar tatkala waktunya tiba, jika dirinya membiasakan diri untuk segera mengambil keputusan tersebut secara terus menerus maka akan terprogram dalam jiwanya untuk segera mengambil keputusan-keputusan lainnya.
Baca Juga > Islam Agama Rahmatan Lil Alamain Beserta Indikatornya
Ketiga, al-Injaaz , yaitu pembiasaan diri untuk senantiasa berprestasi. Paling tidak ada tiga prestasi yang diperoleh orang yang puasa: prestasi barakah dalam peningkatan indikator-indikator keimanan, prestasi barakah dalam kesehatan fisik, dan prestasi barakah dalam penggunaan waktu. Jika pembiasaan untuk senantiasa berprestasi ini dilakukan juga di luar puasa, maka puasa ini akan merubah seseorang untuk menjadi manusia berprestasi.
Keempat, al-Khuruuj ‘an al-ma-luuf, yaitu secara positif keluar dari rutinitas. Manusia biasanya, tidur pada waktu tertentu bangun pada waktu tertentu, pergi dan pulang kerja pada waktu tertentu, makan pada waktu tertentu, dan perbuatan duniawi lainnya. Jika Ramadhan datang maka semua perbuatan rutinitas tersebut berubah seakan-akan hidup baru lagi. Para peneliti hampir sepakat bahwa inovasi itu terjadi tatkala keluar dari rutinitas. Manusia di masa sekarang sangat membutuhkan inovasi dan pembaharuan. Dan keluar dari rutinitas merupakan salah satu faktor penting untuk mengatasi kegalauan dan tekanan hidup.
Pembaharuan dan perubahan seyogyanya ada dalam kegiatan harian, mingguan, bulanan dan tahunan kita. Pembaharuan dan perubahan merupakan ciri bulan ini bahkan ciri agama Islam ini. Jika Ramadhan ini berakhir muncullah Idul Fitri, lalu datang Zulhijjah, Idul Adhha, demikianlah pada setiap tahunnya hingga jiwa pun tidak bosan dan hingga semuanya berawal dari baru lagi.
Kelima, Tanzhim al-Waqt (Manajemen Waktu). Pada bulan Ramadhan ini umat Islam dibiasakan untuk memenej waktu. Waktu imsak dan waktu ifthaar telah ditentukan secara teratur dan akurat. Hal ini untuk mengingatkan banyak manusia yang mengabaikan urgensi dan managemen waktu, lebih lanjutnya mereka abai kepada kehidupannya sendiri, karena waktu adalah kehidupan itu sendiri, Waktu lewat maka kehidupan pun lewat.
Dalam waktu dekat ini, kita sebagai bagian dari warga negara RI dan khususnya sebagai umat Muslim akan menghadapi momentum yang sangat bermakna bagi kita semua, yaitu Pilkada dan Ibadah shiyam Ramadhan. Dalam menghadapi pilkada marilah kita gunakan hak kita sebaik-baiknya, jauhkanlah dari perbuatan tercela, terutama apa yang dinamakan gibah nasional, satu sama lain saling mencari kesalahan, lalu disebarluaskan melalui media massa.
Perlu kita sadari bahwa, pilkada ini bukan perang antara agama, karena kedua belah pihak didukung umat muslim dan non-muslim, dan juga persaingan antara NU dan Muhammadiyah, karena kedua calon didukung oleh warga kedua organisasi tersebut. Pilkada ini adalah sarana demokrasi untuk memilih siapa yang paling unggul dan layak memimpin daerah tercinta ini untuk lima tahun ke depan. Dan jika dirasa keduanya sama unggul atau tidak ada yang unggul, maka kita pilih yang sedikit madlaratnya, sesuai dengan prinsip akhaffu al-daarain. Dan jika pada hari H calon yang dipilih menang maka patut untuk bersyukur kepada Allah, dan jika ternyata kalah, kita kembalikan kepada Allah, sebagaimana firman-Nya:
Katakanlah:” Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. (Ali Imran: 26)Dengan demikian semoga pilkada berjalan dengan aman dan lancar, sehingga kita dapat melaksanakan puasa penuh dengan kedamaian dan kekhusyuan.
Sidang Jum’ah yang dirahmati Allah Swt
Kita sangat mendambakan puasa yang damai dan khusyu serta mempunyai atsar (dampak) dan secara positif pada kehidupan kita. Maka dalam waktu beberapa hari sebelum Ramadlan ini adalah waktu yang tepat untuk melatih dan mempelajari beberapa hal yang berhubungan dengan itu.
Baca Juga > Membangun Budaya Muhasabah (Social Control)
Shalah Rasyid psikolog asal Kuwait dalam artikelnya berjudul Ramadhaan Nuqthah al-Inthilaaq li al-Tagyiir (Ramadhaan Titik Tolak Untuk Perubahan) mengatakan bahwa pada dasarnya sesuai dengan firman Allah bahwa ibadah puasa Ramadhan diperuntukkan agar orang beriman menjadi muttaqin (orang bertaqwa), namun di samping itu dalam pelaksanaan ibadah ini ada prinsip-prinsip yang dapat merubah sesorang menjadi lebih positif dalam hidupnya. Ia mengemukakan beberapa fenomena:
Pertama, al-Barmajah al-Nafsiyyah, yaitu pemrograman merubah prilaku manusia ke prilaku yang lebih positif. Dengan menggunakan metode ini, Shalah Rasyid menterafi pasiennya yang kurang percaya diri dan perokok berat menjadi PD dan berhenti merokok dalam waktu 6 sampai dengan 21 hari. Menurutnya, dalam ibadah puasa, kalau kita sadari, sebetulnya ada al-Barmajah al-Nafsiyyah yaitu prilaku positif yang dilakukan secara terus menerus selama sebulan, dengan pembiasaan ini akan merubah dan meningkatkan seorang muslim ke tingkat prilaku yang lebih baik yang dalam al-Quran disebut dengan al-Muttaquun.
Kedua, Ittikhaaz| al-Qarar (Decision Making) Diantara keistimewaan bulan Ramadhan adalah pembelajaran pengambilan keputusan. Diantara problem yang banyak menimpa manusia adalah ketidakmapuannya untuk mengambil keputusan, manusia kuat adalah manusia yang bisa mengambil keputusan kebalikannya manusia lemah adalah manusia yang ragu-ragu tidak dapat mengambil keputusan. Sikap ragu-ragu bukan hanya menjadikan manusia menderita lemah jiwa, tetapi juga akan mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit secara pisik dan psikis. Dan diantara problem kesehatan yang ditimbulkannya adalah ketidakteraturan detak jantung, berlanjut ke berbagai penyakit jantung. Padahal jantung itu berfungsi untuk memompa darah ke seluruh bagian tubuh.
Ramadhan membiasakan umat Islam untuk senantiasa memelihara niatnya dalam berpuasa, sesungguhnya hal ini adalah pembiasaan untuk mengambil keputusan. Keinginan manusia jika senantiasa diperbaharui dalam niatnya untuk berpuasa dan untuk itu bersegera mengambil keputusan untuk menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan dan bersegera ifthar tatkala waktunya tiba, jika dirinya membiasakan diri untuk segera mengambil keputusan tersebut secara terus menerus maka akan terprogram dalam jiwanya untuk segera mengambil keputusan-keputusan lainnya.
Baca Juga > Islam Agama Rahmatan Lil Alamain Beserta Indikatornya
Ketiga, al-Injaaz , yaitu pembiasaan diri untuk senantiasa berprestasi. Paling tidak ada tiga prestasi yang diperoleh orang yang puasa: prestasi barakah dalam peningkatan indikator-indikator keimanan, prestasi barakah dalam kesehatan fisik, dan prestasi barakah dalam penggunaan waktu. Jika pembiasaan untuk senantiasa berprestasi ini dilakukan juga di luar puasa, maka puasa ini akan merubah seseorang untuk menjadi manusia berprestasi.
Keempat, al-Khuruuj ‘an al-ma-luuf, yaitu secara positif keluar dari rutinitas. Manusia biasanya, tidur pada waktu tertentu bangun pada waktu tertentu, pergi dan pulang kerja pada waktu tertentu, makan pada waktu tertentu, dan perbuatan duniawi lainnya. Jika Ramadhan datang maka semua perbuatan rutinitas tersebut berubah seakan-akan hidup baru lagi. Para peneliti hampir sepakat bahwa inovasi itu terjadi tatkala keluar dari rutinitas. Manusia di masa sekarang sangat membutuhkan inovasi dan pembaharuan. Dan keluar dari rutinitas merupakan salah satu faktor penting untuk mengatasi kegalauan dan tekanan hidup.
Pembaharuan dan perubahan seyogyanya ada dalam kegiatan harian, mingguan, bulanan dan tahunan kita. Pembaharuan dan perubahan merupakan ciri bulan ini bahkan ciri agama Islam ini. Jika Ramadhan ini berakhir muncullah Idul Fitri, lalu datang Zulhijjah, Idul Adhha, demikianlah pada setiap tahunnya hingga jiwa pun tidak bosan dan hingga semuanya berawal dari baru lagi.
Kelima, Tanzhim al-Waqt (Manajemen Waktu). Pada bulan Ramadhan ini umat Islam dibiasakan untuk memenej waktu. Waktu imsak dan waktu ifthaar telah ditentukan secara teratur dan akurat. Hal ini untuk mengingatkan banyak manusia yang mengabaikan urgensi dan managemen waktu, lebih lanjutnya mereka abai kepada kehidupannya sendiri, karena waktu adalah kehidupan itu sendiri, Waktu lewat maka kehidupan pun lewat.